Archives

Korespondensi Muhammad bin Abu Bakr dan Muawiyah

Berikut ini surat Muhammad bin Abu Bakar yang ditujukan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan, sebagaimana yang dinukil di dalam kitab Muruj adz-Dzahab, karya al-Mas'udi:

Dari Muhammad bin Abu Bakar kepada si tersesat Muawiyah bin Shakhr.

Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah!

Amma ba'du, sesungguhnya Allah SWT, dengan keagungan dan kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah kelemahan dalam kekuasaan-Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. ia menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya.

Dia menjadikan orang yang tersesat atau orang yang lurus, orang yang malang dan orang yang beruntung.

Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Mahatahu memilih dan mengkhususkan Muhammad saw dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang memilih Muhammad saw berdasarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai rasul dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya, mengimaninya, membenarkannya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima Islam sebagai agamanya —adalah saudaranya dan misannya Ali bin Abi Thalib— yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua kesayangannya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan dirinya sendiri pada saat-saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai demi perdamaiannya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang maupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan serta dihinakan. Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad, tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang mendekatinya dalam amal perbuatannya.

Dan saya heran melihat engkau hendak menandinginya! Engkau adalah engkau! Sejak awal Ali unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus dalam niat, keturunannya paling bagus, istrinya adalah wanita utama, dan pamannya (Ja'far) syahid di perang Mu'tah. Dan seorang pamannya lagi (Hamzah) adalah penghulu para syuhada perang Uhud, ayahnya adalah penyokong Rasulullah saw dan istrinya

Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasulullah saw. Kamu berdua berjihad untuk memadamkan nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan menghasud dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan, dan mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan engkau melanjutkan perbuatannya seperti itu pula.

Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang meminta-minta perlindungan engkau, yaitu dari kelompok musuh Rasulullah yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimpin yang munafik dan pemecah belah dalam melawan Rasulullah saw.

Sebaliknya sebagai saksi bagi Ali dengan keutamaannya yang terang dan keterdahuluannya (dalam Islam) adalah penolong-penolongnya yang keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al-Qur'an, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Dan mereka itu merupakan pasukan yang berada di sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah mereka untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut ditaati, dan malapetaka bila mengingkarinya.

Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedang dia adalah pewaris dan pelaksana wasiat Rasulullah saw, ayah anak-anak Rasulullah saw, pengikut pertama, dan yang terakhir menyaksikan Rasulullah saw, teman berbincang, penyimpan rahasia dan serikat Rasulullah saw dalam urusannya. Rasulullah saw memberitahukan pekerjaan beliau kepadanya, sedang engkau adalah musuh dan anak dari musuh beliau.

Tiada peduli keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al-'Ash menghanyutkan engkau dalam kesesatanmu, akan tampak bahwa waktumu berakhir sudah dan kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa yang akan memiliki masa depan yang mulia. Engkau tidak mempunyai harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau pikirkan.

Kepada-Nya engkau berbuat licik. Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombonganmu membuat engkau jauh dari Dia.

Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk.
[1]


Jawaban Surat Muawiyah Kepada Muhammad bin Abu Bakar


Dari Muawiyah bin Abu Sufyan.

Kepada pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.

Salam kepada yang taat kepada Allah.

Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Mahakuasa dan Nabi pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaiakan. Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah saw, dan bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.

Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan dengan keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada orang lain.

Di zaman Nabi saw, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaannya jauh di atas kami.

Dan Allah SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi Dia menampakkan dakwah-Nya dan men-jelaskan hujjah-Nya. Kemudian Allah mengambil Nabi saw ke sisi-Nya.

Ayahmu dan Faruq-nya (Umar) adalah orang-orang pertama yang merampas haknya. Hal ini diketahui umum.

Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar, tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai dengan mereka berdua.

Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak juga mereka menyampaikan kepadanya rahasia mereka, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.

Kemudian bangkitlah orang ketiga, yaitu Usman yang menuruti tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang kerusakan-kerusakan yang dilakukan Usman agar orang-orang yang berdosa di propinsi-propinsi mengembangkan maksud-maksud buruk terhadap-nya dan engkau bangkit melawannya. Engkau menunjukkan permu-suhanmu kepadanya untuk mencapai keinginan-keinginamu sendiri.

Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan. Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau urusi. Engkau tidak akan dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu peristiwa. Tak ada yang dapat menyamainya.

Ayahmu bekerja sama dengan dia dan mengukuhkan kekuasaannya. Bila kaum katakkan bahwa tindakanmu benar, (maka ketahuilah) ayahmulah yang mengambil alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Apabila ayahmu tidak melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak Abu Thalib dan kami akan sudah menyerah kepadanya.

Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan dia seperti ini dihadapan kami, dan kami pun mengikutinya; maka cacat apa pun yang akan kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri, atau berhentilah dari turut campur.

Salam bagi orang yang kembali.
[2]


Para sejarahwan, terutama Thabari menyembunyikan surat menyurat yang terjadi di antara Muhammad bin Abu Bakar —salah seorang pengikut Ali— dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Karena di dalam surat-surat tersebut terdapat pembuktian akan kedudukan Imam Ali sebagai washi Rasulullah saw, dan sekaligus menyingkap keadaan para khalifah yang sebenarnya. Setelah menyebutkan sanad kedua surat tersebut Thabari memberikan alasan bahwa di dalam kedua surat tersebut terdapat sesuatu yang masyarakat umum tidak tahan untuk mendengarnya. Kemudian setelah itu datang Ibnu Atsir, dan dia pun melakukan sebagaiman yang telah dilakukan oleh Thabari. Selanjut-nya, Ibnu Katsir mengikuti jalan yang telah mereka tempuh. Dia hanya memberi isyarat kepada surat Muhammad bin Abu Bakar, namun sama sekali membuang surat tersebut dari penulisan. Ibnu Katsir mengatakan, "Di dalamnya terdapat kata-kata kasar." Apa yang telah dilakukan oleh para sejarahwan yang tiga itu adalah seburuk-buruknya bentuk penyembunyian kebenaran. Ini semua membuktikan dengan amat jelas akan ketidak-objektifan mereka.

Apa yang mereka maksud dengan perkataan "masyarakat umum tidak tahan untuk mendengarkan isi keduanya"?

Apakah karena masyarakat umum tidak akan meyakini para khalifah lagi setelah mendengar isi kedua surat tersebut?

Anda dapat mengetahui rahasia kenapa Thabari, Ibnu Atsir dan Ibnu Katsir tidak bersedia menukil surat-surat di atas. Karena surat-surat tersebut menyingkap perselisihan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin dalam urusan kekhalifahan, yang merupakan hak Ali. Muawiyah mengakui ini, namun dia beralasan bahwa kekhalifahannya hanyalah kepanjangan kekhalifahan Abu Bakar. Kemudian Muawiyah mengecam anak Abu Bakar (yaitu Muhammad bin Abu Bakar) dengan hal ini, sehingga menjadikannya terdiam tidak dapat bicara dalam urusan ini.

[1] Muruj adz-Dzahab, Mas'udi, jld. 3, hal. 20.
[2] Muruj adz-Dzahab, jld. 3, hal. 20.


http://www.al-shia.org/html/id/books/Kebenaran-Hilang/012.htm

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Wasiat Nabi Muhammad saw Yang Terabaikan

"Aku tinggalkan untuk kalian dua amanat, selama kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Salah satunya lebih agung dari yang lain. Yakni Kitab Allah (al-Qur'an), tali rahmat-Nya yang terbentang dari langit hingga bumi. Yang kedua adaah 'itraty (kerabatku), yakni ahli baitku (keluargaku). Keduanya tidak akan berpisah di sisiku hingga masuk di haudh (telaga surga). Perhatikanlah bagaimana kalian akan bersikap dengan kedua amanat itu?" Demikian terjemahan redaksi hadits Nabi Muhammad saw dalam Sunan Turmidzi dari sekian banyak redaksi-redaksi hadits yang mempunyai makna hampir sama dan dapat dipastikan kesahihannya.

Namun dalam kenyataannya wasiat tersebut hampir tidak pernah disinggung dan "dihilangkan" dalam pendidikan dan pengajaran umat Islam. Hadits wasiat tersebut biasa dikenal dengan sebutan hadits al-Tsaqalain, dua perkara berat yang diamanahkan Rasulullah sw kepada umatnya. Hadits di atas bagi mayoritas kaum muslim mungkin terdengar baru bahkan mungkin dianggap hadits lemah karena galibnya mereka didengarkan, diajarkan, dan didoktrin dengan riwayat yang lain, yaitu "Wahai manusia, sesungguhnya aku meninggalkan dua hal untuk kalian. Apabila kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Keduanya adalah Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya". Padahal jika anda mempelajari dan mengetahui ilmu hadits, anda akan temukan bahwa kedua hadits yang kontradiksi tersebut memiliki perbedaan kualitas yang menonjol. Hadits yang pertama memiliki kualitas yang dapat diandalkan sedangkan hadits terakhir dapat dipastikan memiliki kualitas jauh lebih rendah dan lemah dari hadits pertama. Tidak percaya? Coba cari penelitian, takhrij kedua hadis tsaqalain di internet. Anda akan menjumpai banyak penelitan dan takhrij atas hadist tersebut yang dapat memahamkan kita semua meski anda bukan orang yang mumpuni masalah hadits. Anda dapat juga mengkrosceknya dengan puluhan kitab riwayat, rijal hadits yang tersebar gratis di dunia maya untuk menghilangkan rasa ketidakpercayan anda.

Tidak diketahui secara pasti sejak kapan dan kenapa wasiat Nabi Muhammad saw tersebut tidak menyebar luas sebagaimana riwayat lemah kedua yang sering kita dengar sewaktu sekolah, kuliah bahkan ketika khatib-khatib Jum'at mulai memerintahkan kita semua untuk bertakwa kepada Allah swt. Namun jika merunut sejarah peradaban Islam, ada masa-masa di mana ahli bait, keluarga Nabi Muhammad saw beserta para pengikutnya ditindas, dikejar-kejar bahkan dibunuh oleh pihak pemegang kekuasaan. Suatu masa dimana menyebut nama mereka merupakan sebuah tindakan kriminal yang dapat membunuh si pengucapnya. Yunus bin Ubaid berkata: "Aku bertanya kepada Hasan al-Basri: 'Wahai Abu Sa'id, mengapa engkau katakan bahwa Rasululah saw bersabda demikian… demikian, sedangkan engkau sendiri tidak mengetahui asal-usulnya?'. Kemudian Hasan al-Basri menjawab: 'Wahai kemenakanku, engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu yang orang lain belum pernah menanyakannya padaku, bukankah engkau mengerti bagaimana keadaan zaman yang kita hadapi sekarang ini, … ketahuilah … setiap engkau mendengar aku berkata "Rasulullah saw bersabda", maka hadits itu adalah dari riwayat Ali bin Abi Thalib ra hanya saja sekarang ini kita berada dalam zaman di mana tidak boleh menyebut nama Ali bin Abi Thalib". Di masa-masa itulah kemungkinan besar wasiat Nabi Muhammad saw mulai terpinggirkan dan tidak diajarkan pada umat Islam.

Apakah wasiat Nabi Muhammad saw yang merupakan bentuk pengutamaan beliau atas keluarganya seperti halnya tindakan nepotisme sahabat Utsman yang didorong oleh rasa kemanusiaannya, yang akhirnya kebijakan tersebut membunuh dirinya sendiri?
"Itulah (karunia) yang Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu upah untuk itu kecuali kasih sayang kepada keluarga". dan barangsiapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan pula baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Berterimakasih." (al-Syura: 23).
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (al-Ahzab: 33).
Ayat di atas dan banyak hadits-hadits lain menunjukkan bahwa perintah Nabi Muhammad saw kepada semua umat Islam agar mencintai, mengutamakan, mengikuti, bahkan memasukkan ahli bait Nabi Muhammad saw dalam bacaan shalawat merupakan bagian dari perintah Allah Maha Bijaksana yang disampaikan melalui nabi-Nya.

Untuk keperluan perintah tersebut, Allah dengan cara-Nya yang misterius menyiapkan semua yang diperlukan. Allah menciptakan pribadi-pribadi suci berkualitas dari keturunan langsung Nabi Muhammad saw untuk menjaga umat Islam sampai akhir zaman. Merekalah yang disebut ahli bait Muhammad saw (setidaknya yang menjadi kesepakatan seluruh umat Islam adalah Nabi Muhammad saw, Sayyidah Fatimah, Ali, dan kedua putranya Hasan dan Husain). Kedudukan tinggi mereka di sisi Allah dan Nabi-Nya diketahui dengan pasti tidak hanya oleh kalangan ulama biasa melalui banyaknya riwayat Nabi Muhammad tentang mereka. Kalangan ulama khash, sebagai pemegang rahasia Tuhan, pun mengetahui kedudukan mereka dengan jelas. Sebut saja Ibnu Arabi, ia memandang bahwa generasi Fatimah al-Zahra sebagai generasi suci secara dzati. "Sedekat-dekat manusia kepada Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, imam semesta dan pemegang rahasia para nabi seluruhnya"; "Akar dan pokok pohon Tuba berada di kediaman Ali bin Abi Thalib", adalah beberapa pengakuan beliau akan keutamaan dan keunggulan Ahli bait Nabi Muhammad saw.
Contoh lainnya adalah Jalal al-Din al-Rumi. Ia menjuluki Ali bin Abi Thalib dengan lebih dari 50 gelar dalam Matsnawinya. Ali sebagai kebanggaan setiap Nabi; sebagai kebanggaan setiap wali; singa Tuhan; cahaya di atas cahaya; yang tenggelam dalam cahaya Allah, dan lain sebagainya. Bahkan ketika mengomentari peristiwa pembunuhan Husain as, satu kejadian selain pembunuhan Yahya bin Zakariya as yang menyebabkan langit menangis darah, ia mengatakan: "Tidakkah engkau tahu bahwa hari Asyura adalah hari duka cita bagi satu jiwa yang lebih utama ketimbang seluruh abad? Bagaimana bisa tragedi ini dianggap ringan oleh seorang mukmin hakiki? Kecintaan kepada anting (Husain) sama dengan kecintaan kepada telinga (Nabi Muhammad saw). Dalam pandangan mukmin sejati, duka cita kepada ruh murni lebih agung ketimbang ratusan banjir pada (zaman) Nuh".

Akhirnya, Tuhan memberikan dua pilihan pada kita semua. Mengecewakan Nabi Muhammad saw atau mencintai ahli baitnya di zaman manusia mendapat kebebasan berpikir, bersuara dan berkeyakinan seperti sekarang ini.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Zainab al-Kadzdzabah dan Tes Keaslian Dzuriyah al-Musthofa

Kisah ini bisa anda temukan di Lisan al-Mizan milik Ibnu Hajar, Muruj al-Dzahab milik al-Mas'udi, Syaraf al-Mushtofa milik Abu Said Naysaburi, Durar al-Simthayn fi Fadhilah Ahl al-Bayt milik Muhammad Yusuf al-Zarnadi al-Hanafi, dan beberapa di kitab Syiah, seperti Bihar al-Anwar, dll. Entah kisah ini benar atau tidak setidaknya bisa menambah wawasan kita tentang keutamaan Ahlu bait Nabi Muhammad saw. Kisah ini memiliki beberapa versi yang bisa anda baca sendiri di kitab-kitab tersebut atau cari di google bahasa Arab dengan entry زينب الكذابة. Berikut salah satu versi terjemahan bebas kisah tersebut.

Suatu hari muncul seorang perempuan bernama Zainab yang mengaku sebagai keturunan Nabi saw melalui Ali as dan Fatimah as. yang kemudian dihadapkan di depan al-Mutawakkil. al-Mutawakkil kebingungan dan bertanya pada bawahannya: "Bagaimana kita memastikan kebenaran hal ini?" Salah satu bawahannya mengatakan: "Panggil saja putra al-Ridha (ahlu bait yang sudah masyhur nasab dan keutamaannya, salah satu imam dari 12 imam Syiah) mungkin bisa memastikan kebenarannya". Kemudian ditanyakan persoalan itu kepadanya. beliau as menjawab: "Ujilah, karena sesungguhnya Allah swt mengharamkan seluruh daging keturunan Fatimah as bagi binatang buas. Tempatkan dia bersama singa. Jika ia benar maka ia akan selamat dan jika ia berbohong pasti ia akan dimakan singa itu". Ketika zainab diberitahu saal ujian tersebut, ia mengaku berdusta dan kemudian dibawa keliling di jalanan Samarra dan dipanggil dengan nama Zainab si Pendusta dan tidak memiliki hubungan dengan keluarga Nabi Muhammad saw. Beberapa hari kemudian salah seorang bawahan al-Mutawakkil berkata: "Wahai amirul mukminin, seumpama kita coba tes itu padanya, kita pasti akan tahu kebenaran ucapannya." kemudian Beliau as ditempatkan bersama singa dan singa tersebut benar-benar tidak menyentuhnya. Al-Mutawakkil kemudian berkata: "Jika kalian sebarkan hal ini pada masyarakat akan kupenggal leher kalian". WaAllah a'lam

Finally, Don't Try this at Zoo

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Benarkah Syiah mencela Para Sahabat?

"Bagaimana dan dengan logika apa kita dapat menyamakan di antara seluruh sahabat dan menyebut keduanya adalah sahabat? Misalnya antara Malik bin Nuwairah dan orang yang membunuhnya dengan keji dan pada malam itu juga seranjang dengan istrinya! Sekali-kali tidak dapat dibenarkan peminum khamar seperti Walid bin Uqbah hanya karena statusnya sebagai sahabat kemudian kita bela. Atau menyokong dan membela yang menjadikan pemerintahan Islam seperti sebuah kekuasaan diktator dan membunuh orang-orang shaleh dalam umat dan mengangkat senjata berperang melawan imam dan khalifah sah (Ali bin Abi Thalib)? Apakah dapat dibenarkan kita memandang sama antara Ammar Yasir dan kepala kelompok pemberontak hanya karena keduanya sahabat padahal Rasulullah Saw bersabda: "Ammar akan dibunuh oleh kelompok tiran dan pemberontak."

Di antara perkara yang menjadi sasaran tudingan Syiah semenjak dahulu hingga kini (sebagaimana yang diklaim oleh musuh-musuh Syiah) adalah bahwa Syiah memendam dendam dan kusumat kepada sahabat. Tatkala kita mengkaji tudingan secara realistis dan jauh dari segala sikap puritan maka kita akan jumpai tudingan ini sama sekali jauh dari kenyataan yang ada. Lantaran Syiah sangat menghormati Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Bagaimana mungkin Syiah memendam kusumat kepada sahabat sementara mereka memandang sahabat sebagai penyebar syariat dan cahaya Tuhan untuk kemanusiaan? Mereka adalah sandaran dan pembela Rasulullah Saw. Orang-orang yang berjihad di jalan Allah! Bagaimana mungkin Syiah membenci mereka sementara Allah Swt memuji mereka dan berfirman tentang mereka, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, dan tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (Qs. Al-Fath [48]:29)

Mereka adalah orang-orang yang menolong Allah dan Rasul-Nya. Menghidupkan agama-Nya dan membangun dasar pemerintahan Islam serta mengeliminir jahiliyyah.[i]
Imam dan pemimpin kaum Syiah, Baginda Ali bersabda ihwal para sahabat Rasulullah Saw: "Aku telah melihat para sahabat Muhammad Saw, tetapi aku tak menemukan seseorang yang menyerupai mereka. Mereka mengawali hari dengan debu di rambut dan wajah (dalam kesukaran hidup) serta melewatkan malam dalam sujud dan berdiri dalam salat. Kadang-kadang mereka letakkan (sujudkan) dahi mereka, dan terkadang pipi mereka. Dengan ingatan akan kebangkitan, mereka nampak seakan berdiri di atas bara menyala. Nampak seakan di antara mata mereka ada tanda-tanda seperti lutut kambing, akibat sujud yang lama. Bilamana nama Allah disebutkan, air mata mereka mengalir deras hingga kerah baju mereka basah. Mereka gemetar karena takut akan hukuman dan harapan akan pahala, seperti pohon gemetar pada hari angin topan."[ii]

Demikian juga, Baginda Ali As menandaskan, "Saudara-saudaraku yang mengambil jalan (yang benar) dan melangkah dalam kebenaran? Di manakah 'Ammar? Di manakah Ibn at-Tayyihan? Di mana Dzusy-Syahadatain? Dan di manakah yang lain-lain seperti mereka di antara para sahabat tnereka yang telah membaiat sampai mati dan yang kepalanya (yang tertebas) dibawa kepada musuh yang keji? Kemudian Amirul Mukminin menggosokkan tangannya ke janggutnya yang mulia lalu menangis dalam waktu lama, kemudian ia melanjutkan: Wahai! saudara-saudaraku yang membaca Al-Qur'an dan mengeluarkan hukum berdasarkan al-Qur'an, memikirkan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Tuhan kepada mereka dan menunaikannya, menghidupkan sunah dan menghancurkan bidah. Ketika mereka dipanggil untuk berjihad, mereka menyambut dan mempercayai pemimpin mereka lalu mengikutinya."[iii]

Imam Sajjad As juga dalam Shahifah Sajjadiyah mendoakan para sahabat Rasulullah Saw, "Ya Allah! di antara penghuni bumi para pengikut rasul dan yang membenarkan mereka secara gaib ketika para pembangkang melawan mereka dengan pembohongan mereka merindukan para rasul dengan hakikat keimanan (tatkala orang-orang mendustakan dan menentangnya). Pada setiap zaman dan masa ketika Engkau mengutus seorang rasul memberikan petunjuk dan jalan kepada manusia sejak Adam sampai Muhammad Saw para imam pembawa petunjuk pemimpin ahli takwa sampaikan shalawat kepada mereka semua. Kenanglah mereka dengan ampunan dan keridhaan! Ya Allah! Khususnya para sahabat Muhammad yang menyertai Nabi dengan persahabatan sejati yang menanggung bala yang baik dalam membelanya menjawab seruannya ketika ia memperdengarkan hujjah risalahnya. Meninggalkan istri dan anak-anak untuk menegakkan kalimahnya. Memerangi bapak-bapak dan anak-anak untuk meneguhkan nubuwahnya dan memperoleh kemenangan karenanya. Mereka yang dipenuhi kecintaan kepadanya mengharapkan perdagangan yang tidak pernah merugi dalam mencintainya. Mereka yang ditinggalkan keluarga karena berpegang kepada talinya. Mereka yang diusir oleh kerabatnya ketika berlindung dalam naungan kekeluargaannya. Ya Allah! Jangan lupakan mereka apa yang telah mereka tinggalkan karena-Mu dan di jalan-Mu. Ridhoilah mereka dengan ridho-Mu. Karena telah mendorong manusia menuju kepada-Mu dan bersama rasul-Mu mereka menjadi para dai yang menyeru kepada-Mu. Balaslah dengan kebaikan pelarian mereka dan kepergian mereka dari kaumnya menuju-Mu. Meninggalkan kesenangan menuju kesempitan. Balaslah dengan kebaikan kepada mereka yang teraniaya karena menegakkan agama-Mu. Ya Allah! Sampaikan pahala terbaik kepada para pengikut mereka dalam kebaikan yang berkata, "Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman." [iv]

Demikian juga para juris Syiah meyakini kedudukan dan derajat para sahabat. Syahid Shadr berkata, "Sahabat adalah manifestasi iman dan penerang, terbaik dan model orang shaleh terbaik bagi kemajuan umat Islam. Sejarah umat manusia tidak akan mengenang sebuah generasi dengan keyakinan lebih unggul, lebih utama, lebih jenius, lebih suci daripada para penolong yang dididik oleh nabi."[v]

Benar kita memiliki perbedaan dengan Ahlusunnah. Hal itu dikarenakan kami membagi sahabat Rasulullah Saw dan orang-orang yang hidup dengannya dengan mengambil inspirasi dari ayat-ayat al-Qur'an menjadi beberapa bagian:

01Kelompok orang-orang terdahulu: "Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (Qs. Al-Taubah [9]:100)

02Kelompok yang memberikan baiat di bawah pohon: "Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon. Allah mengetahui keimanan dan kejujuran yang ada dalam hati mereka. Oleh karena itu, Dia menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (Qs. Al-Fath [48]:18)

03Kelompok yang berinfak dan berjihad sebelum kemenangan: "Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sebelum tercapai kemenangan (dengan orang yang menginfakkannya setelah kemenangan tercapai). Mereka memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Tapi Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Hadid [57]:10)

Sebagai kebalikan model-model utama dan pribadi-pribadi atraktif, al-Qur'an menyebutkan kelompok-kelompok lainnya yang sangat berseberangan secara diametral dengan model-model di atas:

1. Orang-orang munafik.[vi]
2. Orang-orang munafik yang tersembunyi dan Rasulullah Saw tidak mengenal mereka.[vii]
3. Orang-orang yang lemah iman dan sakit hatinya.[viii]
4. Orang-orang (lemah) yang mendengarkan dengan seksama ucapan-ucapan orang yang suka membuat fitnah.[ix]
5. Orang-orang yang di samping mengerjakan kebaikan pada saat yang sama juga mengerjakan keburukan.[x]
6. Orang-orang yang cenderung murtad.[xi]
7. Orang-orang fasik yang berbeda antara ucapan dan perbuatannya.[xii]
8. Orang-orang yang iman belum lagi masuk ke dalam hati-hati mereka.[xiii] Dan sifat-sifat tercela lainnya yang disebutkan sebagian dari mereka.

Di samping itu, di antara para sahabat terdapat orang-orang yang bermaksud membunuh Rasulullah Saw pada sebuah malam yang dilakukan oleh Uqbah.
Karena itu kita dapat menyimpulkan pandangan Syiah terkait dengan sahabat: Dalam mazhab Ahlulbait As sahabat seperti orang lain artinya di antara mereka terdapat orang yang adil dan tidak adil. Dalam pandangan Syiah tidak semua sahabat itu adil. Sepanjang perilaku dan perbuatan Rasulullah Saw tidak menjelma dalam kehidupan mereka maka status mereka sebagai sahabat tidak memiliki peran dalam keadilannya.

Dengan demikian, kriteria dan pakemnya adalah perilaku dan perbuatan praktis. Barang siapa yang perbuatan dan perilakunya sejalan dengan kriteria dan pakem agama Islam maka ia adalah seorang yang adil. Selainnya tidak adil. Sebagaimana yang telah kami katakan bahwa pandangan ini selaras dengan ajaran al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw.

Bagaimana dan dengan logika apa kita dapat menyamakan di antara seluruh sahabat dan menyebut keduanya adalah sahabat? Misalnya antara Malik bin Nuwairah dan orang yang membunuhnya dengan keji dan pada malam itu juga seranjang dengan istrinya! Sekali-kali tidak dapat dibenarkan peminum khamar seperti Walid bin Uqbah hanya karena statusnya sebagai sahabat kemudian kita bela. Atau menyokong dan membela yang menjadikan pemerintahan Islam seperti sebuah kekuasaan diktator dan membunuh orang-orang shaleh dalam umat dan mengangkat senjata berperang melawan imam dan khalifah sah (Ali bin Abi Thalib)? Apakah dapat dibenarkan kita memandang sama antara Ammar Yasir dan kepala kelompok pemberontak hanya karena keduanya sahabat padahal Rasulullah Saw bersabda: "Ammar akan dibunuh oleh kelompok tiran dan pemberontak."[xiv]

Apakah ada orang yang berakal akan berbuat demikian? Dengan asumsi kita melaukan hal seperti ini apakah masih ada yang tersisa dari Islam tatkala kita senantiasa berupaya menjustifikasi perbuatan-perbuatan para pejuangnnya dan orang-orang tiran hanya karena mereka sahabat?

Pada hakikatnya Islam lebih mulia dan agung dari tindakan ingin mencampur aduk dengan kejahatan orang-orang jahat dan menyimpang pada setiap ruang dan waktu!! Inilah keyakinan kami. Kami tidak berbasa-basi dengan siapa pun. Lantaran kebenaran lebih layak untuk dijelaskan dan diikuti.Kami ingin bertanya kepada saudara-saudara Sunni apakah kalian memandang sama antara Khalifah Ketiga Utsman dan orang yang membunuhnya?Apabila keduanya adalah sama lalu mengapa serangan banyak dilancarkan kepada Ali As dan dengan dalih menuntut darah Utsman api peperangan Jamal dan Shiffin bisa meletus? Dan apabila dua kelompok ini tidak sama, orang-orang yang menentang dan orang-orang yang mendukung dalam pembunuhanya – apatah lagi orang-orang yang membunuhnya – mereka diperkenalkan sebagai orang-orang yang keluar aturan dan syariat maka hal itu adalah tiadanya keadilan pada sahabat! Lantas mengapa ada serangan kepada Syiah sementara pandangan mereka sama dengan pandangan yang lain?

Karena itu, dalam pandangan Syiah kriterianya adalah keadilan, berpegang teguh kepada sirah Rasulullah Saw dan menjalankan sunnah beliau semasa hidupnya dan pasca wafatnya. Barang siapa yang berada di jalan ini maka, dalam pandangan Syiah, ia harus dihormati dan jalannya diikuti serta didoakan semoga rahmat Tuhan baginya melimpah dan memohon supaya ditinggikan derajatnya. Namun orang-orang yang tidak berada di jalan ini kami tidak memandangnya sebagai orang adil. Sebagai contoh dua orang sahabat mengusung lasykar disertai dengan salah seorang istri Rasulullah Saw lalu berhadap-hadapan dengan khalifah legal Rasulullah Saw Ali bin Abi Thalib As menghunus pedang di hadapannya di perang Jamal. Mereka memulai perang yang menelan ribuan korban jiwa kaum Muslimin. Izinkan kami bertanya apakah angkat senjata dan menumpahkan darah orang-orang tak berdosa ini dapat dibenarkan? Atau orang lain yang disebut sebagai sahabat Rasulullah Saw dan menghunus pedang pada sebuah peperangan yang disebut sebagai Shiffin. Kami berkata perbuatan ini bertentangan dengan syariat dan memberontak kepada imam dan khalifah legal. Perbuatan-perbuatan ini tidak dapat diterima dengan membuat justifikasi bahwa mereka adalah sahabat. Demikianlah poin asasi perbedaan pandangan antara Syiah dan yang lainnya. Jelas bahwa di sini yang mengemuka bukan pembahasan mencela dan melaknat sahabat.
[Pernah dimuat di site Islam Quest]

[i]. 'Adâlah Shahâbi, hal. 14, Majma' Jahani Ahlulbait As.
[ii]. Nahj al-Balâghah, hal. 144, Khutbah 97.
[iii]. Nahj al-Balâghah, hal. 164, Khutbah 97, riset oleh Subhi Shaleh.
[iv]. Shahifah Sajjadiyah, hal. 42, Doa Imam untuk Para Pengikut Para Nabi.
[v]. Majmu'e Kâmilah, No. 11, Pembahasan ihwal Wilayah, hal. 48.
[vi]. "Dan infakkanlah sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku barang sekejap sehingga aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang saleh?" (Qs. Al-Munafiqun [63]:10)
[vii]. "Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah ada sekelompok orang yang keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar." (Qs. Al-Taubah [9]:101)
[viii] . "(Ingatlah) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawah (kota)mu (sehingga mereka mengepung kota Madinah), dan ketika penglihatan(mu) terbelalak (lantaran takut) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang yang beriman dan mereka diguncangkan dengan guncangan yang sangat." (Qs. Al-Ahzab [32]:10-11)
[ix]. "Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu. Karena itu, mereka selalu bimbang dalam keragu-raguan mereka. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal (anak-anak kecil, orang-orang tua, dan orang-orang yang sedang menderita penyakit) itu." Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah bagimu selain kerusakan dan keraguan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu untuk menyulut fitnah (dan kekacauan) di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang (lemah iman) yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim." (Qs. Al-Taubah [9]:45-47)
[x]. "Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Taubah [9]:102)
[xi]. "Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan darimu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri (dan tidak mengantuk); mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, "Apakah kita memiliki suatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah, "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya berada di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata, "Sekiranya kita memiliki suatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah, "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati." (Qs. Ali Imran [3]:154
[xii]. "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Qs. Al-Hujurat [49]:6); "Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama." (Qs. Al-Sajdah [32]:18)
[xiii]. Orang-orang Arab Badui itu berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah (kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah tunduk' karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Hujurat [49]:14)
[xiv]. Silahkah lihat, Fushul al-Muhimmah, Abdulhusain Syarafuddin, hal. 189.

Oleh:Akmal Kamil, Lc

http://azzahrabalikpapan.org/artikel/75-benarkah-syiah-mencela-para-sahabat.html

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Nasab Rasulallah Saww Bersih

Isu ini terangkat kala sebagian umat islam mengaku pengikut Rasulillah Saww justru memusyriknya ayahanda Rasulullah Saww. (Innalillah..)

Dalam menjawabnya saya sampaikan 2 jawaban sekaligus bahwa :

Nama ayahanda Rasulullah Saww adalah Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib r.a yang artinya Hamba ALLAH.

Definisinya jelas bahwa ayahanda Rasul Saww sangat mengenal ALLAH AWJ karena nama ini yang membedakan antara penyembah berhala dengan penyembah Illah SWT.

Contoh Nama nama Jahiliyah (mirip mirip Tuhan mereka Latta dan Udza): Uta, Abul Udza, dll

Jadi jelaslah bahwa Ayahanda Mulia Ar Rasul Saww bukan seperti claim mereka..!

Ayah Nabi Ibrahim As tidak Kafir

Banyak orang yang memaknai bahwa Azar adalah ayahnya Nabi Ibrahim demi memuluskan upaya mereka menampilkan ‘cacatnya’ Nasab Nabi Saww.

Namun sekali Lagi Hujjah ALLAH AWJ membungkam sekaligus membongkar kebohongan bertingkat kaum hipokrit pendengki Ar Rasul Saww..

Dalam Nasab Umum inilah Nasab Ayahanda Rasul Saww :

Sayyidina Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim (AMR) bin ‘Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu ‘ Ayy ... bin Isma ‘ell (Ismail) bin ibrahim bin Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin Idris bin Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S

Rantai Nasab diatas ada Nama Azar {tarih}

sesungguhnya keduanya adalah orang yang berbeda. Azaar adalah paman Nabi Ibrahim yang bekerja tuk Namrud dalam membuat Patung. Sedang Tarikh adalah Ayahanda Nabi Ibrahim As.

Lamanya sejarah serta berlapisnya pengkaburan membuat orang sulit mencari jawaban siapa Ayah Nabi Ibrahim As sebenarnya, Padahal Jawabannya ada di Depan mata

Kuncinya ada pada QS al An’am ayat 74 dalam kata Ab’ (ayah dalam makna luas)

Penggunaannya :

Abu jabir (ayah Jabir) Abu Abdillah (ayah Hamba Allah) atau :

Abaaika (Kakek)

metode ini sederhana, namun banyak yang tidak faham, artinya penggunakaan kata ab’ pada orang tertentu tidak menyatakan bahwa orang tersebut adalah Ayah dalam nasab.

Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah Nabi Ibrahim adalah ayat yang menyebutkan Azar sebagai ” ab ” Ibrahim. Misalnya :

Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata kepada ” ab “nya Azar, ” Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan yang nyata“.( al An’am 74 ).

Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh Allah ( al Taubah 114). Dalam menarik kesimpulan dari ayat di atas dan sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim adalah seorang kafir sungguh sangat terlalu tergesa-gesa, karena kata ” abun ” dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah kandung saja.

Kata ab’ bisa juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.

contoh lain : Misalnya al Qur’an menyebutkan Nabi Ismail sebagai ” ab ” Nabi Ya’kub as., padahal beliau adalah paman Nabi Ya’kub as.

Adakah kalian menyaksikan ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 )

Dalam ayat ini dengan jelas kata “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ab ” berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).

Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum Buya Hamka, misalnya.

Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata ” ab ” tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata ” ab ” pada surat al An’am 74 dan al Taubah 114 ?

Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya dan Ia adalah pembuat Patung untuk Raja Namrud

Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang yang dekat dengannya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah ” ( Maryam 44 ).

Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim. Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. ” Berkata Ibrahim, ” Salamun ‘alaika, aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku untukmu ” ( Maryam 47 ).

Kemudian al Qur’an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim As menepati janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa,

Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii ), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah dengan hati yang selamat “.(al Syua’ra 83-89 ).

Allamah Thaba’thabai menjelaskan bahwa kata ” kaana ” dalam ayat ke 86 menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al Mizan 7/163).

Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar menepati janjinya saja kepada Azar, Allah AWJ menyatakan bahwa tidak layak bagi seorang Nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 )

Walid = Ayah Nasab (kandung)

* Bedakan dengan kata walid (sebutan ayah dalam makna nasab/ kandung) seperti doa yang diajarkan Khalil ALLAH Ibrahim As. dan Doa ini muktabar di kalangan kita. Jelaslah bahwa Walid menunjukkan bahwa ia menuju pada Orang tua asli (kandung)

Ketika Nabi Ibrahim datang ke tempat suci Mekkah dan bersama keturunan membangun kembali ka’bah, beliau berdoa,

Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab”( Ibrahim 41 ).

Kata ” walid ” hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan.

Dan yang dimaksud dengan ” walid ” disini tidak mungkin Azar, karena Nabi Ibrahim telah ber-tabarri (berlepas diri) dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah musuh Allah (al taubah 114)

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau, dan keduanya adalah orang-orang yang beriman. Selain itu, kata walid disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.

* Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, ” Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud “.( al Syua’ra 219 ). Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa diri nabi Muhammad saww. berpindah-pindah dari sulbi ahli sujud ke sulbi ahli sujud.

Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah. (lihat tafsir al Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan Majma’ al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).

Nabi Ibrahim as. beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad saww. Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim as. adalah seorang yang ahli sujud kepada Allah swt.

Tentu selain alasan-alasan di atas, terdapat bukti-bukti lain dari hadis Nabi yang menunjukkan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim as. bukan orang kafir.

Hingga timbul Pertanyaan Besar Siapa Ayah kandung Nabi Ibrahim As ?

As Sayyid Nikmatullah al Jazairi menjawabnya dalam kitab an Nur al Mubin fi Qashash al An biya wal Mursalin hal 270 mengutip az Zujjaj bahwa Ayahanda Nabi Ibrahim As bernama Tarikh

Salam atas Khalil ALLAH yang suci.. Salam atas Nabi ALLAH Ibrahim alaihissalam..


Source : Dinukil dari Buletin al Jawad edisi 1421 dan Kitab Adam hingga Isa (Sayyid Jazairi)

Sumber http://www.facebook.com/l/17b08Eu3G5Yod05IuQhkQTqpwzA;mujahid-aqli.blogspot.com/2009/01/nasab-rasulillah-saww-bersih.html

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

WASPADAI ADU DOMBA SUNNAH-SYI'AH!!

Salah satu media massa di Irak berhasil mengungkap bahwa kerajaan Arab Saudi menghabiskan dana 600 Dollar untuk menjalankan lima satelit dalam proyek penyebaran fitnah. Fitnah yang ditujukan untuk memecah belah antara kelompok ahlu sunah-syiah, dan untuk menghantam Iran. Semua itu mereka lakukan dibawah naungan Amerika, Inggris, dan Zionis Israel.

600 Ribu Dollar untuk Kehancuran Iran

Kantor berita ABNA melaporkan, satelit Nahrain net telah dibuat untuk menebarkan fitnah berbahaya serta menciptakan perselisihan antara ahlu sunah dan syiah, berdasarkan laporan ini Muqarran bin Abdul Aziz kepala badan informasi Arab Saudi, memerintahkan pembuatan media provokasi yang baru serta perangkat satelit yang digunakan untuk menyebarkan fitnah di dunia Arab dan dunia Islam. Diberitakan bahwa satelit ini dibuat atas prakarsa Amerika, Inggris, dan rezim zionis. Mereka menggalang dana 600 Dollar untuk menyebarkan fitnah dan kebohongan.

Sumber berita Ma’aridh Saudi di Washington juga menjelaskan bahwa kerajaan Saudi menghabiskan biaya 600 juta dolar untuk proyek ini, bahkan pengeluaran untuk proyek ini bisa mencapai milyaran dolar untuk bisa menyebarkan berbagai macam fitnah diantara ahlu sunah dan syiah serta memunculkan madzhab sufi baru. Berdasarkan sumber berita ini raja Abdullah bin Abdul Aziz telah menyerahkan tugas ini pada dinas bagian informasi dan komunikasi 8 bulan yang lalu. Semua media masa Arab Saudi baik yang didalam atau diluar negeri berhubungan langsung dengan dinas ini, seperti chanel Al Arabiyah dan dua koran internasional As Syarqul Ausath dan Al Hayah yang diterbitakan di London, Satelit As Syarqiya di Irak, dan AL Lubnaniyah yang berhubungan dengan kelompok 14 Maret. Berdasarkan laporan ini, fitnah yang disebutkan tidak akan disebar di kawasan negara-negara Arab tapi ditujukan pada negara-negara Islam yang lain.

Sumber ini menerangkan tujuan kerajaan menggulirkan proyek dengan dana sebanyak ini adalah agar kerajaan Saudi Arabia menjadi perwakilan dunia Islam yang berwenang sepenuhnya pada dua bangunan suci di Mekah dan Madinah. Saudi merasa sudah cukup terdesak untuk mengambil langkah preventif membendung opini masyarakat Islam yang memandang Saudi sebagai sekutu Israel dan menjadi penentu kelancaran proyek-proyek AS di Timur Tengah. Ratusan juta orang Ahlus Sunnah percaya bahwa Arab Saudi dan AS membela tentara zionis pada saat melawan para pejuang Lebanon dan ketika mereka menyerang Gaza. Anak keturunan raja Arab Saudi yang terhitung orang penting kerajaan berjabat tangan dengan Iyalun menteri luar negeri rezim zionit pada saat konferensi internasional, hal ini menambah keyakinan masyarakat internasional bahwa Arab Saudi memang memiliki hubungan erat dengan Israel.

Sumber ini menambahkan, keberlanjutan hubungan seperti ini akan memperkuat pandangan dunia Islam bahwa Arab Saudi bekerjasama dengan Israel dan disisi lain posisi Iran, Turki, Hizbullah serta Hamas dimata Dunia Islam makin menguat. Karenanya pembuatan satelit-satelit tersebut bertujuan menyerang Iran, Hizbullah maupun Hamas. Dijelaskan juga bahwa pembuatan fitnah oleh Arab Saudi bukanlah hal yang baru, melainkan sudah dimulai sejak jatuhnya rezim Saddam. Sejak itu, departemen informasi dan komunikasi berjuang sekuat tenaga untuk membuat perselisihan antara ahlu sunah dan syiah Mereka juga menggunakan Al Mustaqilah yang mana salah satu pemilik hak khususnya adalah Hasyimi seorang wartawan koran Tunisia yang dekat dengan Zainal Abidin bin Ali seorang aparat pemerintah, media masa yang memiliki masalah dalam pemodalan ini kembali bisa bangkit dengan bantuan pemerintah Arab Saudi.

Saudi Arabia juga menjadi penyuplai dana 14 satelit Ahlus Sunnah di Irak, selain itu juga menjadi pemrakarsa terbentuknya dua satelit Shofa dan Washal. Dua satelit yang secara khusus menyiarkan siaran yang menyerang syiah disetiap harinya. Dalam siarannya dua satelit ini juga sering menghina orang-orang Ahlul Bait as. Tidak cukup sampai disitu seorang Kuwait Yasser Al Habib terang-terangan menghina Istri Nabi saw. Sumber ini menekankan berdasarkan informasi yang didapatkan dari media yang ada di London dan Arab Saudi kepemimpinan dinas informasi dan komunikasi akan diberikan pada Muqaran bin Abdul Aziz yang masih keturunan raja. Karena itu maka lebih leluasa untuk digunakan menyerang syiah seperti dua satelit yang lain Washal dan Shafa. Ada beberapa bahasa yang digunakan satelit-satelit tersebut diantaranya
Inggris, Pastu, Turki, Urdu, dan Persia.

Kedutaan luar negri Arab Saudi di London 3 bulan yang lalu menerima tiga pembesar Ahlus Sunnah dari Iran yang merupakan penentang pemerintahan Iran, pertemuan itu dilakukan secara teratur. Secara terang-terangan diberitahukan kepada mereka bahwa banyak dana yang dikeluarkan untuk membuat satelit baru dalam rangka perang dingin dengan Syiah dan untuk menciptakan perselisihan antara Ahlus Sunnah dan Syiah.

Kerajaan Arab Saudi berharap bisa membuat 5 satelit yang dikhususkan untuk menyebar berita di Iran, dengan bahasa Persia dan Kurdi untuk melakukan penghancuran di Iran. Ditetapkan juga Muntashir al Buluci seorang prajurit upahan sebagai orang yang berwenang memenejemen salah satu satelit tersebut. Sumber juga melaporkan bahwa dinas komunikasi dan informasi Arab saudi ini juga bekerja sama dengan intelijen Inggris, Amerika, dan Israel.

Orang-orang Israel telah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan detail sejak tahun 2005 M, data ini ditawarkan pada kerajaan Arab Saudi untuk kepentingan itu. Dan tujuan paling penting dari usaha perlawanan pada syiah adalah memunculkan fitnah antar madzhab di dunia Arab dan khususnya Libanon. Negara-negara sekitar teluk Persia seperti
Kuwait sesuai konsep zionis merupakan daerah paling tepat untuk mengembalikan nama baik Arab Saudi dimata dunia islam juga diantara negara-negara Ahlus Sunnah lainnya, dengan begitu Arab Saudi tidak menjadi satu-satunya negara yang dinilai melindungi madzhab wahabi, melainkan menekankan bahwa mereka itu pelindung bagi Ahlus Sunnah, selebihnya untuk menarik negara-negara Islam kearahnya dan mengikrarkan pertentangannya dengan Iran.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Pandangan resmi ulama-ulama panutan Syi'ah Itsna asy'ariyah perihal para Sahabat dan Istri-Istri Nabi saw

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan : “Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam.. Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as)..Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka.. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil”"

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan, “Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka.. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil.” -Qom-

Ayatullah Jaafar Subhani dalam kuliah tafsir surah al-Hasyr di Madrasah ‘Ali Fiqh mendedahkan, “Hanya orang yang tidak berpelajaran sahaja yang menganggap sahabat nabi bersikap adil dari awal sampai akhir hayat mereka, atau mengatakan riwayat daripada mereka itu muktabar. Meskipun Syiah memberi penghormatan kepada mereka, ini bukanlah alasan untuk menutup mata dan memuktabarkan riwayat daripada sahabat.” Beliau menambah, tidak seperti fitnah yang tersebar luas, Syiah juga mengasihi mereka namun sebahagian pembohongan menuduh syiah mengkafirkan sahabat.”

“Kekafiran dan keadilan adalah dua masalah entiti yang berbeza dan tidak boleh kedua-duanya dicampur adukkan. Pada pandangan Syiah dikalangan sahabat dari mereka itu ada yang bertaqwa dan berlaku adil, namun sebilangan daripada mereka ada juga bersikap tidak adil. Tidak adil dan kafir sangat jauh bezanya.”

“Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as). Oleh itu hendaklah mereka yang membuat tuduhan itu takut kepada Allah dan tidak berdusta lagi.” tambah beliau.

Berkenaan riwayat-riwayat Ahlusunnah seperti di dalam Sahih Bukhari beliau mengatakan, “Dalam kitab Sahih Bukhari sebahagian riwayat menunjukkan kemurtadan para sahabat. Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam. Oleh itu barangsiapa yang membuat tuduhan liar terhadap Syiah, mereka itu dikira tidak berpelajaran.”

Merujuk kepada beberapa peristiwa bersejarah tentang ketidak adilan sebahagian para sahabat, ulama tafsir ini menjelaskan, “Sejarah menunjukkan bahawa sahabat Nabi beberapa kali mengingkari baginda dan banyak ayat telah turun untuk memberi hidayat dan menghalang mereka dari kesesatan dan kefasikan yang mana teladan itu dapat disaksikan dalam surah al-Hasyr.”

Ayatullah Subhani menegaskan, “Sebahagian khutbah Nabi dan peperangan setelah wafat baginda seperti perang Jamal, Nahrawan dan….. perkara ini membuktikan sebahagian para sahabat terjebak seperti apa yang dirisaukan baginda dan gugurlah keadilan dari mereka itu.”

Menurut beliau lagi, “Allah (swt) mendifinisikan sifat dan ciri-ciri para sahabat di dalam berbagai ayat, namun jelas sekali definisi itu tidaklah meliputi semua sahabat namun kebanyakan daripada mereka termasuk di dalamnya.”

“Maksud ayat-ayat seperti ini ialah sahabat hakiki yang memiliki sifat dan personaliti seperti ini sahaja, bukan bermaksud pakaian keadilan dan kesucian dibusanakan ke tubuh semua sahabat.” menurut beliau lagi.

Imam Sayyed Ali Khamenei Pemimpin Agung Iran menerbitkan sebuah fatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap istri Nabi, Ummul Mu’minin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) Ahlussunnah wal Jamaah

Hal itu tertera dalam jawaban atas istifta’ (permohonan fatwa) yang diajukan oleh sejumlah ulama dan cendeiawan Ahsa menyusul penghinaan-penghinaan yang akhir-akhir ini dilontarkan seorang pribadi tak terpuji mengaku bernama Yasir al-Habib yang berdomisili di London terhadap istri Nabi, Aisyah.

Para pemohon fatwa menghimbau kepada Sayyid Khamenei menyampaikan pandangannya terhadap “penghujatan jelas dan penghinaan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan terhadap istri Rasul, Ummul Mun’min Aisyah.”

Menjawab hal itu, Khamenei mengatakan, “ diharamkan melakukan penghinaan terhadap (tokoh-tokoh yang diagungkan) Ahlussunnah wal Jamaah apalagi melontarkan tuduhan terhadap istri Nabi dengan perkataan-perkataan yang menodai kehormatannya, bahkan tindakan demikian haram dilakukan terhadap istri-istri para Nabi terutama penghulu mereka Rasul termulia.”

Fatwa Khamenei ini dapat dapat dianggap sebagai fatwa paling mutakhir dan menempati posisi terpenting dalam rangakain reaksi-reaksi luas kalangan Syiah sebagai kecaman terhadap pelecehan yang dilontarkan oleh “ Yasir al-Habib” terhadap Siti Aisyah.

Sebelumnya puluhan pemuka agama di kalangan Syiah di Arab Saudi, negara-negara Teluk dan Iran telah mengecam dengan keras pernyataan-pernyataan dan setiap keterangan yang menghina Siti Aisyah atau salah satu istri Nabi termulia saw.

Berikut teks bahasa Arab fatwa tersebut:

نص الاستفتاء:


بسم الله الرحمن الرحيم


سماحة آية الله العظمى السيد علي الخامنئي الحسيني دام ظله الوارف
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ،،

تمر الامة الاسلامية بأزمة منهج يؤدي الى اثارت الفتن بين ابناء المذاهب الاسلامية ، وعدم رعا ية الأولويات لوحدة صف المسلمين ، مما يكون منشا لفتن داخلية وتشتيت الجهد الاسلامي في المسائل الحساسة والمصيرية ، ويؤدي الى صرف النظر عن الانجازات التي تحققت على يد ابناء الامة الاسلامية في فلسطين ولبنان والعراق وتركيا وايران والدول الاسلامية ، ومن افرازات هذا المنهج المتطرف طرح ما يوجب الاساءة الى رموز ومقدسات اتباع الطائفة السنية الكريمة بصورة متعمدة ومكررة .


فما هو رأي سماحتكم في ما يطرح في بعض وسائل الاعلام من فضائيات وانترنت من قبل بعض المنتسبين الى العلم من اهانة صريحة وتحقير بكلمات بذيئة ومسيئة لزوج الرسول صلى الله عليه واله ام المؤمنين السيدة عائشة واتهامها بما يخل بالشرف والكرامة لأزواج النبي امهات المؤمنين رضوان الله تعالى عليهن.


لذا نرجو من سماحتكم التكرم ببيان الموقف الشرعي بوضوح لما سببته الاثارات المسيئة من اضطراب وسط المجتمع الاسلامي وخلق حالة من التوتر النفسي بين المسلمين من اتباع مدرسة أهل البيت عليهم السلام وسائر المسلمين من المذاهب الاسلامية ، علما ان هذه الاساءات استغلت وبصورة منهجية من بعض المغرضين ومثيري الفتن في بعض الفضائيات والانترنت لتشويش وارباك الساحة الاسلامية واثارة الفتنة بين المسلمين .


ختاما دمتم عزا وذخرا للاسلام والمسلمين .



التوقيع



جمع من علماء ومثقفي الاحساء4 / شوال / 1431هـــــ



جواب الإمام الخامنئي:



بسم الله الرحمن الرحيم


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


يحرم النيل من رموز إخواننا السنة فضلاً عن اتهام زوج النبي (صلى الله عليه وآله) بما يخل بشرفها بل هذا الأمر ممتنع على نساء الأنبياء وخصوصاً سيدهم الرسول الأعظم (صلّى الله عليه وآله).


موفقين لكل خير



Sumber:
http://abna.ir/data.asp?lang=2&id=204925
http://www.facebook.com/notes/thoha-bagir/pandangan-resmi-ulama-ulama-panutan-syiah-itsna-asyariyah-perihal-para-sahabat-d/157610870926093

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

REKTOR AL AZHAR TOLAK PERMINTAAN WAHABI EKSTRIM

MUFTI Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb menolak permintaan para ulama Takfiri Wahhabi Saudi untuk menarik pengakuan Al Azhar dan utk mencabut fatwa dan mengeluarkan Mazhab Islam Syiah sebagai bagian mazhab resmi Islam dunia , dimana dng arif beliau berkata dng tegas dan lugas bahwa tidak ada alasan dan hujjah agama yg kuat yg bisa menyebakan hal itu. Posisi Al -Azhar adalah sebagai stabiisatorl persatuan Islam internasional yg bertujuan dan bercita cita melihat wujudnya persatuan di kalangan umat Islam diseluruh dunia kedepan.

disebutkan bahwa ulama Wahabi Ahmed bin Saad BH Al-Ghamdi, dari Universitas Saudi Umm Al-Qura telah mencela ulama Al-Azhar ini atas fatwa dan pengakuan mereka terhadap Mazhab AhluBait ini dng mengajukan alasan persaudaraan kebangsaan dan penyesatan .

Dalam sebuah pernyataan eksklusif kepada surat kabar utama kuwait Al-Watan , Mufti Fatwa Syekh Al-Azhar (al-Tayeb) mengatakan bahwa Sunni dan Syiah adalah dua kekuatan besar milik khazanah Islam, dan sdh sejak empat belas abad hingga kini diantara keduanya tidak pernah terjadi bahwa Sunni dan Syiah berperang satu sama lain. Hal ini jelas menunjukkan bahwa ini adalah rencana dan propaganda jahat agen agen musuh Islam yg berharap terjadinya hal yg spt itu ,untuk memecah belah kekuatan persaudaraan dan persatuan Umat Islam sedunia melalui senjata dan racun perselisihan sektarian.

Mufti yg baru diangkat in juga membuat komentar spt ini dalam penampilan TV pertamanya pada saluran non-Mesir dalam acara Wajeh al-Sahafa (Face Press), dan dipandu oleh tokoh wartawan terkenal Dawoud al-Shirian, ditayangkan oleh Al Arabiya pada hari Jumat.

pemimpin Ulama Mesir ini menekankan bahwa ia akan sangat waspada dan akan beerusaha sekuat tenaga menggagalkan setiap agenda politik yang diadopsi dari agen agen musuh dng tujuan melemahakan semangat persatuan .

Syekh Tayyeb mengatakan bahwa kekayaan intelektual kedua mazhab sangat penting, sebagai referensi ilmiah .Beliau, menambahkan bahwa ia selalu akan menyambut para siswa Syiah yang ingin belajar di al-Azhar karena ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk belajar dan tau lebih banyak tentang Islam Sunni.

Wawancara dengan Mufti Besar Syekh al-Azhar ini dihadiri penulis terkenal Saudi al-Bishr dan para wartawan Mesir serta editor pelaksana Saudi al-Watan Sheriff Qandil, juga Wakil Pemimpin Redaksi al-Watan Jasser al-Jasser.

LA SYIAH WALA SUNNI WAHDAH ISLAMIYAH

http://www.facebook.com/notes/mustofa-chepy-habsyie/rektor-al-azhar-tolak-permintaan-wahabi-extrim-utk-tidak-mengakui-syiah-sebagai-/453424358845

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Tahrif Kitab, Waspadalah!

Berikut ini adalah link-link yang menunjukkan bukti adanya tahrif, perubahan, distorsi, revisi, tahqiq oknum yang sesuai dengan madzhab mereka pada kitab-kitab klasik maupun kitab-kitab saat ini.

Bahasa Indonesia

http://ummatiummati.wordpress.com/2010/02/25/tentang-kedustaan-albani-bukan-omong-kosong/

http://pesantren.or.id.42303.masterweb.net/ppssnh.malang/cgi-bin/content.cgi/artikel/distorsi_kitab_dari_wahabi.single

http://unggaspagi.blogspot.com/2010/06/tahrif-dalam-kitab-tarikh-al-khulafa.html

http://ejajufri.wordpress.com/2009/05/20/penyimpangan-terjemahan-hadis-bukhari-tentang-turunnya-yesus-dan-imam/

http://ejajufri.wordpress.com/2010/02/18/perubahan-komentar-alquran-abdullah-yusuf-mengapa-keluarga-nabi-terkesan-dimusuhi/

http://ejajufri.wordpress.com/2010/02/17/kitab-ibnu-qutaibah-dan-kutukan-imam-ali-kepada-anas-bin-malik/

http://salafytobat.wordpress.com/2008/07/06/awas-pustaka-imam-syafii-pis-penerbit-buku-sesat-wahabi/

http://salafytobat.wordpress.com/2008/11/04/salafywahaby-palsukan-kitab-al-ibanah-imam-al-asyari/; http://salafytobat.wordpress.com/2008/06/19/bukti-wahabi-selewengkan-fakta-kitab-al-ibanah-2/ Lawan http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/06/al-imam-abul-hasan-al-asyariy-asyaairah.html

http://salafytobat.wordpress.com/2008/06/20/wahhabi-palsukan-ubah-kitab-tafsir-ulama/

http://blog-dari.blogspot.com/2010/09/kitab-futuhat-makkiyah-sudah-diubah.html

http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=198212

http://www.hidayatullah.com/kajian-a-ibrah/hukum/11677-pemalsuan-fatwa-ibnu-taimiyah-tentang-jihad

http://salafytobat.wordpress.com/2009/05/11/pemalsuan-pendapat-salaf-oleh-wahhaby-dengan-kedok-takhrij-dan-mukhtarat-meringkas/ Lawan http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/09/pemalsuan-kitab-al-adzkaar.html

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/ibnu-taimiyyah-dan-maulid-nabi.html

Kasyful Asrar karya al-Khomeini didistorsi

http://reyhane-masoumah.blogspot.com/2009/03/penyelewengan-dalam-sahih-bukhari.html

http://syiahnews.wordpress.com/2010/12/25/pelurusan-sarjana-sunni-atas-pemalsuan-kitab-kasyful-asrar-karya-imam-khomaini-oleh-wahabbi-dr-ibrahim-ad-dasuki-syata-membongkar-kejahatan-wahabbi/

http://syiahnews.wordpress.com/2010/12/25/membongkar-pemalsuan-kitab-hukumat-i-islam-karya-imam-khomaini/


Bahasa Arab
Perubahan pada kitab hadits, sejarah, syair2, doa2 dalam Ahlussunnah (Syaikh Ja'far Subhani)


Bahasa Inggris

http://www.facebook.com/note.php?note_id=193265911033&comments


Nahjul Balaghah didistorsi

http://www.al-islam.org/tahrif/yusufali/index.htm

http://www.al-islam.org/tahrif/yourimam/index.htm

Kutukan Imam Ali as Pada Anas bin Malik

Hadis Ana Madinah al-Ilm wa Ali Babuha dalam Sunan Tirmidzi


Dan masih banyak lagi. Entar kucarikan lagi.

Unduh
http://www.ziddu.com/download/9693650/NukilanPalsudariKitabIanahThalibin.pdf.html

http://www.ariza.web.id/Kasyful%20Asrar%20Khoemaini%20Antara%20Bahasa%20Arab%20dan%20Parsi.pdf

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

MELACAK IDENTITAS MAZHAB HABAIB

Tentang Mazhab yang dianut Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir masih menjadi perdebatan dikalangan Habaib sendiri, ada yang menyebutkan beliau bermazhab Syafi’I walapun tidak berarti beliau bertaqlid secara buta mazhab tersebut. Demikian dikatakan al Habib Muhammad Ahmad As Syatiri. Kata beliau, kendati mazhab fikih al Imam Al Muhajir adalah Mazhab Syafi’i, namun demukian, dalam Mazhab Akidahnya tidak mnganut faham/mazhab Asy’ari atau Mu’tazilah. Akidah beliau adalah akidah ayah-ayah dan leluhur beliau; Imam Muhammad al Baqir dan Imam Ali Zainal Abidin. (Adwar Tarikh Hadramaut ;1/56)

Dan adapula yang mengatakan gelombang/generasi awal kaum Sayyid dimulai abad ke tiga sampai bad ke tujuh Hijrah, yaitu dari masa Imam Al Muhajir hingga masa Al Faqih Al Muqaddam adalah mereka tidak bertaqlid kepada mazhab manapun. Mereka adalah Mujtahidun. Pendapat ini disebutkan oleh al Alamah al Habib Muhammad bin Ahmad As Syatiri (Sirah as Salaf; 19-20)

Imam Ahmad Al Muhajir Bermazhab Syiah

Tokoh tokoh yang meyakini bahwa Imam Ahmad Al Muhajir bermazhab Syiah Imamiyah adalah :
1. Al Imam Abdurrahman bin Ubaidillah As Seqaf ( dalam Kitab Nasim Hajir, yang beliau tulis secara khusus membuktikan masalah itu).

2. Habib Allamah Shaleh Al Hamid

3. Habib Allamah Sayid Abdullah Thahir Al Hadad (saudara kandung Habib Alawi bin Thahir al Hadad, Mufti Johor, seta lainnya.

Demikian nama-nama tersebut diatas dikutip oleh Habib Muhammad bin Ahmad As Syatiri (Adwar Tarikh Hadramaut; 1/56, dan Habib Shaleh Al Hamid dalam Tarikh Hadramaut; 1/323-325)

Al Habib Abdullah bin Thahir Al Hadad berkata :
“Sesungguhnya jiwa ini cenderung mengatakan bahwa (Imam) Al Muhajir bermazhab Syiah Imamiyah, sebab Mazhab Syafi’i itu baru masuk ke Hadramaut jauh setelah kedatangannya.

Al Habib Allamah Aburrahman bin Ubaidillah As Seqaf menegaskan bahwa Al Muhajir tidak bermazhab Syafi’I dan tidak beraliran Asy’ari (Tarikh Hadramaut; 1/325)

Sebab itu sebagaimana dikatakan Al Habib Ali bin Abi Bakr As Sakran ketika menyebut kondisi Bani Alawi, bahwa; paling rendahnya mereka dan yang muqashshir; teledor dalam urusan agamanya adalah syarif/sayyid Sunni.


Imam Ali bin Ja’far Al Uradhi Bermazhab Syiah Imamiyah

Diantara bukti untuk memperkuat ucapan Habib Ali bin Abi Bakr As Sakran adalah argument yang diakui seluruh Sadah/Alawiyin bahwa Imam Ahmad Al Muhajir ta’adaba bi abihi, berguru dan berteladan kepada ayahnya Isaan Naqib, dan ayahnya berguru dan berteladan kepada Muhammad ar Rumi, dan beliau berguru dan berteladan kepada ayahnya, yaitu Sayyiduna wa Maulana Ali al Uraidhi, putra Imam Ja’far Shadiq.

Sementra itu Imam Ali al Uraidhi bermazhab Syiah Imamiyah, sebab karena beliau dikaruniai oleh Allah SWT umur panjang hingga zaman putra saudaranya yaitu Imam Ali Ar Ridha bin Musa Al Kadzim (Imam Ke-8 Syiah Imamiyah) dan Imam Muhammad al Jawad putra Imam Ali ar Ridha (Imam ke-9 Syiah Imamiyah). Al Uraidhi menegaskan kepercayaan beliau kepada kepemimpinan/ Imamah Ali Ar Ridha dan kemudian Imam Muhammad al Jawad, kendati Imam Ali Ridha adalah keponakannya.

Demikian juga Al Uradihi mengimani kepemimpinan Imam Muhammad al Jawad yang nota bene cucu keponakannya. Dan ketika ditegur oleh sebagian orang tentang sikap ideologinya yang syiah itu beliau menjawab :
“Apa yang harus saya lakukan, jika jenggot putih ini (seraya memegang jenggotnya yang telah memutih) tidak dipandang Allah layak menjadi imam, sementara anak muda ini yang dilihat pantas menduduki jabatan imam, apakah saya akan menentangnya..?!”

Demikian telah diriwayatkan oleh sejarawan dari berbagai kalangan termasuk Habaib sendiri, seperti Allamah Syilli dalam Asra ar Rawi’, Allamah Habib Shaleh Al Hamid dalam Tarikh Hadramaut.

Dan sikap ini, dalam hemat para Habaib kita, seperti al Habib Abdurrahman bin Ubaidillah As Seqaf dan Habib Shaleh Al Hamid adalah bukti kuat Kesyiahan Jadduna al Imam Al Uraidhi.

Al Imam Al Habib Syeikh bin Abdullah Al Aidrus menegaskan dalam kitab al Iqdu an Nabawi, bahwa Imam Ali bin Ja’far al Uraidhi adalah bermazhab Syiah Imamiyah. Demikian juga al Habib Shaleh al Hamid menegaskannya (Tarikh Hadramaut;1/324)


http://www.facebook.com/note.php?note_id=140861315928153&id=100001268391084

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Lirik Madinatul Ilm - Cinta Rasul

Lirik Madinatul Ilm - Cinta Rasul (Haddad Alwi, Sulis)

أنا مدينة العلم وعليٌ بابها
فمن اراد المدينة فليأتها من بابها

هذا حديثٌ قاله محمدُ
جاء به وهو حديثٌ مسندُ
في حق من بذكره نرددُ
فهو عليٌ في العلا مؤيدُ

للمرتضى كرامات
والعُلا جبابها
ومن يروم المعالي
فليأتها من بابها

كونوا معي يا باب علم المصطفى
أنت العلي في المعالي وكفى

يا كعبة المتقين
شُرِفت أثوابها
ومن يروم المعالي
فلياتها من بابها

يا لبَّة التوحيد يا عين الهدى
وحجة لمن اناب واهتدى
بك اقتديت والحبيب المقتدى
لولاك غصن العدل ما بقى الندى

يا باب علم الرسول
أُسِست أعتابها
ومن يروم المعالي
فليأتها من بابها

خير ابن عم أنت يا أخا النبي
ياغاية تُفدى بأمي وأبي
ياحجة الله وياخير ولي
وُرِثّت من كفيلٍ و موئلِ
يا موئلاً بك الكروب تنجلي
وفيك جاءت لا فتى إلا علي

يا سابق السابقين
شهدت أصحابها
ومن يروم المعالي
فليأتها من بابها


Terj.
Ana Madinatul Ilmi (aku kota ilmu)

Ana madînatul ilm wa ‘aliyyun bâbuhâ
faman arâdal madînah fal ya’tihâ min bâbihâ

Akulah kota ilmu dan Ali adalah pintunya
Siapa yang ingin mendapatkan ilmuku, maka datanglah dari pintunya

Hadzâ hadîtsun qâlahu Muhammadun
jâa bihi wa huwa hadîtsun musnadu

Itulah hadis yang disabdakan Muhammad Rasulullah saw dengan sanad yang kuat

Fî haqqi man bidzikrihi nuraddidu
fa huwa ‘aliyyun bil’ulâ muayyadu

Adalah kebenaran bagi kita untuk selalu mengingatnya
Itulah Ali yang mulia dan dimuliakan Allah

Lilmurtadhâ karâmât wal ‘ulâ jilbâbuhâ
wa man yarûmul ma’âlî fal ya’tihâ min bâbihâ

Bagi Ali Al-Murtadha terhimpun berbagai keutamaan, keagungan
senantiasa meliputinya
Siapa yang mendambakan kemuliaan
segera datang kepada Rasulullah dari pintunya

kûnû ma’î yâ bâba ‘ilmil mushthafâ
antal ‘aliyyu fil ma’âlî wa kafâ

Sudilah bersama kami wahai “Pintu ilmu Rasul”
Engkaulah Ali yang sejati dalam ketinggian dan keagungan

Yâ ka’batal muttaqîn syurrifat atswâbuhâ
wa man yarûmul ma’âlî fal ya’tihâ min bâbihâ

wahai penunjuk arah para muttaqin
yang mensucikan semua yang melekat pada dirinya
Siapa yang mendambakan kemuliaan
segera datang kepada Rasulullah dari pintunya

yâ labbatat tawhîdi yâ ‘aynal hudâ
wa hujjatun liman anâba wahtadâ

Wahai pemegang tauhid sejati wahai penunjuk jalan yang nyata
Engkaulah tempat kembali para perindu kebenaran

Bikaqtadaytu wal habîbul muqtadâ
lawlâka ghushnul ‘adli mâbaqân nadâ

Aku menteladanimu sebagaimana engkau dengan teguh menteladani Rasulullah saw
Sekiranya bukan karena engkau, suara keadilan takkan kekal terdengar

Yâ bâba ‘ilmil rasûl ussisat a’tâbuhâ
wa man yarûmul ma’âlî fal ya’tihâ min bâbihâ

Wahai Pintu ilmu Rasul semakin kokohlah pintu itu
Siapa yang mendambakan kemuliaan
segera datang kepada Rasulullah dari pintunya

khayrubnu ‘ammin yâ akhan nabi
yâ ghâyatan tubdâ biummî wa abî

Wahai Ali, sungguh telah ditetapkan engkau saudara Rasul, putera paman Nabi,
yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang mulia

yâ hujjatallâhi wa yâ khayra wali
wuridta min kahfin lana wa mauili

Wahai Hujjatullah, engkau sebaik-baik wali
Kehadirannmu telah melindungi kami

Yâ mauilan bikal kurûbu tanjali
wa fîka jâat lâ fatâ illâ ‘ali

Wahai Sang Penyelamat bersamamu sirnahlah segala bencana
Atasmulah Rasulullah bersabda “La fatâ illa Ali” (tiada pemuda kecuali Ali)

Yâ sâbiqas sâbiqîn syahidat ashhâbuhâ
wa man yarûmul ma’âlî fal ya’tihâ min bâbihâ

Wahai Ali, penghulu sejati begitulah para sahabatnya yang setia telah bersaksi.
Siapa yang mendambakan kemuliaan
segera datang kepada Rasulullah dari pintunya


Hadis Madinatul Ilmi

Hadis Madinatul Ilmi salah satunya diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Kitab Al Mustadrak Ash Shahihain jilid III hal 126 Kitab Ma’rifatus Shahabah Bab Manaqib Ali hadis no 4637, 4638 dan 4639. Berikut adalah salah satunya

حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا محمد بن عبد الرحيم الهروي بالرملة ثنا أبو الصلت عبد السلام بن صالح ثنا أبو معاوية عن الأعمش عن مجاهد عن بن عباس رضى الله تعالى عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنا مدينة العلم وعلي بابها فمن أراد المدينة فليأت الباب

Telah mengabarkan kepada kami Abu Abbas Muhammad bin Ya’qub yang mendengar dari Muhammad bin Abdurrahiim Al Harawi yang mendengar dari Abu Shult Abdus Salam bin Shalih yang mendengar dari Abu Muawiyah dari ’Amasy dari Mujahid dari Ibnu Abbas RA yang berkata Rasulullah SAW bersabda Aku adalah Kota Ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang ingin memasuki kota hendaklah melalui pintunya.

Hadis ini menjadi perselisihan di kalangan Ulama hadis. Sebagiannya menyatakan shahih, sebagian lagi menyatakan hasan dan sebagian menyatakan dhaif bahkan maudhu’. Oleh karena itu kami akan membahas secara ringkas tentang kedudukan hadis ini dan menyatakan apa pandangan kami perihal hadis ini.

Hadis Madinatul Ilmi Shahih

Salah seorang Ustadz menyatakan bahwa hanya Al Hakim yang menyatakan hadis ini Shahih. Pernyataan ini keliru karena ada cukup banyak ulama yang telah menshahihkan hadis ini seperti yang dapat anda lihat dalam tulisan saudara ini. Kami hanya akan mengutip sebagian Ulama yang kami ketahui yaitu Al Hakim, Yahya bin Main, Ibnu Jarir Ath Thabari, Muttaqi Al Hindi dan Hafidz Ahmad bin Shiddiq Al Maghribi.

.

Al Hakim

Berkata Al Hakim dalam Kitab Al Mustadrak jilid III hal 126 Kitab Ma’rifatus Shahabah Bab Manaqib Ali hadis no 4637

حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه وأبو الصلت ثقة مأمون

Hadis dengan sanad Shahih yang diriwayatkan oleh Abu Shult seorang Tsiqat dan Ma’mun.

.

Yahya bin Main

Hadis ini dishahihkan oleh Ibnu Main sebagaimana dikutip Al Khatib dalam Tarikh Baghdad jilid 11 hal 49, Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 6 hal 321-322 no 619 juga dikutip oleh Ibnu Zakky Al Mizzi dalam Tahdzib Al Kamal jilid 18 hal 77 no 3421. Berikut kami kutip dari kitab Tahdzib Al Kamal

سألت يحيى بن معين عن هذا الحديث ، فقال : هو صحيح.

Yahya bin Main tentang hadis ini berkata “Shahih”.

.

Ibnu Jarir Ath Thabari

Dalam kitab Tahdzib Al Atsar hal 104 no 1414 dan 1415. Hadis dengan matan yang kami tulis adalah hadis no 1415 sedangkan hadis no 1414 matannya sebagai berikut

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” أنا دار الحكمة ، وعلي بابها “

Nabi SAW bersabda “Aku adalah Gedung Ilmu dan Ali adalah pintunya”.

Berkata Ibnu Jarir perihal hadis ini

وهذا خبر صحيح سنده

Riwayat ini sanadnya Shahih.

.

Ali Muttaqi Al Hindi

Hadis ini diriwayatkan oleh Ali Muttaqi Al Hindi dalam kitab hadisnya Kanz Al Ummal jilid 13 hal 128-129 hadis no 3462, 3463 dan 3464. Hadis no 3462 matannya sama dengan matan hadis Ibnu Jarir no 1414 sedangkan hadis berikutnya sama dengan matan hadis yang kami kutip dari Al Mustadrak. Pada hadis ke 3464 beliau menuliskan

وقد كنت أجيب بهذا الجواب دهرا إلى أن وقفت على تصحيح ابن جرير لحديث علي في تهذيب الآثار مع تصحيح ( ك ) لحديث ابن عباس فاستخرت الله وجزمت بارتقاء الحديث من مرتبة الحسن إلى مرتبة الصحة – والله أعلم

Sudah cukup lama saya menjawab perihal hadis ini sampai akhirnya saya mengetahui bahwa Ibnu Jarir dalam kitabnya Tahdzib Al Atsar telah menshahihkan hadis ini disamping penshahihan hadis Ibnu Abbas. Kemudian saya beristikharah dan akhirnya yakin bahwa hadis ini yang sebelumnya hasan adalah shahih. Wallahu A’lam.

.

Hafidz Ahmad bin Shiddiq Al Maghribi.

Beliau adalah Ulama hadis yang telah menulis kitab Fath Al Mulk ‘Ali bi Shahah Hadits Babu Madinah Al ‘Ilm ‘Ali. Kitab ini adalah kitab khusus yang membuktikan shahihnya hadis Madinatul Ilmi. Dalam kitab tersebut beliau telah memaparkan sanad-sanad hadis tersebut memberi komentar dan pada akhirnya menyatakan hadis tersebut shahih.

Penolakan Hadis Madinatul Ilmi Palsu

Hal ini dinyatakan oleh banyak ulama hadis di antaranya Jalaludin As Suyuthi, Al Hafidz Abu Alaiy, Al Hafidz Ibnu Hajar, Asy Syaukani, As Sakhawi, Al Ajluni, dan Az Zarkasy. Mereka semua menyatakan Hadis Madinatul Ilmi hasan. Tidak benar pendapat yang menyatakan bahwa Mereka yang menyatakan hadis Madinatul ilmi shahih atau hasan tidak mengetahui cacat yang dinyatakan oleh mereka yang memaudu’kan hadis tersebut. Justru mereka yang menghasankan hadis ini adalah mereka yang telah mengumpulkan semua sanad hadis Madinatul Ilmi dan membantah pernyataan ulama yang memaudhu’kan hadis tersebut. Mereka telah mengetahui cacat hadis yang dimaksud hanya saja mereka beranggapan kumpulan semua sanad tersebut telah menjadikan hadis tersebut hasan, tidak shahih dan tidak pula dhaif apalagi maudhu’.

Hadis Madinatul Ilmi Hasan

Berikut adalah nama-nama Ulama yang menghasankan hadis ini setelah mengumpulkan semua sanad hadis tersebut

Jalaludin As Suyuthi telah menghasankan hadis ini dalam Kitabnya Tarikh Al Khulafa jilid I hal 69, Kitab Al Laliy Al Mashnu‘ah Fi Al Hadits Al Maudhu‘ah bagian Manaqib Khulafa Al Arba’in.

Asy Syaukani menyatakan hadis ini “Hasan Li Ghairihi” dalam kitabnya Fawaid Al Majmuah no hadis 52.

As Sakhawi juga menghasankan hadis ini dalam Maqasid Al Hasanah no hadis 189.

Al Ajluni menyatakan hadis ini hasan dalam Kasyf Al Khafa’ hadis no 618

Az Zarkasy dalam kitabnya Al Laliy Al Mantsurah Fi Al Hadits Al Masyhurah hadis no 151 juga telah menghasankan hadis Madinatul Ilmi.

Al Hafidz Ibnu Hajar dan Al Hafidz Shalahuddin Al Alaiy menghasankan hadis ini dan menolak pernyataan maudhu’. Pernyataan ini dikutip dalam Kasyf Al Khafa’ hadis no 618 Karya Al Ajluni.

Berikut pernyataan As Suyuthi yang kami kutip dalam Kitab Tarikh Al Khulafa jilid I hal 69 tentang Hadis-hadis Keutamaan Ali bin Abi Thalib

وأخرج البزار والطبراني في الأوسط عن جابر بن عبد الله وأخرج الترمذي والحاكم عن علي قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” أنا مدينة العلم وعلي بابها ” هذا حديث حسن على الصواب لا صحيح كما قال الحاكم ولا موضوع كما قاله جماعة منهم ابن الجوزي والنووي وقد بينت حاله في التعقبات على الموضوعات

Al Bazzar dan Ath Thabrani dalam Al Awsath meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah dan Imam Tirmidzi serta Al Hakim meriwayatkan dari Ali, dia berkata Rasulullah SAW bersabda “Saya adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintunya”. Hadis ini hasan dan bukan shahih sebagaimana yang dikatakan Al Hakim dan bukan maudhu’ sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian kalangan diantaranya Ibnu Jauzi dan An Nawawi. Saya telah memberikan catatan tentang kedudukan hadis ini dalam Catatan Kritis Terhadap Kitab Al Maudhu’at Ibnu Jauzi.

Begitu juga Al Hafidz Shalahuddin Al Alaiy menolak pernyataan maudhu’ dan berkata bahwa yang benar hadis tersebut hasan. Pernyataan ini kami kutip dari kitab Kasyf Al Khafa’ hadis no 618, Al Hafidz Al Alaiy berkata

الصواب أنه حسن باعتبار طرقه لا صحيح ولا

تعدد ضعيف؛ فضلا أن يكون موضوعا

Sebenarnya kedudukan hadis ini hasan dengan melihat semua jalan sanadnya, tidak shahih dan juga bukan dhaif, lebih utama dari maudhu’

http://www.nooraldonia.net/vb/t20513.html; http://www.tokoku99.com/product-islami/artikel-islami/344-terjemahan-musik-rohani2-.htmlhttp://hipliek.blogspot.com/2009/09/madinatul-ilmi.html

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Syiah dan Sunni, Konflik Yang Direkayasa

Oleh: DR. Izzuddin Ibrahim.

Derita Muslim Syiah maupun Sunni di dunia tak pernah berujung. Setiap ada aksi teror, media masa melukiskannya sebagai aksi pembantaian kaum Muslim Syiah atas Sunni, ataupun sebaliknya. Sepertinya aksi-aksi seperti ini akan terus bergulir mengingat isu ini adalah isu yang paling baik untuk pecah belah persatuan Islam.

Tulisan dibawah ini adalah buku yang ditulis oleh tokoh Ikhwanul Muslimin DR. Izzuddin Ibrahim yang membawakan fakta dan data bahwa konflik Sunni dan Syiah adalah konflik rekayasa dari musuh-musuh Islam.

Kemenangan gerakan kebangkitan rakyat Islam dan bangsa revolusioner Iran yang kelihatannya mustahil, telah membuat Barat ketakutan. Jadi, sesuai kemampuannya mereka selalu berusaha agar para revolusioner Islam tidak bisa meraih kekuatan.

Sejak awal abad 19, dunia Islam berhadapan dengan tantangan modern yang datang dari Barat hasil Revolusi Industri dan kedengkian. Tantangan ini pada tahap awalnya dipengaruhi oleh sentimen Salibisme kuno dan dimulainya serangan Prancis. Ancaman ini menumbangkan sistem politik kita yang terjelma dalam ‘khilafah’. Mereka menduduki negeri-negeri kita dan menyerang kita lewat pemikiran dan budaya dengan memaksakan sistem-sistem sekularisme yang lemah.

Lebih dari 30 tahun lalu, tantangan ini telah melaksanakan tugas paling berbahayanya, yaitu mendirikan rezim palsu Yahudi di jantung dunia Islam dan mendudukkan koloni serta antek-anteknya di sebuah negeri yang telah mereka rampas.

Hal ini tercipta lewat sebuah sistem yang terprogram dan busuk, bahwa pengukuhan kepentingan ini hanya dapat dijalankan dengan mendirikan Israel. Pendirian Israel melazimkan penghancuran khilafah dan keberlangsungan keberadaan Israel dan menuntut sistem-sistem pemerintahan dalam negara-negara Islam menjadi boneka dan bergantung pada kekuatan imperialis. Oleh karena itu, semua rezim-rezim ini adalah bayi alamiah dan logis yang lahir dari rahim imperialis yang pada hakikatnya merupakan sisi lain dari sekeping mata uang Israel. Sampai beberapa tahun yang lalu, masalah-masalah ini terlihat sedemikian rupa dan kekuatan Barat mengira bahwa mereka telah menghantamkan pukulan terakhirnya pada peradaban Islam yang telah loyo dan lemah. Namun, Revolusi Islam Iran tiba-tiba muncul dan melepaskan anak panah perlawanan pertamanya ke arah Barat. Kemenangan revolusi Islam ini adalah kemenangan pertama Islam dalam era kontemporer. Kehidupan dan kegembiraan yang dikira telah mati dalam tubuh ini telah kembali dan sekarang bangkit lagi dan berdiri tegak dengan segarnya. Dari mana? Setelah pengaruh busuk musuh sangat kental, kuat dan liar, maka tibalah tahapan baru. Kita telah memahami hakikat kita dan kita ingin bangkit setelah menahan penghinaan selama dua abad dan keterbelakangan serta kebodohan selama berabad-abad.

Revolusi Islam terus maju agar mampu menanamkan berbagai pemahaman dan pemikiran. Sebagian pemahaman dan pemikiran itu adalah:

1- Revolusi Islam telah menghapus keperkasaan kekuatan adi daya dari benak semua pihak -khususnya kaum muslimin dan tertindas di dunia.

2- Setelah mencampakkan model Barat ke dalam kursi tergugat, Revolusi Islam mengenalkan peradaban baru kepada umat manusia. Dalam hal ini, Roger Garoudy pemikir Perancis berkata: “Imam Khomeini telah membuang pola dan sistem pembangunan ala Barat ke kursi tergugat.” Kemudian dia berkata : “Imam Khomeini telah memberikan makna dalam kehidupan rakyat Iran.”

3- Setelah lebih dari satu abad upaya-upaya untuk menyingkirkan kekuatan dan pengaruh Islam, revolusi Islam malah mengokohkan peranan bersejarah Islam dalam kehidupan negara-negara di kawasan.

Tetapi, apakah Barat dan para bonekanya akan membiarkan Revolusi Islam maju begitu saja dan kemudian berhadap-hadapan dengan Barat serta menghancurkan kekuatannya? Apakah mereka akan diam saja melihat semangat dan kegembiraan yang muncul dalam tubuh umat Islam, seperti kegembiraan karena turunnya hujan setelah penantian yang cukup panjang? Apakah mereka akan membiarkan semangat dan harapan Islami yang telah diciptakan Revolusi menuai hasilnya?

Kemenangan gerakan kebangkitan rakyat Islam dan bangsa revolusioner Iran yang kelihatannya mustahil telah membuat Barat ketakutan. Jadi, sesuai kemampuannya mereka selalu berusaha agar para revolusioner Islam tidak bisa meraih kekuatan. Tetapi, ketika Barat berada dalam tahap ini pun mereka kalah, lalu mereka berusaha bergerak dalam beberapa poros yang saling terkait:

1- Mulai memprovokasi kaum minoritas dengan memanfaatkan kegamangan yang ada setelah kemenangan Revolusi Islam.

2- Melindungi berbagai kelompok pembangkang Iran, baik dari kelompok kerajaan dan SAVAK (intel Syah) atau kelompok sekuler dan memanfaatkan mereka untuk menentang Revolusi Islam.

3- Memberlakukan embargo ekonomi dan politik atas Iran yang dipimpin oleh Amerika dan Eropa. Embargo ini yang terlihat jelas dimulai sejak krisis tawanan mata-mata Amerika di Tehran.

4- Menggelar serangan dari luar lewat Saddam Husein dan tentara Irak.

5- Menyebar fitnah di antara dua sayap umat -Sunni dan Syiah- sebagai usaha terakhir untuk mengepung gerakan Revolusi Islam dan mencegahnya sampai ke daerah berpenduduk Sunni, baik kawasan-kawasan penghasil minyak atau negara-negara tetangga Israel.

Ketika pemberontakan kaum minoritas jelas-jelas telah ditumpas dan kelompok-kelompok kerajaan dan sisa-sisa oposisi sekuler telah hancur, dan ketika Revolusi berhadapan dengan embargo sedemikian rupa, Imam Khomeini malah menyebutnya sebagai ‘berita baik’ dan kepada para mahasiswa pengikut setianya, beliau berkata: “Kita tidak bangkit dengan revolusi untuk mengenyangkan perut. Jadi ketika mereka menakut-nakuti kita dengan kelaparan, mereka harus tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Kita bangkit demi Islam, sebagaimana Nabi Muhammad saww bangkit. Dan kita tidak berhadapan dengan masalah sebagaimana yang dihadapi Nabi Muhammad saw. Jika anda tidak berada dalam tekanan, maka Anda tidak akan berpikir maksimal.”

Para pelaku serangan dari luar juga jatuh tersungkur dalam sumur yang digalinya sendiri, dengan sakit, luka, penyesalan dan kekalahan telak. Tetapi mereka sendiri mengakui bahwa poros kelima -menciptakan fitnah di antara Syiah dan Sunni- cukup berhasil. Namun demikian, umat Islam akan segera memahami setan mana yang meniupkan api fitnah dan akan mengetahui bahwa fitnah ini adalah palsu dan kekuatan imperialis-lah yang ingin menyudutkan negara-negara Islam, sehingga negara-negara Islam harus berhadapan dengan perbuatan-perbuatan buruk mereka.

Kekuatan imperialis dan negara-negara boneka, para raja minyak hedonis -boneka-boneka mainan- memahami dengan baik bahwa peperangan ini tidak membutuhkan senjata dan tentara, tetapi membutuhkan pemimpin yang memberikan ‘fatwa’. Maka mereka membiarkan peranan yang diinginkannya yang dimainkan lewat kepala-kepala bersorban dan janggut-janggut berjurai, baik di dalam atau di luar institusi resmi negara.

Sebagian mereka menentang Revolusi Islam dengan serangan isu-isu yang membingungkan. Seolah-olah merekalah yang melahirnya menemukan bahwa Revolusi ini adalah Revolusi Syiah sementara Syiah adalah sebuah golongan sesat atau kafir! Dan Ayatullah Khomeini yang dengan duduk di sajadahnya telah mampu mengguncang kekuasaan kerajaan yang sebenarnya mereka adalah orang tersesat dan kafir! Adegan seorang pemuda Islam yang memegang sebuah buku Saudi yang penuh dengan tuduhan, distorsi dan cacian terulang kembali di depan mata kita. Dia membawa buku tersebut ke masjid suci, sembari menjelaskan berbagai kesesatan!

Poin ini dapat dipahami bahwa sebagian para pemuda itu melakukannya dengan niat baik dan menyangka bahwa perbuatan tersebut benar-benar hanya untuk Allah. Kapankah pemuda ini mengetahui bahwa lewat niat baiknya itu dia telah melaksanakan sebuah program imperialis? Dan bagaimana dia bisa membebaskan dirinya sebelum semuaya terlambat?

Umat Islam harus memandang dengan keraguan dan curiga kepada orang-orang yang menampakkan keislaman dirinya, sementara mereka membenci Revolusi Islam. Umat juga harus curiga pada keinginan, niat dan tujuan orang-orang tersebut.

Masalah menakjubkan dari mereka ini adalah, meraka telah menjadikan gerakan Islami berhadapan dengan sebuah jalan buntu yang berbahaya dan tidak ada duanya, sebab kehadiran musuh-musuh Revolusi dalam barisan-barisan gerakan Islam tidak bisa dibenarkan dan gerakan hakiki Islam tidak punya pilihan lain selain menyingkirkan mereka dari barisannya, cepat atau lambat.

Mereka-mereka yang ingin menghancurkan model sempurna Iran dalam kepribadian Islami terutama dalam memandang masalah negeri pendudukan Palestina sebenarnya hanya akan menghancurkan dirinya, sebab mereka telah berdiri menentang gerakan maju sejarah dan berhadapan dengan sebuah Revolusi Islami yang dalam piagam Ikhwanul Muslimin, pemimpinnya disebut sebagai ‘kebanggaan bagi Islam dan kaum muslimin’.

Saya tidak tahu bagaimana menanggapi ucapan seorang pemuda muslim kepada saya: Sebuah keanehan atau tidak? Sebab pemuda ini telah keliling ke beberapa negara Islam, tetapi tidak menemukan hal yang lebih buruk dari serangan yang dilakukan beberapa oknum yang berlahiriyah keislaman di negeri Palestina pendudukan terhadap Revolusi Islam. Sedangkan pemuda ini juga tidak melihat satu negara manapun yang lebih bersemangat dan berharap pada Revolusi Islam lebih dari Palestina.

Setelah pengantar ini, dalam pembahasan singkat ini saya akan berusaha menyingkap beberapa hakikat penting kepada kaum muslimin umumnya dan para pembesar berbagai gerakan Islami secara khusus. Saya tidak ingin berbicara berdasarkan ijtihad saya bahwa Syiah dan Sunni adalah sesama saudara dalam Islam, hanya pandangan dan ijtihad dalam memahami Kitab dan Sunnah saja yang membuat mereka terpisah dan perbedaan ini tidak merusak persaudaraan mereka dan tidak membuat yang lain keluar dari Islam dalam pandangan yang lainnya.

Saya tidak ingin membawa dalil-dalil agama yang pasti berakhir pada kesimpulan yang pasti dan jelas ini, sebab hal ini adalah pembahasan lain. Dan di era ini, ketika ketidaktahuan dan fanatisme buruk dari sebuah kelompok sangat tinggi, kita terpaksa harus membahasnya, tetapi saya akan membahasnya dari sisi lain dan sisi yang lebih sempurna. Saya akan berusaha menjelaskan posisi dan pendapat para tokoh, pemikir dan penguasa muslim yang kepemimpinannya disepakati oleh berbagai gerakan Islami.

Saya dengan baik memahami bahwa masalah anti Revolusi Islam Iran dan kebisingan yang dibuat oleh sejumlah anggota dan pimpinan gerakan Islami berkaitan dengan masalah Sunni dan Syiah bukanlah masalah yang berakar dan hakiki, tetapi masalah baru yang dipaksakan pihak lain pada para pemuda yang penuh keikhlasan dan kesucian ini. Sebagaimana yang telah saya sebutkan: Setelah beberapa waktu mereka diletakkan dalam lingkaran keraguan dan keputusasaan, tiba-tiba bagi mereka diungkapkan bahwa Revolusi yang telah menghidupkan harapan dan memberi hasil bukanlah sebuah revolusi Islam tetapi sebuah revolusi Syiah! Dan Syiah adalah kafir!

Muhibbuddin Khatib, penulis buruk asal Arab Saudi yang bukunya telah dicetak beberapa kali di Arab Saudi (dalam 50.000 eksemplar) membawa berbagai dalil tentang kekafiran dan kesesatan serta keluarnya Syiah dari Islam. Dia menyebutkan bahwa Syiah memiliki Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang kita miliki, dan berbagai kebatilan dan isu-isu semisal ini.

Sebagian kalangan yang menyebarluaskan pemikiran Khatib yang salah dan sesat, malah lalai akan pemikiran-pemikiran para tokoh islamis terkenal lainnya dalam gerakan mereka.

Tapi kita tahu bahwa Khatib adalah salah satu orang yang memerangi pemerintahan Khilafah Islami dan bergabung dengan salah satu gerakan kesukuan -para tokoh pemuda Arab- dan setelah rahasianya terbongkar ketika dia sedang belajar di Bab ‘Aali, pada tahun 1905 Masehi dia melarikan diri ke Yaman. Ketika Syarif Husein mengumumkan Revolusi Arab, Khatib pun bergabung dengannya. Kemudian Khilafah menjatuhi hukuman mati terhadapnya. Khatib tidak kembali ke Damaskus kecuali setelah kekalahan tentara Turki Usmani dan masuknya tentara Arab ke Damaskus! Dan setelah itu, dia menjadi pimpinan surat kabar pertama Arab bernama al-‘Ashimah.[1]
Sekarang, mari kita kembali menganalisa sikap dan pendapat para pemimpin berbagai gerakan Islami dan pemikir Islam berkaitan dengan fitnah yang haram ini dan hiruk pikuk buatan yang sangat disesalkan ini.

Imam Syahid Hasan al-Banna, adalah pembawa panji gerakan Islam terbesar era modern dan salah satu tokoh ide kedekatan antara Syiah dan Sunni. Beliau juga merupakan salah satu pendiri dan tokoh berpengaruh dalam aktivitas “Jamaah Taqrib Baina Al-Mazhahib Al-Islamiyah” di Kairo, padahal sebagian kalangan menyebut pendekatan mazhab mustahil tercapai. Tetapi al-Banna dan sekelompok pembesar dan ulama Islam menganggapnya mungkin dan bisa terjadi. Mereka sepakat agar semua muslimin (Sunni dan Syiah) berkumpul bersama dalam keyakinan-keyakinan dan prinsip yang disepakati dan dalam hal-hal yang bukan merupakan syarat iman dan bukan bagian dari tiang-tiang agama dan secara lazim tidak mengingkari pembahasan agama yang jelas, kaum muslimin harus menghargai keyakinan masing-masing.

DR. Abdulkarim Biazar Shirazi dalam buku Wahdat Islami yang terdiri atas makalah para ulama Syiah dan Sunni yang telah dicetak dalam majalah Risalatul Islam dan telah dicetak oleh Darut Taqrib Mesir, tentang Jamaah Taqrib berkata:

“Mereka sepakat mengumumkan bahwa: Seorang muslim adalah orang yang mengimani dan meyakini Allah Tuhan alam semesta, Muhammad saw nabi yang tidak ada lagi nabi setelahnya, Al-Qur’an kitab samawi, Ka’bah kiblat dan rumah Allah, lima rukun yang diakui, hari kiamat serta melaksanakan hal-hal yang dianggap penting. Rukun-rukun ini -yang disebutkan sebagai contoh- telah disepakati oleh para peserta pertemuan, utusan-utusan mazhab yang empat dan utusan-utusan Syiah dari mazhab Imamiah dan Zaidiyah.”[2]

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Syaikh al-Azhar yang juga Otoritas Fatwa Tertinggi saat itu, Imam Besar Abdulmajid Salim, Imam Mustafa Abdurrazzaq dan Syaikh Shaltut.

Penulis memang tidak menemukan info sempurna tantang peranan khusus Imam Syahid Al-Banna dalam hal ini, tetapi salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin Ustad Salim Bahansawi dalam bukunya berkata:

“Sejak Jamaah Taqrib antara mazhab-mazhab Islam didirikan dan Imam Hasan al-Banna dan Ayatullah Qumi berperan dalam pendiriannya, kerja sama antara Ikhwanul Muslimin dan Syiah tercipta, yang pada kelajutannya terjadi kunjungan Syahid Nawwab Safavi ke Mesir pada tahun 1954.[3] Dalam kitab itu, dia melanjutkan: “Tidak heran jika garis kebijakan dan metode kedua kelompok berakhir dengan kerja sama ini.”

Demikian pula, sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam ritual haji tahun 1948 Masehi, Imam al-Banna bertemu dengan Ayatullah Kas اani, ulama besar Syiah, dan di antara keduanya tercapai beberapa kesepakatan.

Salah satu tokoh kontemporer dan berpengaruh Ikhwanul Muslimin dan salah satu murid Imam Syahid adalah Ustad Abdul Muta’al Jabri yang menurut kutipan Roober Jakcson, menulis dalam bukunya:

“Jika usia pria ini -Hasan al-Banna- panjang mungkin saja mayoritas muslimin, hal-hal penting bagi kedua negara ini akan terwujud, khususnya jika Hasan Al-Banna dan Ayatullah Kashani, tokoh Iran, sepakat dalam penghapusan masalah pertentangan (ikhtilaf) antara Syiah dan Sunni. Keduanya bertemu pada ritual haji tahun 1948 Masehi dan kelihatannya telah menyepakati beberapa poin penting, tetapi Hasan Al-Banna telah diteror tidak pada waktunya.”[4]

Ustad Jabri menjelaskan: “Ucapan Weber benar, dengan insting politiknya dapat dirasakan usaha Imam dalam pendekatan mazhab-mazhab Islam. Jadi jika dia sadar dengan peranan besar Imam al-Banna dalam hal ini (yang waktu ini bukan saatnya membahas tentang bagaimana pernanan itu), apa yang akan dikatakannya?”

Dari beberapa hal ini, kita bisa menarik beberapa hakikat penting, antara lain:

1- Setiap Syiah dan Sunni memandang satu sama lainnya sebagai muslim.

2- Pertemuan dan kesepakatan kedua ulama ini dan menyingkirkan pertentangan adalah hal penting dan tidak bisa diingkari dan tanggung jawab ini berada di pundak gerakan islami yang sadar dan berpegang teguh pada perjanjian.

3- Imam Syahid Hasan al-Banna juga telah berusaha sekuat mungkin dalam masalah ini.

DR. Ishaq Musawi Husaini, dalam kitab al-Ikhwanul Muslimin…Kubra Al-Hakarat Al-Islamiyah Al-Haditsah[5] menulis: Sebagian mahasiswa (Syiah) yang sedang belajar di Mesir telah bergabung dengan Ikhwan. Ketika Nawwab Safavi mengunjungi Suriah dan bertemu dengan Mustafa Subai, Sekjen Ikhwanul Muslimin di sana, Subai kepada Nawwab mengadukan kekecewaannya terhadap sikap sebagian pemuda Syiah yang bergabung dengan gerakan sekuler dan nasionalis. Nawwab Safavi naik ke atas mimbar dan di depan kelompok Syiah dan Sunni berkata: “Siapa saja yang ingin menjadi Syiah hakiki Ja’fari harus bergabung dengan barisan Ikhwanul Muslimin”. Tapi, siapakah Nawwab Safawi? Dia adalah pimpinan organisasi “Martir-Martir Islam” yang Syiah.

Ustad Muhammad Ali Dhanawi, mengutip dari Bernard Louis: “Selain mengikuti mazhab Syiah, mereka juga memiliki ide tentang persatuan Islam dan memiliki banyak kesamaan dengan Ikhwan Mesir dan mereka saling berhubungan.” [6] Ketika menganalisa prinsip dasar organisasi Martir-Martir Islam, Ustad Dhanawi menemukan bahwa:

“Pertama: Islam adalah sebuah sistem integral bagi kehidupan. Kedua: Kecenderungan terpecah belah dalam berbagai firqah di kalangan muslimin yaitu Sunni dan Syiah adalah kecenderungan yang tertolak.” Kemudian, dia mengutip ucapan Nawwab: “Mari kita upayakan persatuan Islam dan kita lupakan segala sesuatu yang bukan bagian dari jihad kita demi kemuliaan Islam. Apakah belum tiba saatnya kaum muslimin memahami hakikat dan meninggalkan pertentangan antara Syiah dan Sunni?”

Ustad Fathi Yakan menjelaskan peristiwa kunjungan Nawwab Safawi ke Mesir dan semangat serta sambutan Ikhwanul Muslimin ketika menyambutnya. Kemudian, berkaitan dengan hukuman mati dari Syah untuk Nawwab, dia berkata:

“Hukuman zalim ini diprotes dengan sangat keras di negara-negara Islam. Kaum muslimin dari seluruh dunia yang menghargai keberanian dan jihad Nawwab Safavi sangat terguncang dan menentang hukum tersebut serta mengutuk hukuman mati yang dijatuhkan atas mujahid mukmin itu lewat telegram. Hukuman mati Nawwab Safavi merupakan peristiwa tragis dalam era kontemporer.”[7]

Demikianlah, bukan hanya seorang muslim Syiah yang dalam pandangan Ustad Fathi Yakan dianggap sebagai salah satu syuhada Ikhwan, tetapi dia yakin bahwa Nawwab dan para pendukungnya telah bergabung bersama rombongan syuhada dengan kesyahidan mereka. Syahid-syahid kekal yang darahnya akan menjadi pelita yang akan menerangi jalan kebebasan dan pengorbanan para generasi muda. Dan memang demikian adanya, dan tidak lama setelah itu terjadi Revolusi Islam yang menghantam kekuasaan Syah yang despotik. Syah terkatung-katung dan terusir. Dan terwujudlah firman Allah swt:

وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ، وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ [8]

Demikianlah, janji Kami tentang hamba-hamba yang Kami utus. Sesungguhnya mereka akan tertolong dan pasukan Kami pasti akan menang.

Setelah pengumuman tentang pengakuan eksistensi rezim zionis Israel oleh Iran di zaman rezim, Ustad Fathi Yakan berkata:

“Bangsa Arab semestinya mencari Nawwab dan para pendukungnya di Iran. Tetapi negara-negara Arab tidak juga memahaminya sampai saat ini dan tidak mengetahui bahwa gerakan islamiyah adalah satu-satunya penolong dalam masalah-masalah muslimin di luar Arab. Apakah Nawwab lain akan muncul di Iran?” [9]

Oleh karena itu, Ustad Yakan sedang menanti Nawwab lain. Jadi -sumpah demi Allah- mengapa ketika Nawwab dan orang yang lebih besar dari Nawwab datang, sebagian marah dan sebagian lagi malah menjadi demam?!

Majalah al-Muslimun yang diterbitkan Ikhwanul Muslimin, dalam salah satu edisinya berjudul “Bersama Nawwab Safavi” menulis: “Syahid yang mulia, Nawwab Safavi, memiliki hubungan erat dengan al-Muslimun dan pada bulan Januari 1954 Masehi tinggal kantor majalah di Mesir sebagai tamu.”[10]

Kemudian, berkaitan dengan pendapat Nawwab tentang para tahanan dari kelompok Ikhwan, majalah ini menulis:

“Ketika pembesar-pembesar Islam di mana saja menjadi sasaran para taghut, kaum muslimin harus menutup mata dari perselisihan antara mazhab dan harus bersama-sama merasakan penderitaan dan kesedihan saudara-saudaranya yang dizalimi ini. Tidak bisa diragukan lagi bahwa dengan perjuangan Islam, kita bisa menggagalkan usaha musuh untuk menciptakan perpecahan di antara kaum muslimin. Keberadaan berbagai mazhab dalam Islam bukanlah bahaya dan kita juga tidak bisa menghapuskan mazhab-mazhab itu. Apa yang harus kita cegah adalah penyalahgunaan kondisi ini oleh kalangan tertentu.”[11]

Di akhir makalah, majalah ini mengutip ucapan Nawwab Safavi:

“Kami yakin bahwa kami pasti akan terbunuh. Jika tidak hari ini, mungkin besok. Tetapi darah dan pengorbanan kami akan menghidupkan Islam dan akan membangkitkan Islam. Islam hari ini membutuhkan darah dan pengorbanan, tanpa keduanya, Islam tidak akan pernah bangkit lagi.

Sebelum kita akhiri pembahasan tentang hubungan Ikhwanul Muslimin dengan Syiah, kami harus menyebutkan bahwa Ustad Abdul Majid al-Zandani, Sekjen Ikhwanul Muslimin -sampai dua tahun lalu- yang berada dalam tahanan di Utara Yaman adalah Syiah[12] dan sebagian besar anggota Ikhwan di Utara Yaman adalah Syiah.

Sekarang, kita kembali ke masalah Jamaah Taqrib agar kita bisa mendengar ucapan anggota penting Jamaah, pemimpin besar, Mahmud Syaltut, Syaikh Al-Azhar. Dia berkata:

“Saya meyakini ide taqrib ini sebagai sebuah garis kebijakan yang benar dan sejak awal saya ikut berperan dalam Jamaah.”[13]

Kemudian beliau berkata:

“Al-Azhar Al-Syarif saat ini mengakui hukum dasar (dasar taqrib di antara pemeluk berbagai mazhab) dan akan menganalisa fikih mazhab-mazhab Islami dari Sunni sampai Syiah; analisa yang berlandaskan dalil dan argumentasi serta tanpa mengedepankan fanatisme kepada ini dan itu.” [14]

Selanjutnya beliau berkata:

“Andai saya bisa berbicara pada pertemuan-pertemuan Daruttaqrib. Saat itu, ketika seorang warga Mesir duduk berdampingan dengan seorang warga Iran atau Libanon atau Pakistan atau utusan negara-negara lainnya, dari Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali duduk mengitari meja di sisi pemeluk mazhab Imamiah dan Zaidiyah, dan terdengarlah suara-suara yang mengungkapkan keilmuan, tasawwuf dan fikih serta ruh persaudaraan, rasa persatuan, cinta dan kerjasama di dalam bidang ilmu dan irfan.” [15]

Syaikh Syaltut mengisyaratkan bahwa sebagian kalangan yang menyangka bahwa tujuan dari ide taqrib adalah menghapuskan mazhab atau menggabungkan satu mazhab dengan mazhab lainnya, beliau berkata:

“Orang-orang yang berpikiran sempitlah yang memerangi ide ini, sebagaimana kelompok lain yang memeranginya karena kepentingan. Tidak ada satu ummatpun yang tidak memiliki orang-orang seperti ini. Mereka yang melihat keberlangsungan dan kehidupannya ada di dalam perpecahan akan memerangi ide taqrib dan orang-orang berhati busuk, pemuja hawa nafsu dan mereka yang memiliki kecenderungan tertentu juga akan memeranginya. Mereka ini adalah orang-orang yang menjual penanya demi politik perpecahan! Politik yang memerangi setiap gerakan perbaikan baik secara langsung atau tidak langsung dan menghalangi setiap perbuatan yang dapat menimbulkan persatuan kaum muslimin.”

Sebelum saya menutup pembicaraan tentang al-Azhar, mari kita dengarkan fatwa yang dikeluarkan Syaikh Syaltut tentang mazhab Syiah. Dalam fatwa itu disebutkan:

“Mazhab Ja’fari yang terkenal dengan mazhab Syiah 12 Imam, adalah mazhab yang sama seperti mazhab Ahli Sunnah, beribadah dengan mazhab tersebut dibolehkan dalam syariat. Kaum muslimin harus mengetahui hal ini dan terbebas dari fanatisme yang salah berkaitan dengan mazhab tertentu, sebab agama dan syariat Allah tidak tergantung pada satu mazhab khusus atau terbatas pada satu mazhab saja. Karena semua telah berjtihad dan karena itu mereka diterima di sisi Allah.”[16]

Mari kita tinggalkan Jamaah Taqrib dan kita akan sampai pada pemikir-pemikir Islam yang tak terhingga, kita mulai dari Syaikh Muhamamd Ghazali, beliau berkata:

“Keyakinan (akidah) juga tidak bisa aman dari gigitan kerusushan sebagaimana yang dialami oleh politik dan pemerintahan, sebab syahwat-syahwat yang menginginkan keutamaan dan dominasi dengan paksaan telah memasukkan hal-hal lain dalam keyakinan, dan sejak saat itulah kaum muslimin terbagi menjadi dua bagian besar Syiah dan Sunni. Padahal kedua kelompok ini mengimani Allah yang esa dan kenabian Muhammad saw dan masing-masing tidak mempunyai kelebihan apapun dalam unsur-unsur akidah yang menyebabkan kekokohan agama dan menimbulkan kebebasan.[17]

Dalam lembar yang sama dalam bukunya, dia menambahkan:

“Meskipun dalam beberapa bagian hukum-hukum fikih saya memiliki pendapat yang bertentangan dengan Syiah, tetapi saya tidak yakin bahwa orang yang bertentangan pendapat dengan saya adalah orang berdosa. Posisi saya di hadapan sebagian pendapat fikih yang banyak diamalkan di kalangan Ahli Sunnah juga demikian.

Di bagian lain bukunya, dia berkata:

“Akhirnya, perpecahan antara Syiah dan Sunni mereka hubung-hubungkan dengan ushul akidah agar agama yang satu kembali terkoyak dan ummat yang satu bercabang menjadi dua bagian dan satu bagian mengintai bagian lainnya bahkan menantikan kematian bagian lainnya! Barang siapa yang membantu pengelompokan ini walau dengan dengan satu kata, maka dia akan masuk dalam ayat ini:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ [18]

Mereka yang memecah belah agama dan menjadi berkelompok-kelompok di dalamnya mereka itu bukan bagian darimu. Allah yang akan mengurus mereka dan akan menyadarkan mereka lewat siksaan dari apa yang mereka telah lakukan.

Ketahuilah bahwa mengkafirkan orang lain terlebih dahulu saat berdialog adalah mudah dan membuktikan kekafairan lawan bisa dilakukan di tengah hangatnya pembahasan lewat ucapan lawan sendiri.[19]

Kemudian, Syaikh Muhammad Ghazali kembali berkata:

“Dalam kedua kelompok, hubungan keduanya dengan Islam berdasarkan iman kepada kitabullah dan sunnah nabi dan secara mutlak sama-sama menyepakati ushul-ushul mayoritas agama. Jadi dalam furu dan syariat mereka menjadi bercabang-cabang. Mereka sepakat bahwa mujtahid akan mendapat pahala baik jika ijtihadnya benar atau salah. Ketika kita memasuki fikih praktis dan perbandingan, dan jika kita analisa antara pendapat ini dan itu, atau menilai mana hadis shahih dan dhaif, maka kita akan melihat bahwa jarak antara Syiah dan Sunni sama seperti jarak antara fikih mazhab Abu Hanifah, Maliki atau Syafii. Kita harus melihat sama semua orang yang mencari hakikat meski cara dan metode mereka berbeda-beda.”[20]

Dalam kitab Nazarat fil Qur’an, kita dapat melihat Syaikh Ghazali membawa salah satu ucapan ulama Syiah dan salah satu catatan pinggir kitab itu, Ghazali berkata:

“Dia adalah salah satu faqih dan sastrawan besar Syiah. Kita akan membahas semua ucapannya, sebab sebagian orang-orang yang belum matang pikirannya menyangka bahwa Syiah bukanlah Islam dan telah melenceng dari Islam. Dalam bab I’jaz akan disebutkan materi yang akan membuat kita lebih mengenal Syiah.”[21]

Dalam catatan pinggir dari salah satu halaman bukunya, ketika memperkenalkan seorang ulama lainnya (Hibbaddin Husaini Syahrestani), Ghazali berkata:

“Dia adalah salah satu ualam besar Syiah dan kami sengaja membawa ringkasan ucapannya di sini agar pembaca muslim mengetahui dengan jelas ketinggian ilmu ulama ini tentang esensi I’jaz dan tingkat kesucian kitabullah di kalangan kaum Syiah.”[22]

Oleh karena itu, Syaikh Ghazali yang merupakan salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin terpenting berbicara demikian tentang Syiah dan menyingkirkan seluruh dugaan sederhana sehingga nilai hakikat mampu menepis kegelapan karena kejahilan, dendam dan kebutuhan orang-orang yang berpikiran sempit.

DR. Subhi Shaleh—salah satu ulama terkenal Libanon—berkata: “Dalam hadis-hadis para Imam Syiah yang diriwayatkan tak lain adalah hadis-hadis yang sesuai sunnah Nabi.”[23] Kemudian dia menambah: “Sumber kedua syariat setelah kitabullah adalah sunnah Nabi yang memiliki kedudukan sangat tinggi di sisi mereka.”

Ustad Said Hawi—salah satu mantan pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah—ketika berbicara tentang bagian-bagian manajemen Darul Islam ketika diperluas dari bentuk federal berkata:

“Secara ilmiah, kondisi dunia Islam saat ini adalah bahwa Islam tersusun atas mazhab-mazhab fikih atau mazhab-mazhab akidah. Dan setiap mazhab berkuasa di daerah-daerah tertentu. Apakah ada uzur syar’i yang membuat hal ini menghalangi jalan untuk memperhatikan hal ini dalam pembagian manajemen? Jadi sebuah daerah yang memiliki satu bahasa harus memiliki satu kawasan pemerintahan. Setiap kawasan memilih sendiri pemimpinnya dan dalam saat yang sama kawasan ini masih berada di bawah pengawasan pemerintahan pusat.”[24]

Pengakuan jelas ini berasal dari salah satu pembesar Ikhwanul Muslimin saat ini tentang beragamnya mazhab misalnya Syiah yang tidak merusak Islam, masyarakat dan agama dan jika Syiah mendirikan Darul Islam, maka harus ada kawasan pemerintahan independen dan pemimpinnya.

DR. Mustafa Syaka’ah, salah satu peneliti muslim berkata:

“Mazhab Syiah Imamiah adalah syiah yang terkenal dan sedang hidup di tengah-tengah kita bahkan kita memiliki hubungan kasih sayang dengan mereka. Mereka juga berusaha mewujudkan pendekatan berbagai mazhab sebab intisari agama dan itu adalah satu dan asas agama yang kokoh. Dan agama tidak mengizinkan para pemeluknya menjauh satu sama lain.”[25]

Kemudian, tentang kelompok yang merupakan mayoritas penduduk Iran ini dan tentang keadilan mereka, berkata:

“Mereka lepas tangan dari ucapan-ucapan yang terucap dari berbagai firqah dan menganggapnya kufur dan sesat.”[26]

Syaikh mulia Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitab Tarikh al-Mazhahibul Islamiyyah berkata: “Tidak bisa disangkal lagi bahwa Syiah adalah salah satu firqah Islam. Tentu saja kita harus memisahkan firqah Sabaiah yang yang mengakui Ali sebagai Tuhan dari Syiah (dan sudah jelas bahwa Sabaiyah adalah kafir di mata Syiah).[27] Dan tidak bisa diragukan lagi bahwa seluruh akidah Syiah berdasarkan nash al-Qur’an atau hadis-hadis yang dinisbahkan kepada Nabi.” Dia juga berkata:”Mereka menyayangi tetangganya yang sunni dan tidak menjauhi mereka.”[28]

DR. Abdulkarim Zaidan, salah satu pemimpin penting Ikhwanul Muslimin Irak menulis:

“Mazhab Ja’fari ada di Iran, Irak, India, Pakistan, Libanon dan Suriah atau negara-negara lainnya. Antara fikih Ja’fari dan mazhab lainnya tidak lebih dari perbedaan antar mazhab dengan mazhab lainnya.”[29]

Ustad Salim Bahansawi yang merupakan salah satu pemikir Ikhwan, dalam kitabnya yang penting السنة المفترى عليها membaha masalah ini dengan terperinci, dan ketika menjawab klaim orang-orang yang mengatakan bahwa Syiah memiliki Qur’an lain selain Qur’an kita, berkata:”Qur’an yang ada di kalangan Ahli Sunnah adalah Qur’an yang ada di masjid dan di rumah-rumah orang Syiah.”[30] Dia juga berkata: “Syiah Ja’fari (12 Imam) meyakini bahwa barang siapa yang mentahrif Quran yang turun kepada mereka dari awal Islam adalah kafir.[31]

Dia melanjutkan jawabannya kepada Muhibuddin Khatib dan Ihsan Ilahi Zahir tentang tahrif Qur’an dan membawakan risalah di halaman 68-75 dalam kitabnya yang mengandung pendapat mayoritas ulama dan mujtahid Syiah berkaitan klaim ini. Dan dia membawa ucapan Ayatullah Khui:”Apa yang sudah diketahui adalah bahwa tidak terjadi tahrif dalam Qur’an dan apa yang kita miliki, adalah Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad saw.”[32]

Dan dia menukil ucapan Syaikh Muhammad Ridha Muzaffar—ulama terkenal Syiah asal Irak: “Apa yang ada di tangan kita dan yang kita baca adalah Qur’an yang turun kepada Nabi. Dan barang siapa yang mengklaim hal selain ini adalah pembohong dan pembuat mughalathah. Ucapan mereka tentang tahrif Qur’an ini keluar telah dari jalan yang benar. لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ

Kemudian, dia juga menukil dari Kasyiful Ghita: “Semua meyakini dan berijma bahwa tidak ada kekurangan, tambahan dan tahrif dalam al-Qur’an.”

Tentu saja pendapat-pendapat lain masih banyak dalam halaman buku yang disebutkan di atas, jika berminat silahkan merujuk buku tersebut.

Berkaitan dengan sebagian riwayat tidak benar yang mungkin saja digunakan sebagian kalangan sebagai dalil, harus dikatakan bahwa hadis-hadis ini adalah tertolak. Hadis-hadis demikian juga ada di kalangan Ahli Sunnah dan mereka juga menolak hadis-hadis tersebut.”[33]

Tentang ishmat, Ustad Bahansawi berkata:

“Ishmat yang diingkari Ahli Sunnah tidak akan berakhir dengan pengkafiran satu sama lainnya jika kedua mazhab memahaminya sebagaimana yang dimaksud oleh mazhab 12 Imam. Sebab makna ishmat yang diakui oleh Syiah 12 Imam tidak termasuk sebagai hal-hal yang keluar dari agama dalam Ahli Sunnah. Pengingkaran ishmat adalah hal pandanagn dan pemikiran, sebab tidak ada dalam nash-nash yang yang diyakini oleh Ahli Sunnah. Dan sebagaimana sudah jelas, kekafiran hanya akan terjadi jika terjadi pengingkaran atas hal-hal yang pasti dalam Qur’an dan hadis dan si pengingkar juga mengetahui masalah ini. Jadi, jika si pengingkar tidak tahu atau meyakini ketidakshahihan riwayat maka dia tidak kafir meskipun kita tidak mengajukan dalil syar’i kepadanya.”[34]

Setelah Ustad Bahansawi, mari kita menuju Ustad Anwar Jundi dan kitabnya al-Islam wa Harikah Tarikh. Dia berkata:

“Sejarah Islam penuh dengan pertentangan dan perseteruan pikiran serta pertikaian politik antara Ahli Sunnah dan Syiah. Para agressor asing sejak Perang Salib sampai sekarang selalu berusaha memanfaatkan pertentangan ini dan memperdalam pengaruhnya agar persatuan dunia Islam tidak sempurna. Oleh karena itu, gerakan pro Barat dalam rangka memecah belah antara Ahli Sunnah dan Syiah menciptakan permusuhan di antara keduanya. Ahli Sunnah dan Syiah memahami bahwa ini adalah skenario, maka mereka pun berusaha mempersempit arena pertentangan.”[35]
Sekarang, apakah kita telah memahami bahwa siapa yang menciptakan fitnah ini? Siapa yang mengambil manfaat darinya? Apakah kita mengerti bahwa setan inilah yang mengajak kaum muslimin pada perpecahan dan pengkafiran satu sama lain, padahal perbedaan yang ada lebih sedikit dari apa yang dibayangkan oleh orang-orang yang tertipu oleh setan ini. Ustad Anwar Jundi kemudian berkata:

“Kenyataannya adalah bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak lebih dari perbedaan antara mazhab Sunni yang empat.”[36]

Supaya kita tidak menduga seperti ini bahwa Syiah dan Sunni secara umum adalah berbeda dan dalam sejarah mereka bukan termasuk ghuluw mari kita baca ungkapan Ustad Jundi: “Sudah selayaknya para peneliti berhati-hati dalam menyamakan Syiah dengan Ghulat. Para Imam Syiah sendiri menyerang Ghulat dan telah mengingatkan rekayasa para Ghulat.”[37]

Ustad Sami’ Athifuzzain, penulis kitab al-Islam wa Tsiqafatul Insan telah menulis sebuah buku berjudul al-Muslimun…Man Hum? (Siapakah Kaum Muslimin?) yang di dalamnya terdapat analisa posisi Sunni dan Syiah. Dalam mukaddimah kitabnya, dia menulis:

“Pembaca yang mulia, apa yang menyebabkan buku ini ditulis adalah dua pengelompokan buta yang saat ini muncul dalam masyarakat kita, khususnya di antara kaum muslimin Syiah dan Sunni yang semestinya terhapus dengan terhapusnya kejahilan. Tetapi sayangnya, hal ini terus berakar dalam hati-hati yang tidak sehat, sebab sumber pengelompokan ini adalah sekelompok orang yang berhasil menguasai dunia Islam lewat nifaq. Kelompok itu adalah musuh Islam yang tidak bisa hidup kecuali seperti lintah penghisap darah. Saudara-saudara Syiah dan Sunniku! Saya akan mengungkapkan hakikat penting tentang pemahaman Qur’an, Sunni dan Syiah kepada anda karena perbedaan ini hanya terletak pada pemahaman atas Qur’an dan Sunnah bukan pada asli Qur’an dan sunnah.”[38]

Ustad Sami’ Athifuzzain, di akhir bukunya berkata:

“Setelah kita mengetahui dalil terpenting yang membuat ummat mengalami badai, saya akan mengakhiri buku ini dengan ungkapan ini, bahwa kita sebagai muslimin khususnya dalam era ini memiliki kewajiban untuk menjawab penyelewengan mereka yang menjadikan mazhab-mazhab Islam sebagai alat untuk menyesatkan dan mempermainkan pikiran serta meningkatkan keraguan dan syak,” dan “kita harus menghilangkan ruh jelek perpecahan dan menutup jalan bagi mereka yang memperluas kekerasan dalam agama, agar kaum muslimin kembali bersatu seperti masa lalu, berkerja sama, saling mencintai, bukan berkelompok-kelompok, garang dan jauh satu sama lainnya” “mereka harus sabar meneladani khualafaur rasyidin yang salingbekerja sama”.[39]

Ustad Abul Hasan Nadawi menginginkan terciptanya kedekatan antara Syiah dan Sunni. Kepada Majalah al-I’tisham, dia berkata: “Jika hal ini terlaksana—yaitu kedekatan Sunni dan Syiah—akan terjadi sebuah revolusi yang tak ada tandingannya dalam sejarah baru pemikiran Islami.”[40]

Ustad Shabir Tha’imah berkata:

“Sudah selayaknya dikatakan bahwa antara Syiah dan Sunni tidak memiliki perbedaan dalam ushul. Sunni dan Syiah adalah muwahhid. Perbedaan hanya pada furu’ [fikih] yang sama saja seperti perbedaan fikih di antara mazhab yang empat (Syafii, Hanbali…). Mereka mengimani ushuluddin sebagaimana yang ada dalam Quran dan sunnah Nabi. Selain itu mereka juga mengimani apa yang harus diimani. Mereka juga mengimani bahwa seorang muslim yang keluar dari hukum-hukum penting agama, maka Islamnya tidak benar (bathil). Yang benar adalah bahwa Sunni dan Syiah, keduanya adalah mazhab dari beberapa mazhab Islam yang mengambil ilham dari kitabullah dan sunnah nabi.”[41]

Ulama-ulama Ushul Fiqh meyakini bahwa jika para mujtahid Syiah benar-benar tidak sepakat dalam satu hal, ijma (kesepakatan pendapat dalam hukum) tidak akan tercapai sebagaimana jika para mujtahid Ahli Sunnah tidak mencapai kesepakatan. Ustad Abdul Wahab Khalaf berkata:

“Dalam ijma’ ada empat rukun dan jika tidak tercapai ijma kecuali dengan adanya keempat rukun tersebut. Rukun kedua adalah bahwa semua mujtahid menyepakati sebuah hukum syar’i dari sebuah kejadian pada saat terjadi tanpa memandang negara, ras atau firqahnya. Jika dalam sebuah kejadian hanya mujtahid-mujtahid Haramain atau hanya mujtahid-mujtahid Irak atau hanya mujtahid-mujtahid Hijaz atau hanya mujtahid-mujtahid Ahli Bait, atau hanya mujtahid-mujtahid Ahli Sunnah menyepakati hukum tanpa kesepakatan mujtahid-mujtahid Syiah, maka dengan kesepakatan khusus ini secara syar’i tidak akan tercapai. Sebab ijma baru tercapai hanya dengan kesepakatan umum semua mujtahid dunia Islam dalam satu peristiwa dan ini tidak berlaku pada selain mujtahid.”[42]

Jika kesepakatan Syiah untuk tercapainya ijma diangap penting, maka apakah setelah ini Syiah juga tetap dianggap sebagai firqah sesat dan akan masuk neraka?!

Ustad Ahmad Ibrahim Beik yang merupakan guru Syaikh Syaltut, Syaikh Abu Zuhrah dan Syeikh Khalaf, dalam kitabnya علم اصول الفقه ويليه تاريخ التشريع الاسلامي dalam pembahasan khusus tentang sejarah Syiah, menuliskan:

“Syiah Imamiah adalah muslimin dan mengimani Allah, Nabi, Qur’an dan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Mazhab mereka banyak dianut di Iran.”[43]

Kemudian dia menambah:

“Di tengah-tengah Syiah, di masa lalu dan saat ini, telah muncul ulama-ulama besar dalam berbagai ilmu dan seni. Mereka memeliki pemikiran yang dalam dan pengetahuan yang luas. Kitab-kitab karangan mereka mempengaruhi ratusan ribu orang dan saya mengetahui mayoritas buku-buku tersebut.”[44]

Dalam catatan pinggir di dalam halam kitab tersebut, dia menulis: “Di kalangan orang-orang yang dinisbahkan sebagai Syiah juga terdapat (Ghulat) yang sebenarnya telah keluar dengan keyakinan yang dimilikinya dan mereka sendiri ditolak oleh Syiah Imamiah dan kelompok ghulat ini tidak dibiarkan begitu saja oleh Syiah.”

Setelah kesaksian yang banyak dari para ulama ini, saya ingin menunjukkan bahwa mereka yang berusaha mengulang kembali fatwa Ibnu Taimiyyah yang menentang Rafidhah—meliputi hampir semua firqah Syiah—dan berusaha mempermalukan Syiah 12 Imam dengan fatwa ini dan sebagai hasilnya mereka berusaha menentang Revolusi Islam, sesungguhnya mereka telah melakukan beberapa kesalahan penting:

1. Mereka tidak bertanya terlebih dahulu mengapa dalam sejarah Islam sebelum Ibnu Tayyimah, fatwa seperti ini tidak pernah ditemukan? Apalagi Ibnu Taimiyyah hidup pada abad ke-8 H yaitu 6 abad setelah kemunculan Syiah.

2. Mereka tidak mampu memahami jaman Ibnu Taimiyyah dan ketimpangan sosial masyarakat Islam ketika pihak luar menyerang Islam.

Dalam maraknya kebencian terhadap Revolusi Islam Iran—dan pengambilan sikap politik negatif terhadap Iran—mereka tidak berusaha untuk menganalisa apakah kata ‘Rafidhah’ sesuai untuk Syiah atau tidak?

Ustad Anwar al-Jundi dalam bukunya berkata: “Rafidhah bukan Sunni dan Syiah.”[45]

Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitabnya tentang Ibnu Taimiyyah telah membahas sebagian firqah Syiah seperti Zaidiyah dan 12 Imam tanpa menyebut sedikit pun tentang sikap negatif Ibnu Taimiyyah. Tetapi ketika menyebutkan Ismailiyah, dia berkata: “Inilah firqah yang ditentang oleh Ibnu Taimiyyah. Ibnu Taimiyyah memeranginya dengan pena, lidah dan pedang.”[46] Maka, Imam Abu Zuhrah membicarakan masalah ini dengan terperinci ketika membahas tentang firqah ini—menurut pengakuannya—karena sikap negatif Ibnu Taimiyyah terhadap firqah ini.

Inilah sikap sebagian gerakan-gerakan dan pemimpin Islam terhadap masalah buatan berkaitan Syiah dan Sunni. Revolusi Islam Iran yang menyala sejak tahun 1978 M telah membangunkan ruh umat Islam dalam satu poros panjang dari Tanza sampai Jakarta. Dengan kemajuan Revolusi Islam, sebagian besar kaum muslimin mengharapkan kemenangan-kemenangan bercahaya seperti awal kemunculan Islam lewat Tehran dan Qom. Dengan kemajuan Revolusi Islam, sebagian besar kalangan mulai memihaknya, kalangan yang memperlihatkan kegembiraannya di jalanan Kairo , Damesyq, Karachi, Khurtum, Istanbul dan Baitul Muqaddas dan di mana saja yang yang ada kaum musliminnya.

Di Jerman Barat, Ustad Isham Atthar, salah satu pemimpin bersejarah gerakan Ikhwanul Muslimin yang terkenal dengan keikhlasan, jihad panjang dan kesucian, pria yang tak pernah tunduk terhadap pemerintah manapun dan tidak pernah dekat dengan istana raja manapun, telah menulis sebuah kitab yang lengkap tentang sejarah dan akar Revolusi Islam. Dia mendampingi Revolusi dan telah mengirim telegraf dengan maksud mengucapakan selamat dan dukungan kepada Imam Khomeini.

Ucapan atas pembelaannya terhadap Revolusi terekam dalam kaset dan tersebar dari tangan ke tangan para pemuda muslim. Dalam majalah ar-Raid yang dicetak di Jerman, dia juga mengakui dan menjelaskan tentang Revolusi Islam.

Di Sudan, sikap gerakan Ikhwanul Muslimin dan para pemuda muslim Universitas Khurtum adalah sikap yang paling menarik yang disaksikan oleh ibukota-ibukota negara-negara Islam, tempat di mana mereka melakukan demonstrasi. DR. Hasab Turabi, pemimpin gerakan Islami di Sudan yang terkenal kepiawaiannya dalam masalah budaya dan politik, telah mengunjungi Iran dan bertemu dengan Imam Khomeini dan menumumkan pembelaannya terhadap Revolusi Islam dan pemimpinnya.

Di Tunisia, majalah al-Ma’rifah, juga mendampingi Revolusi. Majalah itu mengucapkan selamat atas kemenangan Revolusi dan mengajak semua umat untuk menolongnya. Peristiwa ini sangat hangat sampai-sampai Ustade Rasyid Ghanushi pimpinan gerakan Islam Tunisia mengusulkan Imam Khomeini sebagai Imam Kaum Muslimin dalam sebuah makalah di majalah tersebut yang di kemudian hari menjadi penyebab pemberdelan majalah dan penawanan para pemimpin gerakan oleh pemerintah.

Ustad Ghanushi meyakini bahwa kecenderungan keislaman kontemporer “telah mengalami kristalisasi dan bentuk paling jelas Imam al-Banna, Maududi, Quthb dan Imam Khomeini yang merupakan wakil dan pemimpin kecenderungan Islami paling penting dalam gerakan Islam kontemporer.”[47]

Dia juga menjelaskan: “Dengan kemenangan Revolusi di Iran, Islam telah memulai sebuah tahapan organisnya.”[48] Dalam bukunya yang berjudul, Apa Maksud Kita dalam Istilah Gerakan Islami, dia berkata: “Ikhwanul Muslimin di Mesir, Jama’ah Islami di Pakistan dan gerakan Imam Khomeini di Iran.”[49]

Dia juga berkata: “Di Iran, telah dimulai sebuah proses yang bisa jadi merupakan sebuah gerakan terpenting yang akan menyelamatkan seluruh kawasan dan kebebasan Islam dari cengkeraman pemerintahan-pemerintahan yang selalu berusaha menggunakan cengkeramannya menentang gelombang Revolusi di kawasan.”[50]

Di Libanon, dukungan gerakan Islami terhadap Revolusi lebih jelas dan dalam. Ustad Fathi Yakan, pemimpin gerakan Islami dan majalah terkenalnya al-Aman telah memilih sikap islami dan berharga berkenaan Revolusi Islam. Ustad Yakan telah berkali-kali mengunjungi Iran, menghadiri berbagai perayaan dan telah mendukung Revolusi lewat ceramah-ceramahnya.

Di Yordania, Ustad Muhammad Abdurrahman Khalifah, Sekjen Ikhwanul Muslimin sebelum dan sesudah mengunjungi Iran, menyatakan dukungannya terhadap Revolusi Islam, demikian juga Ibrahim Zaidkilani yang meminta Raja Husain mundur! Dan Ustad Yusuf al-Azm yang syair terkenalnya telah diterbitkan dalam majalah al-Aman telah mengajak ummat berbait kepada Imam Khomeini di dalam syairnya. Di akhir syairnya dia berkata:

Salam atas Khomeini, pemimpin kami…

Penghancur istana kezaliman, tidak takut pada api

Kami berikan darah dan medali padanya

Kami akan maju

Mengalahkan kekufuran

Meninggalkan kegelapan

Agar dunia kembali terang dan damai.[51]

Di Mesir, majalah-majalah gerakan Islami seperti ad-Da’wah, al-I’tisham wal Mukhtarul Islam juga mendampingi Revolusi dan mengakui keislaman Revolusi serta membela pemimpinnya. Ketika serangan Saddam ke Iran dimulai, di sampul depan majalahnya al-I’tisham menulis: “رفيق تكريتي .. شاگرد ميشل عفلق kembali ingin menegakkan Qadisiah (nama sebuah kota kuno di Irak) baru di Iran !.”[52]

Dalam edisi yang sama, al-Itisham menulis makalah dengan judul “Ketakutan akan Meluasnya Revolusi Islam di Irak” dan menyatakan: “Saddam Husein menyakini bahwa masa perubahan tentara Iran dari tentara Syah ke tentara Islam adalah sebuah kesempatan emas dan tidak akan terulang! untuk menghancurkan tentara dan revolusi ini, sebelum para komandan dan tentara ini berubah menjadi sebuah kekuatan yang tidak terkalahkan di bawah ideologi Islami.”[53]

Ustad Jabir Rizq, salah satu wartawan terkenal Ikhwanul Muslimin dalam al-I’tisham, ketika menuliskan faktor-faktor penyebab perang menulis: “Bersamaan dengan maraknya api peperangan, semua skenario Amerika menentang Iran mengalami kegagalan.”[54]

Dia juga menambahkan: “Saddam Husein lupa bahwa dia akan memerangi sebuah negara yang jumlah penduduknya 4 kali penduduk Irak dan negara ini adalah satu-satunya negara yang mempu berevolusi menentang imprealisme salibi-Yahudi.”[55]

Selanjutnya dia menambah:

“Rakyar Iran bersama seluruh instansi terkaitnya siap untuk berperang sampai mereka meraih kemenangan dan bisa menghancurkan rezim haus darah Bats. Kekuatan rohani sedemikian rupa di kalangan rakyat Iran tidak pernah ditemukan sebelumnya. Keinginan mati syahid menjelma menjadi sebuah perlombaan dan pekerjaan yang ingin didahulukan. Rakyat Iran sangat yakin bahwa kemenangan pasti akan berada di tangan Iran.”

Ustad Jabir Rizq menjelaskan bahwa tujuan penjajah melakukan perang adalah kehancuran Revolusi. Dia menulis: “Dengan kehancuran sistem Revolusi Iran maka bahaya yang mengancam bentuk-bentuk taghut ini juga akan hilang. Mereka menggigil membayangkan kemungkinan revolusi berbagai negara lainnya dalam menentang mereka serta kehancuran mereka lewat cara yang sama yang dilakukan rakyat muslim Iran saat menghancurkan Syah.”

Dan kemudian, di akhir makalah dia menulis: “Tetapi Hizbullah telah menang, jihad dan syahadat tidak akan dihindari,

و لينصرنَّ الله من ينصره ان الله لقوي عزيز. “

Jadi, initi perang adalah hal ini bukan sebagaimana yang didengungkan oleh Saudi dan sebagian kalangan lugu yang tidak paham apa yang sedang terjadi di dunia dan berkata: Iran adalah Syiah dan ingin menghancurkan sistem Sunni di Irak! Kejahilan dan kebutaan ini sangat menyedihkan! Dan betapa besar pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang menanamkan kejahilan dan kebencian di dalam hati ummat?!

Al-I’tisham di salah satu majalahnya membuat judul: “Revolusi yang memperbaharui perhitungan dan mengguncang kestabilan”[56] dan dalam edisi ini dia mengajukan pertanyaan: “Mengapa Revolusi Iran merupakan revolusi terbesar di era kontemporer?”[57]

Di akhir makalah yang sengaja ditulis untuk memperingati ulang tahun kedua Revolusi Islam, penulis sembari menulis tentang kekuatan tentara Syah dan peralatan yang digunakan untuk menghancurkannya, menambahkan: “Revolusi Iran akhirnya menang setelah mengalirkan darah ribuan orang dan dengan dengan aktivitas, hasil positif dan pengaruhnya, Revolusi mampu mengubah perhitungan dan mengguncang kestabilan serta merupakan revolusi terbesar dalam sejarah kontemporer.”

Mari kita lihat sikap Ikhwanul Muslimin Mesir ketika terjadi krisis penawanan mata-mata yang mengeluarkan dan mengirimkan pengumuman kepada semua pemimpin gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia:

“Jika masalah hanyalah terkait dengan Iran, manusia bisa menerima sebuah jalan tengah setelah memahami kondisi yang ada, tetapi Islam dan kaum muslimin yang berada di mana saja bertanggung jawab dan menanggung amanat atas pemerintahan Islam, pemerintahan yang pada abad 20 telah menang dengan mengorbankan darah rakyatnya demi menegakkan pemerintahan Ilahi menentang pemerintahan otoriter, imperialis dan zionisme.”

Pengumuman tersebut juga menyinggung pandangan Revolusi Iran kepada mereka yang berusaha melemahkan Revolusi dan berkata bahwa mereka itu tidak akan terlepas dari 4 kondisi ini:

“Apakah seorang muslim yang tidak mampu memahami jaman topan Islam dan masih mengalami era ketundukan. Dia harus memohon ampun kepada Allah dan berusaha menyempurnakan kekurangan pengetahuannya tentang makna jihad dan kemuliaan Islam. Ataukah dia adalah boneka yang menjadi perantara pemenuhan kebutuhan musuh-musuh Islam meski harus dengan cara merugikan Islam tapi pada saat yang sama malah menyerukan persaudaraan dan pentingnya menjaga persaudaraan. Ataukah seorang muslimin lemah yang tidak memiliki pendapat dan keinginan, dan harus digerakkan oleh orang lain. Ataukah dia seorang munafik yang sedang memainkan tipudaya!”

Saat serangan Saddam ke Iran dimulai, Divisi Internasional Ikhwanul Muslimin juga mengeluarkan pengumuman yang ditujukan kepada rakyat Irak dan menyerang partai Bats Kafir (sesuai ungkapan pengumuman):

“Perang ini bukanlah perang membebaskan kaum lemah, wanita dan anaka-anak tidak berdaya dan tidak akan ada hasilnya. Rakyat muslim Iran sendiri telah membebaskan dirinya dari kezaliman imperialis Amerika dan Zionis lewat jihad herois dan revolusi mendasar yang sangat istimewa di bawah pimpinan seorang Imam yang tidak diragukan lagi adalah merupakan sumber kebanggaan Islam dan kaum muslimin.”

Di akhir pengumuman, seruan ditujukan kepada rakyat Irak: “Hancurkanlah penguasa jahat kalian. Tidak ada kesempatan yang lebih baik dari ini. Letakkan senjata-senjata anda ke tanah dan bergabunglah dengan Revolusi. Revolusi Islam adalah revolusi anda semua.”

Sikap Jamaah Islam Pakistan terjelma dalam fatwa Maulana Abul A’la Maududi yang dicetak dalam majalah ad-Da’wah saat menjawab pertanyaan majalah tentang revolusi Islam Iran. Faqih mujtahid yang diakui oleh semua gerakan Islam sebagai salah satu tokoh gerakan yang terkenal di jamannya, berkata:

“Revolusi Imam Khomeini adalah sebuah revolusi Islam dan pelakunya adalah jamaah Islam dan para pemuda yang tumbuh dalam pangkuan tarbiyah Islam. Dan wajib bagi kaum muslimin secara umum dan gerakan-gerakan Islami secara khusus untuk mengakui dan bekerja sama dengan Revolusi ini dalam segala bidang.”[58]

Oleh karena itu, hal ini adalah sebuah sikap syar’i berkaitan dengan Revolusi dan sebagaimana yang dikemukakan Maududi, jika kita ingin setia pada Islam maka mengakui dan bekerja sama dengan Revolusi adalah wajib. Memusuhi Revolusi dan menjalankan perang Salibi menentangnya, (yang dilakukan siapa?) yang dilakukan oleh kelompok-kelompok hanya digambarkan sebagai bagian dari gerakan Islam adalah pekerjaan salah di mata syar’i dan bertentangan dengan fatwa para mujtahid besar.

Sebelum kita tinggalkan Maududi, saya akan sampaikan bahwa suatu hari seorang pemuda berkata kepada saya tentang penarikan fatwa Abul A’la yang dilakukannya sendiri. Saya kaget mendengar ucapan pemuda berhati baik ini yang mengutip ucapan tersebut dari orang lain dan orang tersebut juga menukilnya dari sumber terpercaya! Tetapi keheranan saya segera hilang ketika saya lihat ada tangan-tangan kotor di balik lelucon tak berharga ini. Siapakah yang menyebarkan peristiwa penarikan fatwa faqih mujtahid tersebut? Apakah tidak selayaknya hal itu diberitakan oleh ad-Da’wah? Tetapi ad-Da’wah dan yang lainnya tidak melakukannya dan tidak akan melakukannya.

Orang pertama yang mengetahui hal ini adalah orang yang menciptakan lelucon itu dan seperti biasanya adalah ‘orang-orang terpecaya’ dari gerakan Islami hari ini! Tetapi poin aneh dalam hal ini adalah bahwa orang terpercaya itu sendiri tidak mengetahui hal ini bahwa sebulan setelah Abul A’la Maududi mengeluarkan fatwa tersebut, dia telah kembali ke alam baka.

Dan sikap al-Azhar lewat mantan Syaikh al-Azhar, dalam wawancara dengan majalah as-Saryqul Ausath mengatakan: “Imam Khomeini adalah saudara muslim dan seorang muslim yang jujur.” Kemudian menambahkan: “Kaum muslimin adalah bersaudara meski berlainan mazhab dan Imam Khomeini berdiri di bawah bendera Islam, sebagaimana saya berdiri di bawahnya.”[59]

Ustad Fathi Yakan, di akhir kitabnya yang berputar dari tangan ke tangan para pemuda gerakan Islam, ketika menganalisa skenario imperialis dan kekuatan internasional yang menentang Islam, berkata:

“Sejarah menjadi saksi ucapan-ucapan kami. Dan Revolusi Islam Iranlah yang membuat seluruh kekuatan kufr dunia bangkit demi menghancurkan janin Revolusi itu dan itu dikarenakan Revolusi ini adalah Islami, tidak Timur dan tidak Barat.”[60]

Nah, para pemuda Islam saat ini mendengarkan siapa? Mendengarkan Abul A’la Maududi dan Ustad Fathi Yakan atau orang-orang biasa, atau pengklaim Islam atau malah para pemiliki kepentingan?

Bukti terakhir yang ada di tangan kita adalah ucapan yang tertera dalam majalah ad-Da’wah yang saat ini terbit di Yunani, dunia saat ini dapat menyaksikan kebangkitan integral Islam yang merupakan pengaruh dari Revolusi Islam Iran—dalam proses naik turunnya—yang mampu menggulingkan musuh terbesar, terlama dan terganas Islam dan kaum muslimin.”[61]

Oleh karena itu, majalah ad-Da’wah menganggap Revolusi Iran sebagai Revolusi Islam dan memberikan pengaruh integral sebagaimana yang telah kami kemukakan di awal makalah.

Berkaitan proses naik dan turunnya Revolusi, harus saya katakan bahwa hal ini tak lain adalah usaha para penjajah yang berusaha mempengaruhi jalannya gerakan Revolusi. Dan kaum muslimin wajib menghilangkan usaha kaum penjajah tersebut.

Ini adalah sikap para ulama dan pemikir dalam gerakan Islam Sunni. Mari kita dengarkan ucapan Imam Khomeini ketika beliau sampai di Paris saat menjawab pertanyaan tentang azas Revolusi. Beliau berkata:

“Faktor yang telah membagi kaum muslimin menjadi Sunni dan Syiah di masa lalu, sekarang tidak ada lagi. Kita semua adalah mulimin dan Revolusi ini adalah Revolusi Islam. Kita semua adalah saudara se-Islam.”

Dalam kitab al-Harakatul Islamiyyah Wattahdis, Ustad Ghanushi mengutip ucapan Imam Khomeini: “Kami ingin agar Islam berkuasa sebagaimana yang telah diwahyukan kepada Rasulullah saw. Tidak ada beda antara Sunni dan Syiah, sebab pada jaman Rasulullah saw tidak terdapat mazhab-mazhab.”

Dalam Konfernsi ke-14 ملتقي الفكر الاسلامي tentang Pemikiran Islam yang diselenggerakan di al-Jazair, Sayyid Hadi Khosrushahi, wakil Imam Khomeini berkata:

“Saudaraku semua! Musuh-musuh kita tidak membedakan Sunni dan Syiah. Mereka hanya mau menghancurkan Islam sebagai sebuah ideologi dunia. Oleh karena itu, segala kerja sama dan langkah demi menciptakan perbedaan dan pertentangan antara muslimin dengan tema Syiah dan Sunni berarti bekerja sama dengan kufr dan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Berdasarkan hal ini, fatwa Imam Khomeini adalah Pertentangan adalah haram dan pertentangan harus dihapuskan.”

Apakah setelah ini kita mampu memahami intisari Revolusi, tugas-tugas sejarah dan kewajiban-kewajiban Ilahiah? Sekali lagi bahwa, Islam kembali hidup dalam pertarungan dengan colesy kontemporer Barat. Pendukung Islam Iran saat ini—di samping semua kaum muslimin yang sadar dan setia—telah mengibarkan bendera kehidupan baru demi mewujudkan kemenagna Islam di dunia dan demia mewujudkan tujuan akhir kehidupan—keridhaan Allah swt.

Akhirul kalam, mari kita dengan mengikuti ucapan pemikir Mesir, Amsihi dan Marksist Ghali Syukri, yang menjelaskan sebagian tugas Ilahiah dalam serangan kepada Revolusi Islam. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh Dirasatu Arabiyyah dan majalah al-Bidrul Siyasi cetakan Quds menukilnya, Ghali menulis: “Salah satu keajaiban di zaman kita yang cukup jelas bagi semua orang adalah para pemikir yang dalam sejarah terkenal sebagai pemikir Marxisme telah berubah menjadi pendukung Islam murni hanya dalam sekejap mata. Para pemikir yang tergantung pada Barat telah berubah menjadi orang Timur yang taasub tanpa syarat apa pun.

Demikianlah, di bawah bendera Imam Khomeini telah berkumpul sekelompok pemikir Arab dengan alasan pembaruan pendapat dalam hal-hal yang sudah jelas, dengan alasan kembali pada asli setelah keterasingan yang lama dan terpengaruh Barat serta dengan alasan kekalahan memalukan Marxisme, Laisme, Liberalisme dan Nasionalisme.”

Ucapan Ghali Syukri selesai. Tetapi pada hakikatnya, meskipun dia menyerang dan menghina gelombang pro Khomeini, dia telah mempu memahami intisari Revolusi Islam lebih dari para ulama Islam lainnya!

Akhirnya, saya akan mengulangi ucapan Imam Khomeini yang telah beliau sampaikan dalam khutbah 17 tahun lalu (Jumadil Awal 1384 H):

“Tangan-tangan kotor yang telah menciptakan pertentangan di dunia Islam antara Sunni dan Syiah bukan Sunni dan Syiah. Mereka adalah tangan-tangan imperialis yang ingin berkuasa di negara-negara Islam. Mereka adalah pemerintahan-pemerintahan yang ingin merampok kekayaan rakyat kita denganberbagai tipuan dan alat dan menciptakan pertentangan dengan nama Syiah dan Sunni.”[islammuhamamadi/mt/taghrib]

Oleh: DR. Izzuddin Ibrahim.
Kairo.

Alih bahasa M Turkan

[1] Silahkan lihat kitab Asasut Taqaqaddum ‘Inda Mufkiril Islam fil ‘Alamil ‘Arabil Hadis (Asas-Asas Utama dalam Pandangan Para Pemikir Kontemporer Dunia Barat).
[2] Al-Wahdatul Islamiyyah, cetakan Beirut, hal. 7.
[3] Limaza Ightaila Hasan al-Banna, cetakan pertama, Darul I’tisham, hal. 32, dikutip oleh buku Assanatul Muftara ‘Alaiha, cetakan Kairo, hal. 57.
[4] Ibid, hal. 57.
[5] Kitab bersejarah ini telah saya terjemah dan telah dicetak oleh Yayasan Ittila’at.
[6] Kabural Harikatul Islamiah Fil ‘Asril Hadis, DR. Muhammad Ali Dhanawi, cetakan Mesir, hal. 150.
[7] Al-Mausu’atul Harakiyyah, karya Ustad Fathi Yakan, cetakan Beirut, hal. 163
[8] Qur’an Majid, surah Shaffat, ayat 171-173.
[9] Al-Islam, Fikrah wa Harikah wa Inqilab, Fathi Yakan, cetakan Beirut, hal. 56.
[10] Al-Muslimun, tahun kelima, nomor perdana, cetakan Dameys, bulan April 1956, hal. 73.
[11] Ibid, hal. 76. (*) dalam tanggal penulisan pembahsan ini, dia berada di dalam penjara dan saat ini memimpin gerakan Islami Yaman.
[12] Ketika tulisan ini ditulis, dia sedang mendekam di dalam penjara. Namun setelah bebas ia menjadi pemimpin Harakah Islamiyah di Yaman
[13] Al-Wahdatul Islamiyyah, hal. 20.
[14] Ibid, hal. 23.
[15] Ibid, hal. 24.
[16] Silahkan rujuk teks asli fatwa Syaikh Syaltut, dalam bagian bukti-bukti.
[17] Kaifa Nafhamul Islam, hal. 142.
[18] Qur’an Majid, surah al-An’am, ayat 159.
[19] Kaifa Nafhamul Islam, hal. 143.
[20] Ibid, hal. 144 dan 145.
[21] Nazaraat Fil Qur’an, cetakan Mesir, catatan pinggir, hal. 79.
[22] Ibid, catatan pinggir hal. 158.
[23] Ma’alimusy Syariatul Islamiyyah, cetakan Beirut, hal. 52.
[24] Al-Islam, jilid 2, hal. 165.
[25] Islam Bilaa Mazhab, hal. 182.
[26] Ibid, hal. 187.
[27] Silahkan rujuk kitab Abdullah bin Saba’, Bainal Waqi’ wal Khayal, karangan saya yang dicetak oleh Organisasi Internasional Pendekatan Mazhab-Mazhab Islami di Tehran, agar masalah sabaiyyah menjadi jelas—penerjemah.
[28] Tarikhul Mazahibul Islamiyyah, hal. 52.
[29] Al-Madkhal Lidarasatisy Syariatul Islamiyyah, hal. 128.
[30] Assanatul Muftara ‘Alaiha, hal. 60.
[31] Ibid, hal. 263.
[32] Ibid, hal. 60.
[33] Ibid, hal. 74.
[34] Al-Islam wa Harikatut Tarikh, hal. 42.
[35] Ibid, hal. 61.
[36] Ibid, hal. 421.
[37] Ibid.
[38] AL-Muslimun…Min Hum? Mukaddimah, hal. 9.
[39] Ibid, hal. 98-99.
[40] Al-I’tisham, cetakan Mesir tertanggal Muharram 1358 H.
[41] Tahdidat Imamul ‘Arubah wal Islam, hal. 208.
[42] ‘Ilmu Ushulul Fiqh, cetakan 14, hal. 46.
[43] ‘Ilmu Ushulul Fiqh wa Yalihu Tarikhut Tasyri’ul Islami, cetakan Mesir, Darul Anshar, pembahasan khusus ‘Tasyri’, hal. 21.
[44] Ibid, hal. 22.
[45] Al-Islam wa Harikatut Tarikh, hal. 242.
[46] Ibnu Tayyimah, karangan Muhammad Abu Zuhreh, hal. 170.
[47] Al-Harikatul Islamiyyah wat Tahdis, Rasyid Ghanawasyi-Hasan Turabi, hal. 16.
[48] Ibid, hal. 17.
[49] Ibid.
[50] Ibid, hal. 24.
[51] بالخميني زعيماً وامـــــام هدّ صرح الظلم لا يخشى الحمام

قد منحناه وشاحا و وســام مــن دمانــا ومضينا للأمـــــام

نهزم الشرك ونجتاج الظلام ليعــود الكـــون نــــوراً وسلام

[52] Al-I’tisham, edisi Zul Hijjah 1400 H, Oktober 1980.
[53] Ibid, hal. 10.
[54] Al-I’tisham, edisi Muharram 1401 H, Desember 1980, hal. 36.
[55] Ibid, hal. 30.
[56] Al-I’tisham, edisi Safar 1401 H, 1981 Masehi.
[57] Ibid, hal. 39.
[58] Majalah ad-Da’wah, Mesir, No. 29, Agustus 1979.
[59] Asy-Syarqul Ausath, cetakan London-Jeddah, No. 762, hal. 4.
[60] Abjadiyyatut Tasawwurul Haraki lil ‘Amalil Islami, hal. 48.
[61] Majalah bulanan ad-Da’wah, cetakan Wina, No. 72, hal. 20, tertanggal Rajab, 1402 H, 1982 M.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati