Archives

Muharram: Benarkah Tahun Baru Muslimin ?

Saat ini insyaAllah kita semua telah memasuki bulan Muharram. Sebagian besar kaum muslimin merayakannya sebagai awal Tahun Baru Muslim dengan penuh rasa suka, yang dibarengi dengan berbagai macam bentuk kegiatan. Apalagi didukung oleh riwayat yang bernuansa kebahagiaan, seperti selamatnya Nuh as dari banjir bandang, selamatnya kaum Musa as dari Fir’aun, dan sebagainya pada tanggal 10 Muharram (hari Asyura). Maka semakin lengkaplah kegembiraan bulan ini.

Namun, sebaliknya, ada sebagian kecil kaum muslimin, yang justru bersedih di bulan Muharram tersebut; seolah tak menghiraukan kegembiraan dan rasa syukur sebagian besar kaum muslimin tadi. Kelompok kecil ini justru menangis, meratap, dan memukul dada mereka sebagai tanda kesedihan dan kepedihan yang dalam, sekaitan dengan bulan ini.

Alangkah perbedaan yang sangat kontras. Mengapa demikian ?

Saya mencoba melihat-lihat sejarah seputar penetapan Tahun Baru kaum muslimin. Dari situ saya peroleh bahwa penetapan Tahun Baru Muslim dilakukan di masa Umar bin Khattab. Sebelumnya kaum muslimin menggunakan Tahun Gajah—tahun ketika Abrahah menyerbu Mekkah untuk meruntuhkan Ka’bah—sebagai permulaan penanggalan. Ada yang mengusulkan kepada Umar untuk menjadikan peristiwa bi’tsah Nabi saww sebagai awal penanggalan, atau pada riwayat lain Umarlah yang bertekad untuk memulai penanggalan dengan mengacu pada kelahiran Nabi saww atau bi’tsah Nabi saww. Namun, Imam Ali as tidak menyetujui pandangan tersebut dan mengusulkan untuk menjadikan peristiwa hijrah Nabi saww sebagai awal penanggalan. Usul ini diterima dan ditetapkan oleh Umar tanggal 8 Rabi’ul Awal 17 H.[1] Oleh karena itu, nama tahunnya adalah “Hijrah” atau “Hijriyah”.

Namun demikian, terdapat pula riwayat lain, yang menyatakan bahwa penetapan penanggalan Islam telah dimulai sejak masa Nabi saww, atas perintah Nabi saww sendiri, pasca pelaksanaan hijrah di bulan Rabi’ul Awal. Mereka (kaum muslimin saat itu) mengatakan bahwa peristiwa penanggalan tersebut terjadi di bulan ini, setelah hijrah; dan hal tersebut berlanjut hingga diperoleh satu tahun penuh [2]. Sehingga, dari riwayat ini terlihat bahwa sistem penanggalan dimulai pada bulan Rabi’ul Awal dan diakhiri pada bulan Shafar. Sementara Syaikh Ja’far Subhani menegaskan bahwa riwayat inilah yang benar, berdasarkan bukti surat-surat yang dikirim oleh Nabi saww dan bukti-bukti lainnya [3].

Dalam peristiwa hijrah itu sendiri, Nabi saww tiba di Quba (10 Km dari Madinah) di rumah Kultsum bin al-Hadam, pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal. Dan perjalanan tersebut ditempuh Nabi saww sekitar sembilan hari, setelah sebelumnya bersembunyi di gua Tsaur (sekitar 5 Km di selatan Mekkah) selama tiga hari. Ini berarti bahwa awal hijrah Nabi saww adalah tanggal 1 Rabi’ul Awal. Sedangkan Imam Ali as baru melakukan hijrah setelah tiga hari keberangkatan Nabi saww dari gua Tsaur, dan beliau as sampai di Quba pada hari Kamis tanggal 15 Rabi’ul Awal. Dan esok harinya, barulah Nabi saww berangkat ke Madinah [4]. Sementara dalam riwayat lain juga disebutkan secara tegas bahwa Nabi saww mengawali hijrah pada tanggal 1 Rabi’ul Awal [5].

Sehingga, dengan melihat tarikh tersebut, mengapa tiba-tiba Tahun Baru muslimin jatuh pada tanggal 1 Muharram, sementara bulan ini sama sekali tidak terkait dengan peristiwa hijrah Nabi saww ? Kalaupun, seandainya yang dilihat adalah tahun hijrahnya Nabi saww dengan tidak memperhitungkan bulannya, maka mengapa mesti dipilih bulan Muharram, sementara masih ada bulan lainnya; dan mengapa tidak memilih bulan yang justru terkait dengan peristiwa hijrah Nabi saww ? Apalagi ternyata penggunaan Muharram sebagai awal tahun merupakan tradisi bangsa Arab pra-Islam.

Sedangkan riwayat seputar peristiwa keberuntungan para Nabi as di hari Asyura, selain tercantum pada jalur ahlusunnah, juga tercantum pada jalur syi'ah. Namun, Al-Majlisi menyatakan bahwa riwayat tersebut adalah lemah (dha’if). Sebagaimana dikatakan pula oleh Syaikh Shaduq, dalam kitabnya “Al-Amali”, bahwa riwayat yang menyatakan berbagai peristiwa barakah tersebut pada hari Asyura adalah bohong.[6]

Sebaliknya, dari kitab-kitab tarikh yang sedemikian banyaknya, baik dari jalur ahlusunnah maupun syi’ah, justru diriwayatkan bahwa pada bulan Muharram telah terjadi peristiwa kezaliman terbesar di seluruh alam atas keluarga Nabi saww, yaitu terbantainya al-Imam Husein as di Karbala beserta keluarga dan para sahabat beliau as, oleh Yazid bin Mu’awiyah dan pasukannya. Diriwayatkan bahwa Imam Husein as beserta rombongan beliau as berangkat dari Mekkah menuju Kufah, dan tiba di Nainawa (atau Karbala) pada tanggal 2 Muharram 61H (atau 60 H). Dan mulai saat itu hingga tanggal 10 Muharram 61H (atau 60 H), beliau as diperlakukan dengan kejam, yang iblis sekalipun tak akan mampu melakukannya.[7] Sehingga, tragedi besar inilah yang menjadikan sebagian kecil kaum muslimin berduka, menangis, dan meratapinya; sebagaimana tersebut di awal tulisan ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa riwayat seputar Tahun Baru muslimin di bulan Muharram (1 Muharram) dan peristiwa keberuntungan para Nabi as, menurut saya, merupakan rekayasa dari para musuh Ahlul Bait as. Riwayat-riwayat tersebut dibuat pasca tragedi Karbala, untuk melupakan umat manusia dari tragedi alam terbesar itu dan menjauhkan mereka dari hujjah Allah di muka bumi, ataupun dengan motivasi lainnya; dengan cara mempertahankan tradisi penanggalan bangsa Arab pra-Islam. Karenanya, tak heran bila Ibn Sirin (w. 110 H) memberikan pernyataan bahwa : “Orang-orang, setelah melalui diskusi, secara bulat menyetujui penetapan awal tahun di bulan Muharram.”; yang sebenarnya sekedar pembenaran semata terhadap praktik penanggalan orang-orang di masanya [8].

Dengan demikian, sudah semestinya bulan Muharram (khususnya tanggal 1 hingga 10) dipenuhi dengan mengingat kesyahidan al-Imam Husein as dan menangis atas tragedi besar yang menimpa beliau as. Imam Ja’far as berkata : “Allah menjadikan bagi kami syi’ah, yang mereka ini bergembira dengan kegembiraan kami, dan bersedih dengan kesedihan kami.”[9]

Ayatullah al-Syahid Muthahhari, sekaitan dengan menangis dalam mengenang al-Imam Husein as, mengatakan bahwa : “Menangisi seorang syahid tidak akan menjadikan seseorang lemah, karena menangis memiliki sifat al-Ruh al-Ijtima’iyyah (kebersamaan ruh) yang mendekatkan si penangis dengan syahid yang ia tangisi. Sementara tertawa memiliki sifat al-Ruh al-Fardiyah (kesendirian ruh), yang hanya akan berpengaruh dalam menyenangkan diri pribadi orang yang tertawa tersebut. Karena itulah, setiap orang yang merasakan kerinduan pada orang lain akan memilih menangis dan bukan tertawa, yang dengan hal itu ia merasakan kedekatan dengan orang yang dirindukannya.”[10]

Ya, menangisi al-Imam Husein as dengan ikhlas tidak akan menyebabkan seseorang menjadi lemah. Justru hal tersebut akan menjadikannya dekat dengan beliau as. Sehingga, segala macam pelajaran dari misi beliau as pada tragedi tersebut dapat diambil, khususnya dalam menolak segala macam bentuk kezaliman dan selalu berupaya menegakkan ajaran, hukum, dan kalimat Allah di muka bumi ini.

Dan tangisan sepanjang-masa itulah yang telah berhasil menggulirkan “Revolusi Islam” Imam Khomeini ra. Sekaitan dengan ini beliau ra berkata : “Mengenalkan Islam kepada manusia, sembari menciptakan hubungan yang dekat dengan Asyura. Sebagaimana kita telah tetap memelihara keberlangsungan Asyura (salam atas pendirinya) dan tidak membiarkannya hilang sehingga manusia masih berkumpul selama Muharram dan memukul dada mereka (ma’tam), maka kita sekarang harus mengambil tindakan untuk menciptakan gelombang protes menentang pemerintah. Biarkan masyarakat berkumpul, dan para penceramah serta rauzakhwan[11] benar-benar membenahi persoalan pemerintahan di benak mereka.”[12]

Oleh Karena itu, dalam memasuki bulan Muharram ini, saya ingin mengucapkan ta’ziyah kepada Rasulullah saww, kepada Ahlul Bait as, dan kepada kaum muslimin dan mukminin dimanapun mereka berada; A’zhamallaahu Ujuuranaa bi Mushibatil Husein ‘Alaihissalaam bi Karbala. Mari kita ambil teladan dari al-Imam Husein as untuk menolak dan memerangi segala macam kezaliman, khususnya kezaliman Amerika, Zionis, dan para antek mereka. Akhirnya, saya ingin mengutip sebuah syair DR. Muhammad Iqbal beserta syarhnya :

Gharib-o-sada-o-rangi’n hay dastan-e-Haram. Nihayat iski Husayn ibtida hay Ismail.

Syarh :
“DR. Iqbal mengatakan bahwa peristiwa pembangunan Ka’bah adalah sangat simpel dan menarik. Ismail menderita kepedihan yang sangat dalam peristiwa tersebut. Ibrahim membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala, dan meningkatlah kemuliaannya. Sungguh, batu pertama diletakkan oleh Ismail. Ia memberikan nyawanya sebagai qurban, namun pengorbanan tersebut tidaklah lengkap karena diganti dengan sebuah domba. Dan berdasarkan Al-Qur'an, pengorbanan besar (al-Dzibh al-‘Azhim), datang di kemudian hari dan dilengkapkan oleh salah seorang keturunannya, yakni Husein. Sehingga, puncak ruh kecintaan kepada Allah termanifestasikan, ketika Imam Husein mengorbankan nyawanya dan memelihara kehormatan Ka’bah.”[13]

Berikut saya kutipkan pula pandangan para orientalis Barat non-muslim :

Edward Gibbon mengatakan : “Pemandangan tragis kematian Husein di masa lampau akan membangkitkan simpati para pembaca yang paling dingin (sekalipun).”[14]

Ignaz Goldziher mengatakan : “Sejak hari kelam Karbala, sejarah keluarga ini telah mengalami terus menerus penderitaan dan penganiayaan. Hal ini diberitakan dalam syair maupun prosa, di literatur-literatur tentang para syuhada—khususnya syi’ah; dan menjadikan berkumpulnya orang-orang syi’ah pada sepertiga pertama bulan Muharram, yang mana pada hari kesepuluh (Asyura) diadakan peringatan tragedi Karbala. Pemandangan tragedi tersebut juga ditampilkan dalam peringatan tersebut dalam bentuk dramatik (ta’ziyah). “Hari Raya kami adalah majelis duka”, sebuah syair dari seorang pangeran syi’ah yang mengingatkan akan banyaknya malapetaka atas keluarga Nabi. Tangisan dan ratapan atas kejahatan dan penganiayaan yang menimpa keluarga Ali, serta kedukaan atas para syuhada menyebabkan peristiwa tersebut selalu terkenang. Sehingga, bahkan dalam masyarakat Arab dikenal pepatah : “Lebih mengharukan dari tangisan orang-orang syi’ah”.”[15]

Reynold Alleyne Nicholson mengatakan : “Husein jatuh, tertembus sebuah anak panah; dan para pengikut pemberaninya terbunuh di sampingnya, hingga yang terakhir. Kaum muslimin, dengan sedikit pengecualian, sepakat memusuhi dinasti Umayyah, menyatakan Husein sebagai syahid dan Yazid sebagai pembunuhnya.”[16]

Edward G. Brown mengatakan : “Peringatan atas peristiwa Padang Karbala yang ternoda darah—dimana cucu Rasulullah akhirnya jatuh dan dikelilingi jasad keluarganya yang terbunuh—semenjak itu dibangkitkan setiap saat, bahkan tanpa peduli (secara terang-terangan), dengan perasaan dan dukacita mendalam serta kegairahan ruh; yang mana—di hadapan itu semua—rasa sakit, bahaya, dan kematian menjadi hal yang sepele.”[17]

Referensi:
[1] Ref. Ahlusunnah : “Tarikh Ya’qubi”, jilid 2, hal. 135; Website “Al-Furqaan” (Salafi), Makasar, yang mengutip dari Buletin LDK MPM UNHAS, edisi 3 Dzulhijjah 1422 H; Website “Kementerian Tanah dan Pembangunan Koperasi Malaysia”, rubrik Kemusykilan Agama, 6 Feb 2002; “Tarikh Thabari”, dengan sanad Said ibn Musayyab; dan lain-lain.
[2] Ref. Ahlusunnah : “Tarikh Thabari”, vol. 3, hal. 1250; Ibid, vol. 5, hal. 2480.
[3] Ref. Syi'ah : Syaikh Ja’far Subhani, “Al-Sirah al-Muhammadiyah”, hal. 103.
[4] Ref. Ahlusunnah : Ibn Hajar al-Asqalani, “Al-Ishabah”, jilid 3, hal. 55, no. 3150; “Tarikh Thabari”, jilid 1, hal. 106; Ibn Atsir, “Tarikh al-Kamil”, jilid 2, hal. 106; dan lain-lain; Ref. Syi'ah : Syaikh Ja’far Subhani, “Ar-Risalah”, hal. 280-285, penerbit Lentera; Syaikh Ja’far Subhani, “Al-Sirah al-Muhammadiyah”, hal. 99-104; Sayed Ali Asgher Razwy, “Restatement of History of Islam”, bab 18; dan lain-lain.
[5] Ref. Syi'ah : Sayyid Akhtar Rizvi, “Martyrdom of Imam Husayn and the Muslim and Jewish Calendars”, Jurnal Al-Serat, vol. 6, no. 3 dan 4, yang mengutip dari “Safinah al-Bihar”, jilid 2, hal. 696.
[6] Ref. Syi'ah : Syaikh Shaduq, “Al-Amali”, hal. 132; Syaikh Najamuddin al-Thabasi, “Shaum Asyura Baina Sunnah Nabawiyah Wal Bid’ah Umawiyah”, hal. 48.
[7] Ref. Ahlusunnah : Thabari, dalam Tarikh “Al-‘Umam Wal Mulk”, jilid 6, pada bab peristiwa tahun 61H; Abul A’la Al-Maududi, “Khilafah dan Kerajaan”, hal. 231-234; Ibn Atsir, “Tarikh al-Kamil”, jilid 4, hal. 46; dan lain-lain.
[8] Ref. Syi'ah : Sayyid Akhtar Rizvi, “Martyrdom of Imam Husayn and the Muslim and Jewish Calendars”, Jurnal Al-Serat, vol. 6, no. 3 dan 4.
[9] Ref. Syi'ah : Al-Majlisi, “Bihar al-Anwar”, jilid 10, hal. 114, riwayat 1; Ibid, jilid 44, hal. 287, riwayat 26.
[10] Ref. Syi’ah : Ayatullah Muthahhari, “Syahid”, khususnya pada bab “Falsafah al-Buka”.
[11] Rauzakhwan adalah mereka yang membawakan kisah seputar kesyahidan Imam Husein as, bahkan mereka juga sering menggubah syair atas tragedi Karbala tersebut.
[12] Ref. Syi’ah : Imam Khomeini, “Sistem Pemerintahan Islam”, hal. 141-142, Penerbit Pustaka Zahra.
[13] Ref. Syi’ah : Dr. Ibrahim Ayati, “A Probe Into the History of Ashura”, bab 50.
[14] “The Decline and Fall of the Roman Empire”, vol. 5, hal. 391-392.
[15] “Introduction to Islamic Theology and Law”, hal. 179.
[16] “A Literary History of the Arabs”, hal. 197.
[17] “A Literary History of Persia”, hal. 227.


Wassalaam,
Muh. Anis


Source: http://groups.yahoo.com/group/Kajian_Islam/messages/183?o=1&xm=1&l=1

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Konspirasi Anti Syiah dan Upaya Adu Domba CIA

Sebuah buku berjudul (A Plan to Divide and Destroy the Theology) telah terbit di AS. Buku ini berisi wawancara mendetail Michael Brant, mantan tangan kanan ketua CIA dan anggota penting bagian kesyiahan CIA.

Dalam wawancara ini telah diungkapkan hal-hal yang sangat mengejutkan, dan dikatakan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta US dolar, untuk melancarkan berbagai aktifitas anti Syiah. Dr Michael Brant pernah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan.

Tampaknya dalam rangka balas dendam, dia membongkar rencana-rencana rahasia CIA ini. Brant berkata, "Sejak beberapa abad lampau dunia Islam berada di bawah kekuasaan negara-negara Barat.Meskipun kemudian sebagian besar negara-negara Islam ini sudah merdeka, akan tetapi negara-negara Barat tetap menguasai kemerdekaan, politik, pendidikan dan kebudayaan, terutama sistim politik dan ekonomi negara-negara Islam ini. Oleh sebab itu, meski telah merdeka dari penjajahan fisik, namun dari segi budaya, mereka masih banyak terikat kepada Barat.

Pada tahun 1979, kemenangan revolusi Islam telah menggagalkan politik-politik kami. Pada mulanya revolusi Islam ini dianggap hanya sebagai reaksi wajar dari politik-politik Syah Iran, dan setelah Syah tersingkir, kami (AS) akan menempatkan lagi orang-orang kami di dlam pemerintahan Iran yang baru, sehingga kami akan dapat melanjutkan politik-politik kami di Iran.

Setelah kegagalan besar AS dalam dua tahun pertama (dikuasainya Kedubes AS di Tehran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas) dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh revolusi Islam Iran di kalangan Syiah berbagai negara, terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, Pakistan, akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. (Inggris dikenal memiliki pengalaman luas dalam beraktifitas di berbagai negara).

Dalam pertemuan tersebut kami sampai pada beberapa kesimpulan, diantaranya bahwa revolusi Islam Iran bukan sekedar reaksi alami dari politik Syah Iran, tetapi terdapat berbagai faktor dan hakekat lain, dimana faktor terkuatnya ialah adanya kepemimpinan politik marjaiyah agama dan syahidnya cucu Rasul Allah (saww) 1400 tahun lalu, yang hingga kini masih tetap diperingati oleh kaum Syiah dengan mengadakan upacara-upacara kesedihan secara meluas. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding muslimin lain.

Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus, dan untuk menyusun strategi dalam menghadapi Syiah. Bujet pertamanya sebesar 40 juta US dolar, juga telah disediakan. Untuk penyempurnaan proyek ini, ada tiga tahap program telah disusun:

1. Pengumpulan informasi tentang Syiah, markas-markas dan jumlah lengkap pengikutnya.
2. Program-program jangka pendek: dengan propaganda anti Syiah, dan mencetuskan permusuhan dan bentrokan besar antara Syiah dan Sunni, dalam rangka membenturkan Syiah dengan Sunni yang merupakan mayoritas muslim, lalu menarik mereka (kaum Syiah) kepada AS.
3. Program-program jangka panjang: untuk merealisasikan tahap pertama, CIA telah mengutus para peneliti ke seluruh dunia, dimana enam orang dari mereka termasuk Dr Samuel telah diutus ke Pakistan, untuk mengadakan penelitian tentang upacara kesedihan bulan Muharram. Para peneliti CIA ini harus mendapatkan jawaban bagi soal-soal berikut ini:

„« Di kawasan dunia manakah kaum Syiah tinggal, dan berapakah jumlah mereka? Bagaimanakah keyakinan, akhlak dan perilaku mereka dalam pergaulan?
„« Bagaimanakah cara untuk menciptakan pertentangan internal di kalangan Syiah?
„« Bagaimanakah cara memperbesar perpecahan antara Syiah dan Sunnah?

Dr Michael Brant berkata, "Setelah berbagai polling tahap-tahap pertama dan setelah terkumpulnya informasi tentang pengikut Syiah di berbagai negara, didapatlah poin-poin yang disepakati bersama sebagai berikut:

Para marja' Syiah adalah sumber utama kekuatan madzhab ini yang di setiap zaman selalu melindungi madzhab Syiah dan menjaga dasar-dasarnya. Dalam sejarah Syiah yang panjang, kaum ulama (para marja') Syiah tidak pernah menyatakan bai'at (kesetiaan) kepada penguasa yang tidak Islami. Oleh karena fatwa Ayatullah Syirazi, marja Syiah saat itu, Inggris tidak mampu bertahan di Iran. Di Irak yang merupakan pusat terbesar ilmu-ilmu Syiah, Saddam dengan segala kekuatan dan segenap usaha, tidak mampu membasmi Syiah. Pada akhirnya ia terpaksa mengakhiri usahanya itu.

Ketika semua pusat ilmu lain di dunia selalu mengambil langkah beriringan dengan para penguasa, Hauzah Ilmiyah Qom, justru menggulung singgasana kerajaan tirani Syahensyah, lalu bertempur menghadapi kekuatan adidaya AS. Di Libanon, Ayatullah Musa Shadr memaksa pasukan militer Inggris, Perancis dan Israel, untuk lari. Di Israel, muncul tantangan terbesar bagi rezim zionis dalam bentuk Hizbullah. Setelah semua penelitian ini, kami sampai pada suatu konklusi yaitu bahwa berbenturan langsung dengan Syiah akan banyak menimbulkan kerugian, dan kemungkinan menang atas mereka sangat kecil. Oleh sebab itu kita mesti bekerja di balik layar. Sebagai ganti slogan lama Inggris "Ciptakan Perpecahan Kemudian Kuasai" kita memiliki slogan baru, yaitu "Ciptakan Perpecahan Kemudian Musnahkan".

Kita harus mendorong kelompok-kelompok yang membenci Syiah untuk melancarkan aksi-aksi anti Syiah. Isu kafirnya Syiah harus disebarluaskan, dan dengan propaganda negatif, mereka harus dipisahkan dari masyarakat (muslim lainnya). Buku-buku yang berisi topik-topik untuk membangkitkan kemarahan mereka harus ditulis dan diterbitkan. Orang-orang yang berpengatuan minim dan yang bodoh harus dikumpulkan, lalu diperkuat, dan ketika jumlah mereka telah mencapai tingkat yang sesuai, maka perang terhadap Syiah dikobarkan.

Dari sisi lain, harus dibentuk pula sebuah front yang kuat untuk menruntuhkan posisi para marja' Syiah. Orang-orang yang berperan sebagai pilar kelima harus disusupkan ke dalam kalangan mereka. Dari jalan ini wajah Syiah akan dapat diubah, sehingga keterterimaan mereka akan berkurang dan secara perlahan ia akan dibenci di kalangan masyarakat awam.

Dari sisi lain, orang-orang Syiah selalu berkumpul untuk memperingati tragedi Karbala. Dalam peringatan itu seorang akan berceramah menguraikan sejarah tragedi Karbala, dan para hadirin mendengarkannya. Lalu mereka akan memukul-mukul dada dan melakukan upacara kesedihan (azadari). Penceramah dan para pendengar ini, sangat penting bagi kita. Karena azadari-azadari seperti inilah yang selalu menciptakan semangat menggelora kaum Syiah dan mendorong mereka untuk selalu siap memerangi kebatilan demi menegakkan kebenaran.

Kita harus membelanjakan puluhan juta dolar untuk menguasai para penceramah dan para pendengar ini. Pada tahap pertama kita harus mendapatkan orang-orang Syiah yang suka duit dan memiliki akidah yang lemah, tetapi memiliki kemasyhuran dan kata-kata yang berpengaruh. Melalui orang-orang inilah kita bisa menyusup ke dalam upacara-upacara azadari.

Diantara langkah-langkah yang harus dilakukan dalam hal ini ialah:
1. Mencetak atau menguasai para penceramah yang tidak begitu banyak menguasasi akidah Syiah.

2. Menemukan sejumlah orang dari Syiah lalu mendukung mereka dari segi keuangan, sehingga dengan tulisan-tulisannya mereka akan menyerang pusat-pusat Syiah dan menghancurkan sendi-sendi kesyiahan

3. Memasyarakatkan dan memperbanyak kebiasaan-kebiasaan umum (adat istiadat) yang tidak sesuai dengan akidah Syiah.

4. Di kalangan masyarakat awam, upacara azadari harus ditampilkan seburuk mungkin sehingga akan timbul pandangan bahwa orang-orang Syiah ini adalah sekelompok orang yang dungu, penuh khurafat, yang di bulan Muharram melakukan hal-hal yang sangat mengganggu orang-orang lain.

Untuk menyukseskan semua rencana itu, harus disediakan biaya yang besar, termasuk untuk mencetak penceramah-penceramah dan mendukung mereka. Secara perlahan, Syiah yang merupakan madzhab penting dan memiliki kekuatan logika, akan berubah menjadi sebuah madzhab yang di bagian dalamnya kosong melompong. Jika sudah demikian maka jadilah madzhab Syiah dibenci oleh masyarakat umum, sementara di dalam, mereka akan saling cakar. Jika sudah demikian, maka sebagai langkah terakhir, tinggal kita kerahkan sedikit kekuatan untuk membasmi mereka secara tuntas.

5. Berbagai topik anti marja'iyyah harus disusun, lalu diserahkan kepada para penulis bayaran untuk disebarkan di tengah masyarakat luas. Marjaiyyah yang merupakan pusat kekuatan Syiah harus dimusnahkan. Maka kaum Syiah akan bertebaran tanpa arah sehingga menjadi mudah bagi untuk memusnahkan semua mereka.(Selesai)

"Demikian tulisan di atas diterjemahkan dari Bahasa Persia. Jika ada yang berminat untuk membaca teks aslinya dalam bahasa Inggris, silahkan klik alamat berikut ini."
http://www.victorynewsmagazine.com/images/ConspiracyAgainstJaffariSchoolofThoughtRevealed.htm

oleh: Zensom
Source: http://groups.yahoo.com/group/Kajian_Islam/message/19

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati