Archives

Benarkah Nabi Muhammad Buta Huruf?

Benarkah Nabi Muhammad Buta Huruf?
(07 Nov 2007, 1172 x , Komentar)
Ismail Amin, Mahasiswa Institute for Language and Islamic Studies, Republik Islam Iran

MEMBACA tulisan Prof Achmad Ali lewat kolom Hukum dan 1001 Masalah Kemasyarakatan di koran ini edisi 31 Oktober lalu yang menyoal benar tidaknya Nabi Muhammad saw buta huruf, memancing saya untuk menuliskan juga unek-unek saya tentang salah satu mitos yang masih dipegang kukuh oleh sebagian besar umat Islam ini. Suatu hal yang disadari atau tidak, mitos tersebut justru menjadikan musuh-musuh Islam punya dalih menjelek-jelekkan agama Islam dan umatnya dengan menyebutkan bahwa nabinya saja bodoh, tidak tahu membaca dan menulis, apalagi umatnya.

Karena itu, bukanlah suatu keanehan kalau umat Islam justru mengalami evolusi regresif, yakni berkembang ke arah keburukan, bukannya evolusi progresif, yakni makin lama makin baik, makin cerdas, makin berilmu. Ironisnya lagi, kebutahurufan nabi seakan menjadi kenyataan yang patut dibanggakan dan bisa membangun kepercayaan diri umat Islam.

Sebagai contoh, anak-anak kita ajari membaca dan menulis dan pada saat yang sama kita suguhkan cerita tentang nabi yang tidak tahu membaca dan menulis. Kebutahurufan Nabi Muhammad sepertinya sengaja dibangun untuk mengetengahkan sebuah argumen tentang betapa hebatnya mukjizat Alquran yang bersumber dari sesuatu yang Ilahi. Dengan teori “nabi yang buta huruf”, mukjizat terkesan semakin mencengangkan. Celakanya lagi, kebutahurufan dijadikan dalil untuk keabsahan risalah kenabian Nabi Muhammad, sesuatu yang tidak menjadi syarat keabsahan nabi-nabi sebelumnya.

Pertanyaannya, benarkah ajaran itu? Atas dasar apa nabi dianggap sebagai sosok yang buta huruf? Apakah ia pernah menyatakan dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil hingga akhir hayatnya? Lalu, jika ada anggapan ia mampu membaca dan menulis, apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?

Makna Ummi
Oleh beberapa yang disebut ulama Islam sejak dahulu, makna perkataan ummi dalam beberapa surah Alquran, misalnya Surah Al-A’raf 157 “nabi yang ummi” diartikan buta huruf, tidak pandai membaca dan menulis. Dan ajaran mereka diterima tanpa ragu
oleh hampir seluruh umat Islam sejak dari zaman dahulu hingga ke hari ini. Bahkan oleh ulama-ulama kemudian berusaha membenarkan dan mempertahankan mitos ini, termasuk yang dilakukan Prof Achmad Ali, yang sesungguhnya sejak awal telah menjadi polemik dalam diri beliau, karena sesungguhnya bagi siapapun, pendapat bahwa Nabi Muhammad buta huruf, tidak tahu membaca dan menulis adalah suatu kenyataan menyakitkan dan sangat sulit diterima.

Tidak ada larangan untuk meninjau kembali pandangan tersebut, apalagi itu hanyalah pendapat beberapa ulama. Pendapat ulama bukanlah sesuatu yang sakral. Kita bisa membandingkannya dengan pandangan Alquran dalam hal ini ayat-ayat Alquran yang mengandung kalimat “ummi” yang akan membuktikan bahwa pandangan Nabi Muhammad buta huruf bukan saja tidak sesuai kenyataan, tetapi juga berbau fitnah yang amat besar dalam Islam. Antara lain ayat yang dimaksudkan berbunyi; “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang “ummi” dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, meskipun sebelumnya mereka dalam kesesatan yang nyata” (Qs. Al-Jumuah : 2).

Kaum yang “ummi” yang disebut dalam ayat tersebut adalah kaum Arab. Orang-orang Arab pada zaman Nabi Muhammad diceritakan dalam buku sejarah, berada pada tahap tinggi dalam kesusasteraan dengan karya-karya sastera yang berkualitas dipamer dan ditempelkan di dinding Kakbah. Tentu itu tidak menggambarkan orang Arab jahiliah ketika itu berada dalam keadaan buta huruf. Mereka dikatakan jahiliah hanya dalam
persoalan aqidah dan kepercayaan, bukan dalam pelbagai bidang lain.

Kata “ummi”, menurut Alquran adalah orang-orang yang tidak, atau belum diberi satupun Kitab oleh Allah. Kaum Yahudi telah diberi tiga buah kitab melalui beberapa orang nabi mereka. Karenanya, mereka di sebut ahli kitab. Sedangkan orang-orang Arab, belum diberi satupun kitab sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad yang orang Arab. Hal ini dijelaskan-Nya dalam Firman-Nya: “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab, dan orang-orang “ummi” (yang tidak diberi kitab), sudahkah kamu tunduk patuh?” (Qs Ali Imran: 20).

Maka jelaslah, tidak seluruhnya kata “ummi” itu bermakna buta huruf. Lantas, apakah Rasulullah buta huruf? Alquran membantah pendapat ini secara terang-terangan dan
berkali-kali. Banyak ayat di dalam Alquran yang mengisahkan nabi diperintahkan supaya membaca ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Hal ini menunjukkan nabi pandai membaca.

Contoh ayat dimaksud antara lain; “Katakanlah (Muhammad), 'Marilah, aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu....” (QS 6:151). Atau, “Demikianlah Kami mengutus kamu (Muhammad) kepada satu umat yang sebelumnya beberapa umat telah berlalu, agar engkau bacakan kepada mereka (Alquran) yang Kami wahyukan kepadamu.…” (QS 13:30). Atau, : “Dia yang mengutus kepada kaum yang ummi (orang Arab) seorang rasul (Muhammad) di kalangan mereka untuk membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,” (QS 62:2). Baca juga dalam QS 5:27, QS 17:106, 27:91-92, QS 33:33-34, QS 39:71.

Tambahan pula, sulit menerima hakikat bahwa seorang Nabi pilihan-Nya tidak tahu membaca padahal ayat yang diturunkan pertama kali adalah perintah membaca, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS 96:1). Ayat Alquran yang pertama sudah menyiratkan bahwa bahwa Nabi Muhammad tidak buta huruf. Sebab, sebuah kesia-siaan saja bila Allah menyapa Nabi Muhammad dengan perintah untuk membaca (kalau beliau dianggap buta-huruf). Karenanya, bagi Syekh Al-Maqdisi, penulis buku Nabi Muhammad, Buta Huruf atau Genius? (Mengungkap Misteri “Keummian” Rasulullah) jawabannya jelas: Ada tafsir sejarah yang keliru terhadap kapasitas Rasulullah, khususnya dalam soal baca-tulis. Dan semua itu, bersumber dari kekeliruan kita dalam menerjamahkan kata “ummi” dalam Alquran maupun Hadis, yang oleh sebagian besar umat Islam diartikan “buta huruf”.

Menurut Al-Maqdisi, “ummi” memang bisa berarti “buta huruf”, tapi ketika menyangkut Nabi Muhammad, “ummi” di situ lebih berarti orang yang bukan dari golongan Yahudi dan Nasrani. Pada masa itu, kaum Yahudi dan Nasrani sering kali menyebut umat di luar dirinya sebagai orang-orang “ummi” atau “non-Yahudi dan non-Nasrani”, atau orang-orang yang tidak diberi kitab. Termasuk Rasulullah dan orang Arab lainnya.

Alquran tidak hanya menjelaskan nabi pandai membaca, tetapi pandai menulis. Dalam
Alquran dijelaskan orang-orang kafir menuduh Rasul menulis dongeng-dongeng orang terdahulu dan disebutnya firman-firman Tuhan: “Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (QS Al-Furqan : 5).

Dan terakhir, terdapat sebuah ayat lagi yang insya Allah dapat menepis sama sekali keraguan terhadap Nabi yang dikatakan tidak pandai membaca dan menulis. Firman-Nya: “Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab sebelum (Alquran) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu, sekiranya engkau pernah membaca dan menulis niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.” (QS Al-Ankabut : 48).

Ayat ini menegaskan, Nabi tidak pernah membaca dan menulis satupun Kitab sebelum menerima Alquran. Maksudnya, setelah menerima Alquran, Rasul membaca dan menulis Kitab dengan tangan kanannya. Ayat ini pun menunjukkan, dengan tidak pernahnya Rasullullah membaca atau menulis satu kitab pun semisal Alquran, bukan berarti Rasulullah tidak tahu membaca dan menulis. Misalnya membaca dan menulis dalam urusan perdagangannya. Nabi adalah seorang pedagang yang terkenal. Dan para ahli sejarah sepakat, pada zaman Nabi tidak menggunakan angka-angka; huruf huruf abjad telah digunakan sebagai angka-angka. Sebagai seorang pedagang yang berurusan dengan nomor-nomor atau angka-angka setiap hari, Nabi tentunya tahu tentang abjad, dari satu sampai keseribu. Karenanya, tidak ada dalih yang kuat apalagi untuk mempertahankan pendapat Nabi Muhammad buta huruf.

Ini bukan persoalan sederhana, manusia adalah makhluk yang suka bercerita dan membangun hidupnya berdasarkan cerita yang dipercayainya. Dengan cerita, kita menyusun dan menghimpun pernik-pernik hidup kita yang berserakan. Naratif, kata filusuf Jerman Dilthey, adalah pengorganisasian hidup (Zusammenhang des Lebens).

Apa pun yang membantu kita memberikan makna –pendapat, aliran pemikiran, mazhab, agama- selau didasarkan pada cerita-cerita besar, grand narratives. Cerita yang kita dapat tentang Nabi buta huruf yang wajib diteladani akan berpengaruh terhadap bagaimana kita menjalani dan melakukan pengorganisasian hidup.

Dr Muhammad Syahrur, Penulis Al-Kitab wal Quran tidak mau menerima cerita tentang buta hurufnya Nabi. Karenanya ia mengatakan, “Nabi memang ummi, tetapi beliau mampu membaca dan menulis.” Kalau keraguan masih ada, izinkan saya meminta untuk kembali membaca, surat pertama Tuhan kepada kekasih-Nya, “Bacalah (Muhammad) dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.!” Wallahu ‘alam.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=393115826888&id=1341564441

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Manaqib Ali a.s.

(Berterimakasih kepada Muawiyah yang Mengutus Abu Hurairoh dan Abu Darda mengirimkan surat ke pada Amirul Mukminin, setelah membaca dan menjawab kepada kedua utusan itu, Imam Ali KW berkata dan sungguh ini sangat berharga bagi kita.)

Kemudian beliau a.s. menaiki mimbar di dalam camp tentaranya, mengumpulkan semua orang, termasuk Muhajirin dan Ansar untuk menghadirinya. Kemudian beliau memuji Allah dan bersyukur kepadaNya.

Kemudian berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya sifat-sifat kelebihanku (manaqib) adalah tidak terkira banyaknya setelah Allah menurunkannya di dalam kitab-Nya dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah (Saw.) adalah mencukupi bagiku daripada semua kelebihanku.

Adakah kalian mengetahui bahwa Allah telah melebihkan di dalam kitab-Nya yang berbicara tentang orang yang awal Islam (al-Sabiq) bukan hanya satu ayat dalam kitab-Nya ke atas orang lewat Islamnya (al-Masbuq).

Sesungguhnya tidak ada seorangpun daripada umat ini yang mendahuluiku kepada Allah dan Rasul-Nya? Mereka menjawab: Ya.

Beliau berkata: Aku menyeru kalian kepada Allah bahwa Rasulullah (Saw.) ditanya tentang firman-Nya di dalam Surah al-Waqi‘ah (56): 10-11 ‘‘Dan orang dahulu yang terdahulu (al-Sabiqun al-Sabiqun) mereka itulah orang yang hampir di sisi Tuhan” Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Allah telah menurunkanya kepada para nabi dan para wasi mereka. Aku adalah Nabi dan Rasul Allah yang terbaik (afdal), dan wasiku Ali adalah wasi yang terbaik.

Maka berdirilah tujuh puluh orang ahli Badr kebanyakannya terdiri daripada kaum Ansar dan selebihnya daripada Muhajirin. Antara mereka ialah Abu al-Haitham bin al-Taihan, Khalid bin Zaid dan Abu Ayyub al-Ansari. Dan di kalangan Muhajirin ialah ‘Ammar bin Yasir. Mereka berkata: Kami memberi penyaksian bahwa kami telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda sedemikian.

Beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah dalam Surah al-Nisa’ (4): 59, ‘‘Hai orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada Rasul dan Uli I-Amri min-kum” dan firman-Nya dalam Surah al-Mai’dah (5): 55, “Sesungguhnya wali kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman yang mendirikan solat dan memberikan zakat” Kemudian firman-Nya dalam Surah al-Taubah (9): 16, ‘‘…dan mereka tidak mengambil selain daripada Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman untuk menjadi penyimpan rahsia”

Maka para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah (Saw.)! Adakah ia diperuntukkan kepada sebagian Mukminin atau umum untuk semua Mukminin? Maka Allah SWT telah memerintahkan Rasul-Nya supaya mengajar dan mentafsirkan kepada mereka tentang wilayah sebagaimana beliau mentafsirkan kepada mereka tentang solat, puasa, zakat dan haji mereka.

Maka beliau telah melantikku di Ghadir Khum. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengutusku dengan satu perutusan di mana ia menyempitkan dadaku. Aku menyangka sesungguhnya orang ramai akan membohongiku. Dia berjanji kepadaku supaya aku menyampaikannya atau Dia akan menyiksaku. Berdirilah Ali, kemudian beliau menyeru: solat jami‘ah. Maka beliau mengerjakan solat zohor bersama mereka.

Kemudian beliau bersabda: “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah adalah maulaku dan aku adalah maula Mukminin dan lebih aula dengan mereka daripada diri mereka sendiri. Mereka yang telah menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya. Wahai Tuhanku! Muliakanlah orang yang mewalikannya. Musuhilah orang yang memusuhinya. Bantulah orang yang membantunya. Hinalah orang yang menghinanya”.

Lantas Salman al-Farisi berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Kepatuhan kepadanya seperti apa (wula’u-hu ka-madha)? Beliau bersabda: Kepatuhan kepadanya adalah seperti kepatuhan kepadaku (wula’u-hu ka-wilayati). Sesiapa yang aku lebih aula dengannya daripada dirinya, maka Ali adalah lebih aula dengannya daripada dirinya. Dan Allah menurunkan firman-Nya di dalam Surah al-Mai’dah (5): 3, “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan nikmat-Ku untukmu dan Aku meridhai Islam sebagai agamamu”

Maka Salman al-Farisi berkata: Wahai Rasulullah! Adakah ayat ini diturunkan kepada Ali secara khusus? Maka beliau bersabda: Padanya dan pada para wasiku sehingga Hari Kiamat Salman berkata: Wahai Rasulullah! Terangkan tentang mereka kepada kami.

Beliau saw bersabda: “Ali adalah saudaraku, wazirku, wasiku, warisku, khalifahku pada umatku, waliku kepada setiap Mukmin selepasku dan sebelas imam daripada keturunannya, al-Hasan dan al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak-anak al-Husain seorang demi seorang. Al-Qur’an bersama mereka, dan mereka bersama al-Qur’an. Mereka tidak akan berpisah dengannya sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh”.

Lalu berdirilah dua belas orang daripada ahli Badr sambil berkata: Kami naik saksi bahwa kami telah mendengar hadis tersebut daripada Rasulullah (Saw.) sebagaimana yang anda katakan adalah sama. Anda tidak menambah atau mengurangkan meskipun satu huruf.

Dan berkata tujuh puluh orang lagi: Kami telah mendengar sedemikian itu tetapi kami tidak menghafaz kesemuanya. Mereka itu (yang membuat pengakuan) adalah dua belas orang yang terpilih dan yang terbaik di kalangan kami. Beliau berkata: Kalian memang benar. Bukan semua orang menghafaznya. Sebahagian mereka adalah lebih kuat ingatan daripada yang lain.

Maka berdirilah empat orang dari kalangan dua belas orang itu. Mereka adalah Abu al-Haitham bin Taihan, Abu Ayyub, Ammar dan Khuzaimah bin Thabit- Dhu al-Syahadataini (penyaksiannya menyamai dua orang). Mereka berkata: Kami naik saksi bahwa kami telah mendengar sabda Rasulullah Saw. dan kami menghafaznya. Beliau (Saw.) bersabda pada hari itu dalam keadaan berdiri sementara Ali a.s. berdiri di sisinya: Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku supaya melantik untuk kalian seorang imam, dan wasi Nabi kalian pada kalian. Beliau adalah khalifahku pada umatku dan pada keluargaku selepasku.

Demi Dia yang mewajibkan ke atas Mukminin dalam Kitab-Nya supaya mentaatinya, dan Dia telah memerintahkan di dalam Kitab-Nya supaya mewalikannya, maka aku merujuk kepada Tuhanku kerana takut kritikan ahli Nifak dan pembohongan mereka. Maka Dia mengancamku supaya aku menyampaikannya atau Dia menyiksaku. Wahai manusia! Sesungguhnya Allah memerintahkan solat kepada kalian dalam kitab-Nya. Aku telah menerangkannya kepada kalian dan aku telah menjadikannya sebagai sunnah. Begitu juga dengan zakat, puasa dan haji, di mana aku telah menerang dan mentafsirkannya kepada kalian.

Dan Dia swt memerintahkan wilayah dalam Kitab-Nya. Sesungguhnya aku memberi penyaksian kepada kalian, wahai manusia! Sesungguhnya ia adalah dikhususkan untuk Ali bin Abu Talib, dan para wasi daripada anak-anakku dan anak-anak saudaraku serta wasiku.

Ali adalah yang pertama. Kemudian al-Hasan. Kemudian al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak lelaki al-Husain. Mereka tidak akan meninggalkan al-Kitab sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh. Wahai manusia! Aku telah memberitahu kalian imam kalian, penunjuk kalian dan pembawa kalian kepada petunjuk. Beliau adalah saudaraku Ali bin Abu Talib. Kedudukannya pada kalian adalah seperti kedudukanku pada kalian.

Justeru itu, kalian ikutlah beliau untuk agama kalian dan taatilah beliau dalam segala urusan kalian kerana di sisinya terdapat segala ilmu yang telah Allah ajarkan kepadaku. Allah memerintahku supaya mengajarnya segala ilmu dan aku memberitahu kalian bahwa ilmu berada di sisinya. Kalian bertanyalah kepadanya dan belajarlah daripadanya dan daripada para wasinya selepasnya. Janganlah kalian mengajar mereka dan janganlah kalian mendahului mereka. Janganlah kalian membelakangi mereka kerana mereka bersama kebenaran dan kebenaran bersama mereka, dan mereka tidak akan meninggalkannya.

Kemudian Ali a.s. berkata kepada Abu Darda’ dan Abu Hurairah serta mereka yang di sekitarnya: Wahai manusia! Adakah kalian mengetahui bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan di dalam Kitab-Nya; Surah al-Ahzab (33): 33 “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan segala kekotoran (dosa) daripadamu hai Ahl al-Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”, maka Rasulullah (Saw.) telah mengumpulkanku, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain di dalam satu kain (al-Kisa’).

Beliau lalu bersabda: Mereka itulah ‘Itrahku dan Ahl Baitku. Maka Dia telah menghilangkan daripada mereka kekotoran dosa, dan membersihkan mereka dengan sebersih-bersihnya. Maka Umm Salamah berkata: Dan aku? Maka beliau bersabda: Sesungguhnya anda dalam kebaikan. Sesungguhnya ayat ini diturunkan padaku, pada saudaraku Ali, anak perempuanku Fatimah, anak lelakiku al-Hasan dan al-Husain salawatullahi ‘alaihim secara khusus, kerana tidak ada orang lain selain daripada kami. Dan kepada sembilan daripada anak al-Husain selepasku. Maka semua mereka berdiri lalu berkata: Kami memberi penyaksian bahwa Umm Salamah telah meriwayatkan kepada kami sedemikian. Maka kami bertanyakan Rasulullah (Saw.) mengenainya, maka beliau memberitahu kami sebagaimana Umm Salamah telah meriwayatkannya kepada kami.

Ali a.s. berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah! Adakah anda mengetahui bahwa sesungguhnya Allah SWT telah berfirman di dalam Surah al-Taubah (9): 119, “Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang yang benar (al-Sadiqin)”. Maka Salman berkata: Wahai Rasulullah! Adakah ayat ini umum atau khusus? Maka beliau bersabda: Adapun al-Mukminun adalah umum kerana jama‘ah Mukminun diperintahkan sedemikian. Adapun al-Sadiqin adalah khusus untuk Ali bin Abu Talib dan para wasinya selepasnya sehingga Hari Kiamat .

Dan aku berkata kepada Rasulullah (Saw.) semasa peperangan Tabuk. Wahai Rasulullah! Kenapakah anda melantikku? Beliau bersabda: Madinah tidak sesuai melainkan untuk aku dan anda. Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa melainkan kenabian kerana tidak ada nabi selepasku. Maka berdirilah beberapa orang lelaki daripada Muhajirin dan Ansar dan berkata: Kami memberi penyaksian bahwa kami telah mendengar sedemikian daripada Rasulullah (Saw.) semasa peperangan Tabuk.

Maka beliau as berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah! Adakah kalian mengetahui bahwa Allah telah menurunkan di dalam Surah al-Hajj (22): 77 ‘‘Hai orang yang beriman, rukuklah, sujudlah dan sembahlah Tuhan kamu…”. Maka Salman berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang anda menjadi saksi ke atas mereka. Mereka adalah syuhada’ (saksi-saksi) yang telah dipilih oleh Allah ke atas manusia dan Dia tidak menjadikan ke atas mereka kesulitan dalam agama, millah Ibrahim? Beliau bersabda: Dimaksudkan dengan demikian itu adalah tiga belas orang manusia. Aku, saudaraku dan sebelas orang daripada anak lelakiku. Maka mereka menjawab: Ya.

Beliau as berkata: Adakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah (Saw.) telah berdiri memberi khutbah dan beliau tidak lagi memberi khutbah selepas itu, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada kedua-duanya; Kitab Allah dan Ahl Baitku. Sesungguhnya Yang Maha Halus lagi Maha Alim telah berjanji kepadaku bahwa kedua-duanya tidak akan berpisah sehingga ia dikembalikan kepadaku di al-Haudh?” Mereka berkata: Ya. Sesungguhnya kami telah menyaksikan semuanya.

Beliau berkata: Allah adalah cukup bagiku. Lalu berdirilah dua belas orang lelaki dan mereka berkata: Kami memberi penyaksian bahwa Rasulullah (Saw.) ketika berkhutbah pada hari beliau wafat, maka Umar berdiri separuh marah dan berkata: Wahai Rasulullah! Adakah semua Ahl Bait anda? Beliau bersabda: Tidak. Tetapi para wasiku, saudaraku adalah di kalangan mereka, wazirku, warisku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku. Ini adalah yang awal daripada mereka dan yang terbaik mereka. Kemudian wasiku adalah daripada anak lelakiku ini. Beliau memberi isyarat kepada al-Hasan. Kemudian wasinya ini. Beliau memberi isyarat kepada al-Husain. Kemudian wasiku adalah daripada anak lelakiku ini dan akan dinamakan oleh saudaraku.

Kemudian wasinya akan dinamakan. Kemudian tujuh daripada anak lelakinya seorang demi seorang sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh. Mereka adalah syuhada’ Allah di Bumi-Nya, hujah-Nya ke atas makhluk-Nya. Sesiapa yang mentaati mereka, maka mentaati Allah. Sesiapa yang menderhakai mereka, maka menderhakai Allah. Lalu berdirilah tujuh puluh ahli Badr sambil berkata: Kami telah memahami apa yang kami telah terlupa. Kami memberi penyaksian bahwa kami telah mendengar sedemikian daripada Rasulullah (Saw.).

Beliau a.s. tidak meninggalkan sesuatupun melainkan menyeru mereka mengenainya sehingga beliau mengakhiri manaqibnya dan apa yang disabdakan Rasulullah (Saw.) kepadanya. Mereka telah membenarkannya dan memberi penyaksian bahwa semuanya adalah benar. Manakala Abu Darda’ dan Abu Hurairah memberitahu Mu‘awiyah kesemuanya, dia berkata: Wahai Abu Darda’! Wahai Abu Hurairah! Sekiranya apa yang kalian riwayatkan kepadaku ini adalah benar, maka binasalah Muhajirin dan Ansar selain daripadanya, Ahl Baitnya dan Syi‘ahnya.

.................................................................................................
Sebenarnya foot note ini tidak diperlukan, ini hanya untuk memudahkan Khotbah beliau dalam Khitab Ahl Sunnah.

1.Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah,, hlm. 121.
2. Ibid., hlm. 114-5
3. Ibid., hlm. 251.
4. Ibn ‘Abd al-Birr, al-Isti‘ab, ii, hlm. 463. al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al- ‘Ummal, vi, hlm. 392. Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, ii, hlm. 448. Muhibb al-Din al-Tabari, Dhakha’ir al-‘Uqba, hlm. 78.
5. Al-Tabari, Tafsir, xxii, hlm. 5. al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, v, hlm. 198.
6. Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 119.
7. Al-Bukhari, Sahih, iii, hlm. 54. Muslim, Sahih, ii, hlm. 236-7. Ibn Hanbal, Musnad, i, hlm. 98, 118-9.
8. Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 441.
9. Muslim, Sahih, ii, hlm. 238.
10.Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 441.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=123439151000037&id=100001010580488

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Perintah Allah untuk membayar Upah Risalah Rasulullah saw


Yaitu firman dalam (Surat al-Syu'ara (42): 23): "Katakanlah:" Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan (al-qurba). Dan siapa yang mengerjakan kebaikan (al-Hasanah) akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. "

Para ahli Tafsir Syi'ah bersepakat bahwa ayat tersebut diturunkan secara khusus kepada Ahl-Bait; 'Ali as, Fatimah as, Hasan as dan Husain as. Demikian juga kebanyakan Ahli Tafsir Ahlu s-Sunnah wal-Jama'ah di dalam buku-buku Sahih dan Musnad mereka mengakui bahwa ayat tersebut diturunkan kepada 'itrah yang suci.

Tetapi ada segolongan kecil dari mereka (Sunni) yang membuat interpretasi yang menyalahi apa yang diturunkan Allah SWT itu.

Ahlu l-Bait AS dan para ulama Syi'ah bersepakat bahwa perkataaan al-Qur'ba di dalam ayat tersebut adalah kerabat Rasulullah SAW; 'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.(salam untuk mereka). Merekalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Dan kata al-Hasanah (kebaikan) berarti kasih sayang kepada mereka dan menjadikan mereka imam, karena Allah sangat mengampuni orang yang mewalikan mereka.

Dan ini adalah suatu hal yang disepakati oleh Syi’ah karena itu merupakan suatu kepastian karena banyak hadits-hadits muktabar tentang ini.

Hadits-hadits yang muktabar menurut Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah sebagai berikut:

Ahmad bin Hanbal telah meriwayatkan di dalam Manaqib, al-Tabrani, al-Hakim dan Ibn Abi Hatim dari 'Abbas sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam interpretasi ayat 14 dari ayat-ayat yang telah dinyatakan di dalam pasal satu dari bab sebelas dari al -Sawa 'iqnya dia berkata:

Ketika turunnya ayat ini mereka bertanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau SAW menjawab: 'Ali, Fatimah dan dua anak lelaki mereka berdua.

Hadith ini juga telah dicatat oleh Ibn Mardawaih, [1] diriwayatkan dari Ibnu Abbas oleh Ibn Mundhir, al-Muqrizi, al-Baghawi, al-Tha'labi dalam tafsir-tafsir mereka. Al-Suyuti di dalam Durr al-Manthur, Abu Nu'aim di dalam Hilyahnya, al-Hamawaini di dalam al-Fara'id, al-Wahidi di dalam Asbab al-Nuzul dan Ibn Maghazili di dalam al-Manaqib, al-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyaf,[2] Muhibbuddin al-Tabari dalam Dhakha'ir al-'Uqba, [3] Thalhah al-Syafi'i di dalam Matalib su'ul, [4] Abu Sa'id di dalam Tafsirnya, [5] al-Nasafi di dalam tafsirnya, [6] Abu Hayyan di dalam Tafsirnya, [7] Ibn Sibagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah, [8] al-Hafiz al-Haithami di dalam al-Majma ', [9] al-Kanji al-Syafi'i di dalam kifayah al- Talib.[10]

Al-Qastalani di dalam al-Mawahib, berkata: "Allah memastikan kasih sayang kepada semua kerabat Rasulullah SAW dan mewajibkan kasih sayang bagian dari Ahlu l-Baitnya AS dan zuriatnya. Justru itu Dia berfirman dalam (QS Al-Syura '(42): 23 )....." Katakanlah: "Aku tidak meminta upahmu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan." al-Zurqani di dalam Syarh al-Mawahib, [11] al-Syablanji di dalam Nur al-Absar, [12] Ibn Hajr di dalam Sawa'iq al-Muhriqah, [13] al-Suyuti di dalam 'Ihya al-Mayyit di Hamisy al-Ithaf. [14]

Al-Bukhari di dalam Sahihnya,[15] dari Ibnu Abbas RD bahwa dia ditanya tentang firman :..." kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan. " Dia berkata: Itulah adalah kerabat Rasulullah SAW. Al-Tabari dalam Tafsirnya, [16] dari Sa'id bin Jubair tentang firman, Surat al-Syura '(42): 23 )....." Katakanlah: "Aku tidak meminta upahmu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan . " Dia berkata: Itulah adalah kerabat Rasulullah SAW.

Ibn Hajr al-'Asqalani di dalam al-Kafi al-Syafi fi Takhrij Ahadith al-Kasysyaf, [17] berkata: al-Tabrani, Ibn Abi Hatim dan al-Hakim telah meriwayatkannya di dalam Manaqib al-Syafi'i dari Husayn Asyqar dari Qais bin al-Rabi 'dari A'masy dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas ditanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau menjawab: 'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.

Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi 'al-Mawaddah, [18] berkata: Ahmad telah meriwayatkan di dalam Musnadnya dengan sanadnya daripda Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas RD bahwa ayat ini diturunkan kepada lima orang. Al-Tabrani di dalam Mu'jam al-Kabirnya menyatakan ayat ini diturunkan kepada lima orang.

Ibn Abi Hatim di dalam Tafsirnya dan al-Hakim di dalam al-Manaqibnya menyatakan ayat ini diturunkan kepada lima orang. Al-Wahidi di dalam Al-Wasit, Abu Nu'aim di dalam Hilyah al-Auliya ', al-Tha'labi di dalam Tafsirnya, al-Hamawaini di dalam Fara'id al-Simtin, Abu Bakar bin Syahabbuddin al-Syafi' i dalam Rasyfah Sadi[19] semuannya meriwayatkan bahwa ayat tersebut di turunkan kepada lima orang.


Al-Mulla di Sirahnya meriwayatkan sebuah hadits: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ke atas kalian kasih sayang terhadap kerabatku dan aku menanyakan kalian tentang mereka di hari esok." Ahmad di dalam Manaqib dan al-Tabrani di dalam al-Kabir meriwayatkan dari 'Abbas RD dia berkata: Sedangkan turunnya ayat ini mereka bertanya: Wahai Rasulullah SAW siapakah kerabat kamu yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau menjawab: 'Ali, Fatimah, dan kedua-dua anak lelaki mereka.
Al-Baghawi dan al-Tha'labi meriwayatkan di dalam Tafsir mereka dari 'Ibn Abbas RD dia berkata Sedangkan turunnya ayat (Surah al-Syu'ara' (42): 23), sebagian orang berkata: Ia hanya menghendaki supaya kita mengasihi kerabatnya. Lantas Jibril memberitahukan Nabi SAW tentang tuduhan mereka. Maka turunlah ayat (Surah al-Syu'ara '(42): 24) "Bahkan mereka mengatakan: Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah." Maka sebagian mereka berkata: Wahai Rasulullah kami menyaksikan sesungguhnya Anda adalah seorang yang benar. Maka turunlah pula (Surat al-Syu'ara '(42): 25): "Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Al-Tabrani di dalam al-Ausat dan al-Kabir telah meriwayatkan dari Abu Tufail sebuah khutbah Hasan AS: Kami dari Ahlu l-Bait yang telah difardhukan Allah untuk mengasihi mereka dan menjadikan mereka pemimpin. Maka beliau berkata: Di antara apa yang telah diturunkan ke atas Muhammad SAW adalah: Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Di dalam riwayat yang lain: Kami adalah dari Ahlu l-Bait yang telah fardhukan Allah ke atas setiap Muslim mengasihi mereka. Maka turunlah ayat (Surah al-Syu'ara (24): 23): "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. "

Al-Sudi meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firmanNya: "Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri" dia berkata: al-Muawaddah (cinta) terhadap kerabat keluarga Muhammad SAW.

Al-Hakim di dalam al-Mustadrak[20] dengan membuang sanad-sanadnya dari 'Umar bin' Ali dari bapaknya dari 'Ali bin Husain dia berkata: Hasan bin Ali berpidato ketika pembunuhan' Ali AS. Ia memuji Tuhan hingga akhirnya beliau berkata: "Kami adalah dari Ahlu l-Bait yang dihilangkan kekotoran mereka oleh Allah dan membersihkan mereka dengan sebersih-bersihnya. Dan kamilah Ahlu l-Bait yang difardhukan Allah ke atas setiap Muslim supaya mengasihi mereka. Maka beliau berkata : Allah berfirman kepada NabiNya: Katakanlah 'Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun ....."
Al-Dhahabi juga meriwayatkan hadits tersebut di dalam al-Talkhisnya.[21]

Al-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyaf[22] berkata: Sedangkan ayat tersebut diturunkan, ada orang bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau menjawab: 'Ali, Fatimah, dan kedua-dua anak lelaki mereka. Dan diriwayatkan dari 'Ali AS: Aku merayu kepada Rasulullah SAW tentang hasad dengki manusia terhadapku. Maka beliau menjawab: Tidakkah Anda meridhai bahwa Anda di kalangan empat orang yang pertama akan memasuki surga? Aku, anda, Hasan dan Husain .....

Al-Karimi meriwayatkan dari 'Aisyah dengan sanadnya dari' Ali RA. al-Tabrani meriwayatkannya dari Abi Rafi 'di dalam Takhrij Al-kasysyaf dari Nabi SAW: Diharamkan syurga ke atas orang yang menzalimi Ahlu l-Baitku dan menyakitiku di itrahku. Hadith ini juga telah diriwayatkan oleh al-Tha'labi di dalam al-Takhrij al-Kasysyat. Al-Khawarizmi di dalam Maqtal al-Husain, [23] Ibn Batriq di dalam al-Umdah[24] dari Musnad Ahmad dengan membuang beberapa sanad dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa ayat tersebut telah diturunkan kepada lima orang.


Muhammad bin Thalhah al-Syafi'i dalam Matalib al-Su'ul[26] berkata: Merekalah dhawi l-Qurba di dalam ayat tersebut, ianya telah diterangkan dan disetujui oleh perawi-perawi hadits di dalam Musnad-Musnad mereka dari Jubair dari 'Ibnu Abbas sedangkan turunnya firmanNya: "Katakanlah:" Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

" Mereka bertanya wahai Rasulullah SAW: "Siapakah mereka yang diwajibkan atas kami mengasihi mereka? Ia SAW menjawab: 'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.
Al-Wahidi dan al-Tha'labi meriwayatkan hadits ini dengan sanadnya al-Tha'labi menyatakan: Ketika Rasulullah SAW melihat kepada 'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain beliau bersabda: Aku memerangi orang yang memerangi kalian dan berdamai dengan orang yang berdamai dengan kalian. Al-Hijazi di dalam al-Wadhih[27] berkata: Mereka itu adalah 'Ali, Fatimah kedua anak lelaki mereka berdua. Dia berkata: Pengertian ini telah diriwayatkan oleh Rasulullah SAW yang telah diterangkan oleh Allah SWT.
Al-Kanji al-Syafi'i di dalam kifayah al-Talib[28] dengan membuang beberapa sanad dari Jabir bin 'Abdullah, berkata:

Seorang Badui datang kepada Nabi SAW berkata: "Ya Muhammad terangkan ke atasku Islam. Maka dia berkata: "Kami naik saksi bahwa tiada tuhan selain Dia yang Tunggal tiada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Muhammad adalah hambaNya dan pesuruhNya. Dia bertanya: Apakah Anda meminta upah dariku ke atasnya? Menjawab: Tidak! Melainkan mengasihi kerabatku. Dia bertanya: kerabatku atau kerabat Anda? Beliau menjawab: kerabatku. Dia berkata: Sekarang aku membai'ah Anda, dan bagi orang yang tidak mencintai Anda dan mencintai kerabat anda, maka laknat Allah ke atas mereka. Maka Nabi SAW bersabda: Amin ..... Buatlah rujukan ke buku-buku hadits karangan Ahlu s-Sunnah wal-Jama'ah, niscaya Anda akan menemukan hadits-hadits yang banyak tentang ini.

Ayatullah Mar'asyi al-Najafi di dalam Ta'liqatuhu 'Ala Ihqaq al-Haqa'iq[29] karangan al-Sa'id al-Syahid Nur Allah al-Tastari, telah mengumpulkan hadits-hadits yang banyak dari referensi Ahlu s-Sunnah dengan menyebutkan perawi-perawi mereka. Begitu juga al-'Allamah al-Amini di dalam al-Ghadir.[30]

Justru itu referensi Ahlu s-Sunnah sendiri telah mengukuhkan pernyataan Syi'ah karena ada hadits-hadits yang muktabar dan mutawatir tentang hak 'Ali dan keluarganya AS. Sesungguhnya kebenaran terserlah wa l-hamdulillah.

Singkatnya, dengan ayat ini orang yang menjadi imam dan khalifah setelah Rasulullah SAW secara langsung adalah imam 'Amiru l-Mukmimin' Ali AS. Karena ayat tersebut membuktikan bahwa mengasihi 'Ali AS adalah wajib karena Allah memberikan pahala kepada orang yang mengasihi kerabatnya. Karena itu jika kesalahan terjadi dari mereka maka kasih sayang kepada mereka wajib dihentikan karena firman di dalam

(Surah al-Mujadalah (58): 22): "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan akhirat, saling berkasih sayang dengan orang -orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. "

Dan selain dari 'Ali AS adalah tidak maksum. Karena itu, beliaulah imam secara langsung. Ayatullah al-'Uzma al-Syahid al-Nur al-Tastari di buku Ihqaq al-Haqa'iq berkata: Orang-orang Syi'ah mengemukakan dalil-dalil pada keimamahan 'Ali AS terhadap Ahlu s-Sunnah bukanlah suatu hal yang wajib , malah ianya suatu amalan sukarela karena Ahlu s-Sunnah wal-Jama'ah telah sepakat sesama mereka tentang keimamahan 'Ali AS setelah Rasulullah SAW.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

1. al-Nabhan, al-Arba'in, hlm. 90.
2. Al-Kasysyaf, II, hlm. 339.
3. Dhakha'ir al-'Uqba, hlm. 25.
4. Matalibal-su'ul, hlm. 8.
5. Hamisyh Mafatih al-Ghaib, VI, hlm. 665.
6. Tafsir al-Nasafi, hlm. 99.
7. Tafsir Abu Hayyan, VII, hlm. 156.
8. al-Fusul al-Muhimmah, hlm. 12.
9. Majma 'al-Zawaid, IX, hlm. 168.
10. Kifayah al-Thalib, hlm. 31.
11. Syarh al-Mawahib, VII, hlm. 3 & 21.
12. Nur al-Absar, hlm. 112.
13. al-Sawa'iq al-Muhriqah, hlm. 105.
14. Ihya 'al-Mayyit, 101 & 135.
15. Sahih, VI, hlm. 129.
16. Jami 'al-Bayan, XXV, hlm. 14-15.
17. al-Kafi al-Syafi'i, hlm. 145.
18. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 106.
19. Rasyfah al-Sadi, hlm. 21 ... 106.
20. al-Mustadrak, III, hlm. 172.
21. al-Talkhis, III, hlm. 172.
22. al-Kasysyaf, III, hlm. 402.
23. Maqtal al-Husain, hlm.1.
24. al-Umdah, hlm. 23.
25. Matalib al-su'ul, hlm. 3.
26. al-Wadhih, XXV, hlm. 19.
27. Kifayah al-Thalib, hlm. 31.
28. Ta'liqatuhu 'Ala Ihqaq al-Haqa'iq, III, hlm. 2 & 23.
29. al-Ghadir, II, hlm. 306.
30. Syi'ah mengatakan bahwa Imamah 'Ali AS adalah setelah Rasulullah SAW secara langsung tanpa wasitah yaitu tidak didahului oleh orang lain. Sementara Ahlu s-Sunnah mengatakan Imamah 'Ali AS adalah setelah Rasulullah SAW secara wasitah (perantaraan) yaitu telah didahului oleh Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=123147564362529&id=100001010580488

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Menghidupkan Mayit Dengan Keutamaan Ahli Bait as

By Mustofa Chepy Habsyie
Terjemah Kitab Ihya'ul Mayyit fii Fadhilati Ahlul Bayt - Karya :Al Hafizh Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar Asy Syafi'i As Suyuthi (Al Imam Jalaluddin As Suyuthi/ Imam Suyuthi, Mujaddid kurun ke 9).

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah dan salam bagi hamba-hambanya yang terpilih.
Risalah kecil ini adalah kumpulan 60 hadits yang saya beri nama ''Ihya'ul Mayyit bifadhalil Ahlul Bayt' dalam kitab hadis ahlussunah'.

HADITS 1
Sa'id bin Manshur dalam kitab susunannya meriwayatkan dari Sa'id bin Jubair tentang firman Allah SWT dalam ayat ''Katakanlah, aku tidak meminta dari kalian sesuatu upahpun (atas seruanku) kecuali kasih sayang terhadap keluarga'' QS.42:23.
Ia berkata, yang dimaksud keluarga dalam ayat itu adalah keluarga Rasulullah SAW.

HADITS 2
Ibnu Al Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dalam kitab tafsir mereka dan At Thobroni dalam Al Mu'jam Al Kabir dari Ibnu 'Abbas ra berkata: ketika turun ayat ini (QS.42:23) Para shahabat bertanya : wahai Rasulullah, siapakah keluargamu yang wajib atas kita untuk mencintai mereka? Beliau menjawab: ''Ali, Fatimah dan kedua putra mereka''.

HADITS 3
Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas tentang firman Allah (QS.42:23) Dan siapa yg mengerjakan kebaikan'', Ia berkata: ''yang dimaksud kebaikan adalah kecintaan kepada keluarga Muhammad saw''.

HADITS 4
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Turmudzi dan Ia menshahihkannya, An Nasa'i dan Al Hakim dari Al Muthalib bin Robi'ah, Ia berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda: ''Demi Allah, iman tidak akan masuk ke dalam hati seorang muslim sehingga ia mencintai kalian (keluarga nabi saw), karena Allah dan karena hubungan keluarga denganku''.

HADITS 5
Diriwayatkan oleh Muslim dan Turmudzi dan An Nasa'i dari Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah saw bersabda: ''Aku ingatkan kalian tentang ahlul baytku''.

HADITS 6
Diriwayatkan oleh At Turmudzi dan ia menggolongkannya sebagai hadits hasan dan Al Hakim dari Zaid bin Arqom, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: ''Sungguh aku tinggalkan padamu apa yang dapat mencegah kamu dari kesesatan setelah kepergianku, selama kamu berpegang teguh kepadanya; Kitabullah dan 'Ithrahku (keluargaku) ahlul bayt. Keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya berjumpa denganku di Al Haudh. Maka hati-hatilah dengan perlakuanmu atas keduanya sepeninggalku nanti''.

HADITS 7
Diriwayatkan oleh 'Abdu bin Humaid dalam musnadnya dari Zaid bin Tsabit berkata: Rasulullah bersabda: ''Sungguh aku tinggalkan padamu apa yang dapat mencegah kamu dari kesesatan setelah kepergianku, selama kamu berpegang teguh kepadanya: Kitabullah dan 'Ithrahku Ahlul Baytku, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga datang kepadaku di Al Haudh''.

HADITS 8
Ahmad bin Abu Ya'la meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, sesungguhnya Rasulullah bersabda: ''Aku merasa segera akan dipanggil (Allah swt) dan aku akan memenuhi panggilan itu, maka aku tinggalkan padamu TSAQOLAINI (2 Pusaka) yaitu: Kitabullah dan 'Ithrahku. Dan sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui telah berfirman kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya datang menjumpaiku di Al Haudh. Oleh karena itu perhatikan bagaimana perlakuanmu atas kedua peninggalanku itu''.

HADITS 9
Diriwayatkan oleh At Turmudzi dan ia menggolongkan hadits ini hasan dan At Thobrani dan Al Hakim dari Ibnu 'Abbas ra, Ia berkata: Rasulullah bersabda: "Cintailah Allah karena nikmat-nikmat yang telah dianugrahkan-Nya dan cintailah aku karena kecintaan (kamu) kepada Allah serta cintailah ahlul baytku karena kecintaan (kamu) kepaku".

HADITS 10
Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq, Ia berkata: "Peliharalah Muhammad dengan memelihara keluarganya".

HADITS 11
Diriwayatkan oleh At Thobrani dan Al Hakim dari Ibnu 'Abbas ra, Ia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Wahai bani Abdul Mutholib, aku mohon kepada Allah buat kalian 3 hal, aku memohon dari-Nya agar meneguhkan orang yang bangkit dari kalian, agar ia mengajari yang bodoh dari kalian dan memberi petunjuk bagi yang sesat dan aku memohon dari-Nya agar menjadikan kalian orang-orang dermawan, pemberani dan berhati belas kasih. Maka sekiranya seseorang berdiri di antara salah satu sudut Ka'bah dan Maqam Ibrahim, lalu ia shalat dan puasa, sedangkan ia adalah pembenci keluarga (Ahlul Bayt) Muhammad, pasti ia masuk neraka".

HADITS 12
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : "Kebencian kepada bani Hasyim dan Anshor adalah kufur dan membenci orang-orang Arab adalah kemunafikan".

HADITS 13
Ibnu 'Adi dalam kitabnya Al Kamil meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa membenci kami Ahlul Bayt maka ia adalah munafik".

HADITS 14
Ibnu Hibban dalam shahih dan Al Hakim meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Demi yang jiwaku ditangan-Nya tidak seorangpun membenci kami kecuali akan dimasukkan Allah swt ke neraka".

HADITS 15
At Thabrani meriwayatkan dari Hasan bin 'Ali kwh, beliau berkata kepada Mu'awiyah bin Khadij : "Wahai Mu'awiyah bin Khadij, hati-hatilah dari membenci kami, karena sesungguhnya Rasulullah bersabda : "Tiada seseorangpun yang membenci dan menghasud kami kecuali akan dihalau dari Al Haudh dengan cambuk dari api".

HADITS 16
Ibnu 'Adi dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa tidak mengenal hak 'ithrahku dan anshornya maka ia salah satu dari 3 golongan, munafik atau anak haram atau anak dari hasil tidak suci yaitu ; dikandung oleh ibunya dalam keadaan haid".

HADITS 17
At Thabrani dalam kitabnya Al Awsath dari Ibnu 'Umar, ia berkata: Akhirnya ucapan Rasulullah sebelum wafat adalah : "Perlakuan aku sepeninggalku dengan bersikap baik kepada Ahlul Bayt".

HADITS 18
Diriwayatkan oleh At Thabrani dalam Al Awsath dari Hasan bin 'Ali ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : "Mantapkanlah dirimu pada kecintaan pada kami ahlul bayt sebab barangsiapa menghadap Allah swt sedang ia mencintai kami niscaya ia masuk syurga dengan syafa'at kami. Demi Allah yang diriku / jiwaku berada ditangan-Nya, tidak akan berguna amal seseorang bagi dirinya kecuali bila ia mengetahui hak kami".

HADITS 19
At Thabrani dalam Al Awsath meriwayatkan dari Jabir bin 'Abdullah ra, ia berkata: Rasulullah saw berpidato dihadapan kami, maka aku mendengarnya besabda : "Wahai manusia barangsiapa membenci ahlul baytku, Allah swt akan kumpulkan ia pada hari kiamat sebagai orang yahudi".

HADITS 20
At Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari 'Abdullah bin Ja'far (bin 'AlI bin Abi Tholib ra), ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Wahai bani Hasyim, aku memohon dari Allah swt untuk kalian, agar ia menjadikan kalian pemberani dan pengasih. Aku memohon agar ia memberikan petunjuk bagi yang tersesat, memberi rasa aman bagi yang ketakutan dan mengenyangkan yang lapar dari kalian. Dan demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, tiada beriman seseorang dari mereka sehingga mencintai kamu karena aku, apakah kamu mengharapkan untuk masuk ke dalam syurga dengan syafa'atku lalu bani Mutholib tidak mengharapkanya".

HADITS 21
Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abi Syaibah dan Musaddad dalam musnadnya, Al Hakim, At Turmudzi dalam Nawadirul Ushul, Abu Ya'la dan At Thabrani dari Salamah bin Al Akwa', ia berkata: Rasulullah saw bersabda : "Bintang-bintang di langit adalah petunjuk keselamatan bagi penghuni langit dan Ahlul Baytku adalah penyelamat umatku".

HADITS 22
Al Bazar meriwayatkan dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda : "Telah ku tinggalkan padamu 2 hal. Kalian tidak akan sesat setelah keduanya; Kitabullah dan 'Ithrahku. Keduanya tiada akan berpisah sehingga datang menemuiku di telaga Al Haudh".

HADITS 23
Al Bazzar meriwayatkan dari 'Ali bin 'Abi Thalib kwh, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Sungguh aku akan dibawa pergi (wafat) dan telah aku tinggalkan padamu 2 pusaka yang berharga yaitu : Kitabullah dan Ahlul Bayt. Dan kamu tidak akan tersesat setelah keduanya".

HADITS 24
Al Bazzar meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan ahlul baytku ibarat bahtera Nuh, barangsiapa yang ikut berlayar bersamanya dia akan selamat dan barangsiapa yang enggan dan terlambat, dia akan tenggelam".... Lihat Selengkapnya

HADITS 25
Al Bazzar meriwayatkan dari 'Abdullah bin Zubair ra bahwa nabi saw bersabda : "Perumpamaan Ahlul Baytku ibarat bahtera Nuh. Barangsiapa berlayar dengannya dia akan selamat dan barangsiapa meninggalkannya dia akan tenggelam".

HADITS 26
At Thabrani meriwayatkan dari Abu Dzar ra, (ia berkata): aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan Ahlul Baytku diantara kamu ibarat bahtera Nuh diantara kaumnya. Barangsiapa iku berlayar bersamanya dia akan selamat dan barangsiapa yang enggan dan terlambat dia akan binasa. Dan perumpamaan Ahlul Baytku diantara kamu seperti pintu pengampunan Bani Israil".

HADITS 27
At Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari Abu Sa'id Al Khudri ra (ia berkata) : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan Ahlul Baytku laksana bahtera Nuh as. Barangsiapa menaikinya dia akan selamat dan barangsiapa meninggalkannya dia akan tenggelam. Dan perumpamaan Ahlul Baytku diantara kamu seperti pintu pengampunan diantara Bani Israil. Barangsiapa memasukinya maka dosa-dosanya akan diampuni".

HADITS 28
Ibnu Najjar dalam tarikhnya meriwayatkan dari Hasan bin 'Ali ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Setiap segala sesuatu mempunyai azas dan azas Islam adalah kecintaan kepada shahabat Rasulullah dan Ahlul Baytnya".

HADITS 29
At Thabrani meriwayatkan dari 'Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda : "Setiap putra seorang perempuan bergabung nasabnya kepada ashabahnya (keluarganya dari pihak ayah) kecuali keturunan Fatimah ra, akulah ashabah mereka dan Akulah ayah mereka".

HADITS 30
At Thabrani meriwayatkan dari Fatimah Az Zahra ra, beliau berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Setiap putra ibu akan bergabung dalam nasabnya kepada ashabahnya kecuali anak-anak Fatimah, Akulah wali mereka dan Akulah ashabah mereka".

HADITS 31
Al Hakim meriwayatkan dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Setiap putra ibu memiliki ashabah yang mereka dinisbatkan kepadanya kecuali kedua putra Fatimah, Akulah wali mereka dan Aku adalah ashabah mereka".

HADITS 32
At Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari Jabir ra bahwa ia mendengar 'Umar bin Al Khaththab ra mengatakan kepada orang-orang ketika ia menikah dengan salah seorang putri 'Ali ra. Tidaklah kalian mengucapkan selamat atasku ? aku mendengar Rasulallah saw bersabda : "Akan terputus pada hari kiamat semua sebab dan nasab (keturunan) kecuali sebabku dan nasab yang bersambung denganku".

HADITS 33
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari kiamat kecuali sebab dan nasab yang bersambung denganku".

HADITS 34
Ibnu 'Asakir dalam Tarikhnya meriwayatkan dari Ibnu 'Umar ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Semua hubungan nasab dan shihr (kerabat sebab hubungan perkawinan) akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab dan shihrku".

HADITS 35
Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan bagi penghuni bumi dari bahaya tenggelam dan Ahlul Baytku adalah penyelamat umatku dari bahaya perselisihan dan perpecahan (dalam urusan-urusan agama). Bila salah satu dari qabilah menyeleweng dan menentang niscaya mereka akan bercerai berai dan menjadi kelompok iblis".

HADITS 36
Al Hakim meriwayatkan dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Tuhanku menjanjikan untuk Ahlul Baytku, barangsiapa dari mereka yang mengakui ke-Esaan (Allah swt) dan menyaksikan bahwa aku telah menyampaikan risalah, ia tidak akan menyiksa mereka".

HADITS 37
Ibnu Jarir meriwayatkan dalam tafsirnya dari Ibnu 'Abbas ra pada firman Allah swt.. : "Dan kelak tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (QS:93:5), ia berkata : "Diantara kepuasan Muhammad saw adalah agar tidak seorangpun dari Ahlul Baytny masuk kedalam api neraka".

HADITS 38
Diriwayatkan oleh Al Bazzar, Abu Ya'la, Al 'Uqaili, At Thabrani dan Ibnu Syahin dalam As Sunnah dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya Fatimah telah menjaga dirinya oleh karena itu Allah swt mengharamkan keturunannya atas api neraka".

HADITS 39
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw berkata kepada Fatimah ra : "Sesungguhnya Allah swt tidak akan menyiksamu dan anak cucumu".

HADITS 40
At Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits dan ia menggolongkannya hadits ini hasan dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah tinggalkan padamu apa yang mencegah kamu dari kesesatan selama kamu mengambilkya (berpegang teguh dengannya) yaitu ; Kitabullah dan 'Ithrahku Ahlul Baytku".

HADITS 41
Al Khatib dalam tarikhnya meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Syafa'atku bagi umatku yakni untuk orang yang mencintai Ahlul Baytku".

HADITS 42
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Umar ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Pertama orang yang akan aku beri syafa'at dari kalangan umatku adalah Ahlul Baytku".

HADITS 43
At Thabrani meriwayatkan dari Al Muthalib bin 'Abdullah bin Hanthab dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah saw berpidato dihadapan kami di Juhfah, beliau bersabda : "Bukankah diriku ini lebih utama (berhak) untuk memimpin kamu daripada dirimu sendiri? jawab mereka : benar ya Rasulullah. beliau melanjutkan : kalau begitu aku akan meminta pertanggungan jawabmu tentang 2 hal ; Al Qu'an dan 'Ithrah-ku".

HADITS 44
Al Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba Allah pada hari kiamat sebelum ia ditanya (dan menjawab) 4 pertanyaan ; tentang usianya, untuk apa ia menghabiskannya, tentang tubuhnya, bagaimana ia telah menggunakan tenaganya, tentang hartanya, untuk apa dibelanjakan dan dari mana ia mendapatkannya serta tentang kecintaannya kepada kami Ahlul Bayt ".

HADITS 45
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Orang pertama yang mendatangiku di Al Haudh adalah Ahlul Baytku ".

HADITS 46
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Didiklah putra-putramu atas 3 perkara ; kecintaan kepada nabimu, kecintaan kepada Ahlul Baytnya dan (kecintaan) membaca Al Qu'an. Sesungguhnya pengemban Al Qur'an berada dibawah naungan Allah swt pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan-Nya bersama para Nabi dan para washi' (orang-orang pilihan)nya ".

HADITS 47
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Paling teguhnya kamu di atas shirath (jembatan akhirat) adalah orang yang paling gigih kecintaannya kepada Ahlul Baytku dan shahabat-shahabatku ".

HADITS 48
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "4 golongan, akulah pemberi syafa'at bagi mereka di hari kiamat, yaitu ; orang yang menghormati dzurriyat (keturunan)ku, orang yang membantu menutupi kebutuhan mereka, membantu mereka dalam urusan-urusan mereka ketika mereka sangat membutuhkan dan orang yang mencintai mereka dengan hatinya ( yang tulus ) dan dengan kata-katanya ".

HADITS 49
Ad Dailami meriwayatkan dari Abu Sa'id ra, id berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Keras kemurkaan Allah terhadap orang yang menggangguku dengan mengganggu 'Ithrahku ".

HADITS 50
Ad Dailami meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya Allah memurkai orang yang makan berlebih2an, orang yang lupa menaati perintah Tuhannya, orang yang meninggalkan sunnah Nabinya, orang yang tidak menepati hutangnya, pembenci itrah Nabinya, dan orang yang menyakiti tetangganya.

HADITS 51
Ad Dailami meriwayatkan dari Abu Sa'id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ahlul Baytku dan orang-orang anshor adalah orang-orang kepercayaanku dan pengemban rahasia ilmuku. Maka terimalah yang baik dari mereka dan ma'afkanlah yang salah dari mereka ".

HADITS 52
Abu Nu'aim meriwayatkan dalam Al Hilya dari 'Utsman bin 'Affan ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang memberikan kepada salah seorang dari keturunan 'Abdul Muthalib suatu ( hadiah ) kebaikan lalu ia tidak mampu membalas kebaikannya maka Akulah yang akan membalasnya kelak di hari kiamat ".... Lihat Selengkapnya

HADITS 53
Al Khatib meriwayatkan dari 'Utsman bin 'Affan ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa berbuat kebaikan kepada salah seorang dari keturunan 'Abdul Muthallib lalu ia tidak mampu membalas kebaikannya di dunia, maka Akulah yang akan membalas kebaikan itu jika ia berjumpa denganku ".

HADITS 54
Ibnu 'Asakir meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang memberikan jasa kepada salah seorang dari Ahlul Baytku, maka Akulah yang akan membalasnya pada hari kiamat ".

HADITS 55
Al Bawardi meriwayatkan dari Abu Sa'id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Aku akan tinggalkan padamu apa yang dapat mencegah kamu dari kesesatan yaitu kitabullah, ia adalah suatu sebab yang satu ujungnya ditangan Allah swt dan ujung yang lain pada tanganmu dan 'ithrah ahlul baytku, dan sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah, sampai bersama-sama mengunjungiku di telaga Al Haudh ".

HADITS 56
Imam Ahmad dan At Thabrani meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Kutinggalkan padamu kedua penggantiku Kitabullah, tali penghubung yang terbentang antara langit dan bumi dan 'Ithrahku Ahlul Baytku. Sungguh keduanya takkan berpisah sehingga berjumpa denganku di telaga Al Haudh ".

HADITS 57
At Turmudzi, Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan dari 'Aisyah ra dari Nabi saw : "Ada 6 kelompok yang dilaknat Allah swt, aku dan semua Nabi yang doanya dikabulkan. mereka adalah ; orang yang menambah-nambah kitabullah, orang yang mengingkari taqdir Allah, orang yang berkuasa dengan kekerasan lalu memuliakan orang yang dihinakan oleh Allah swt dan menghinakan orang yang dimuliakan oleh Allah swt, orang yang menghalalkan (sesuatu) yang diharamkan oleh Allah swt, orang yang memperlakukan 'ithrahku dengan perlakuan yang diharamkan oleh Allah swt dan orang yang meninggalkan sunnahku ".

HADITS 58
Diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dalam Al Ifrad dan Al Khatib dalam Al Mutaffaq dari 'Ali ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "7 kelompok yang dilaknat Allah dan dilaknat oleh setiap Nabi yang doanya dikabulkan, mereka adalah ; orang yang menambah-nambah kitabullah, orang yang mengingkari taqdir Allah, orang yang menolak sunnahku dan mengambil yang bid'ah, orang yang memperlakukan 'ithrahku dengan perlakuan yang diharamkan Allah, orang yang berkuasa dengan kekerasan atas umatku lalu memuliakan yang dihinakan Allah dan menghinakan yang dimuliakan Allah dan orang yang murtad dengan melarikan diri ke dusun-dusun setelah hijrah ( sebagai 'Arab baduwi ) ".

HADITS 59
Al Hakim meriwayatkan dalam tarikhnya dan Ad Dailami dari Abu Sa'id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "3 hal, barangsiapa memeliharanya maka Allah akan memelihara agamanya dan siapa yang menyia-nyiakannya maka Allah tidak akan memelihara apapun baginya, yaitu ; kehormatan islam, kehormatanku dan kehormatan keluargaku ".

HADITS 60
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Sebaik-baik maunusia adalah orang-orang 'Arab, sebaik-baik orang 'Arab adalah suku quraisy dan sebaik-baik suku Quraisy adala Bani Hasyim".


http://www.facebook.com/note.php?note_id=392762473845

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Khazanah Hikmah Ahlul Bayt Nabi

1. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Itsbâtul hujjati ‘alal jâhili sahlun, walâkin iqrâru bihâ sha’bun.”
“Mengetengahkan (menetapkan) suatu argumentasi yang kuat kepada orang bodoh memang mudah, namun membuat si bodoh mau mengakui kebenarannya itulah yang sulit.”

2. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Ittaqû ma’ashiyâllâhu fil khalâwati, fa innasy syâhida huwa al-hâkimu!”
“Takutlah kalian dari berbuat maksiat kepada Allah saat kalian sendirian, sebab saksinya adalah Dia Sang Hakim.”

3. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Al-adâb ‘inda al-ahmaqi kal mâil adzbi fi ushûli al-hanzhalah, kullamâ izdâda riyyâ izdâda marâratan.”
“Perbuatan baik terhadap orang dungu itu seperti menyirami air tawar ke akar pohon hanzhal (rasanya pahit sekali), setiap kali ditambah banyak disirami air, maka justru makin bertambah pahit.”

4. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Idza arâdallâhu an yuzîla ‘an abdihi ni’matan, kâna awwalu mâ yughayyiru minhu ‘aqluhu.”
“Jika Allah berkehendak menghilangkan nikmat dari seorang hamba-Nya, maka yang pertama-tama Dia ubah adalah akalnya.”

5. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Idzâ aradta an tushâdiqa rajulan fanzhur man ‘aduwwahu.”
“Jika anda ingin berkawan dengan seseorang, maka lihatlah siapa musuhnya.”

6. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Bilamana anda ingin berteman dengan seseorang maka buatlah dia marah terlebih dahulu, jika ternyata dia bertindak adil, maka bertemanlah dengannya, namun jika dia tidak bersikap adil saat dia marah, maka tinggalkanlah dia”

7. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Apabila anda ingin mengetahui tabiat seseorang, maka berkonsultasilah dengannya. Denagn demikian anda akan mengetahui apakah dia seorang yang bijak, sekaligus mengetahui kebaikan dan kejahatannnya.”

8. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Apabila anda tidak memerlukan sesuatu maka tinggalkanlah, dan ambillah apa yang anda perlukan.”

9. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata :
“Idza ardzallahu ‘abdan hazhara ‘alayhi al-ilma.”
“Jika Allah merendahkan seorang hamba niscaya Dia tidak menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan.”

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

14 hadits Keutamaan Amirul Mukminin dan Zuriatnya yang suci

Para ulama Islam dari semua mazhab telah meriwayatkan hadits-hadits Nabi SAW tentang kelebihan 'Ali AS dan Zuriatnya yang suci di dalam sahih-sahih, Musnad-Musnad, dan sejarah-sejarah mereka, contoh Hadits itu diantaranya :


1. Sabda Rasululllah SAW: "Hanya orang yang namanya ditulis oleh 'Ali saja yang dapat menyeberangi al-Sirath."

Hadits ini telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah (1 ) dari Ibn Siman bahwa Abu Bakr berkata kepada 'Ali AS: "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:" Hanya orang yang (namanya) ditulis oleh' Ali saja dapat menyeberangi al-Sirat. "Hadits ini juga telah dicatat oleh al-Hamawaini al-Syafi'i di dalam Fara'id al-Simtin [2], al-Muhibb al-Tabari dalam al-Riyadh [3] al-Nadhirah dan al-Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh[4] dan lain-lain.


2. Ali adalah Pembagi Surga dan Neraka.


Al-Khawarizmi telah mencatat di dalam Manaqibnya bab 16, dengan membuang sanad-sanadnya dari 'Ali bin Abi Thalib AS. Beliau berkata: Rasulullah saw bersabda, "Wahai 'Ali, sesungguhnya Anda adalah dealer surga dan neraka. Dan sesungguhnya akan mengetuk pintu surga kemudian akan memasukinya tanpa hisab."


3. Jika manusia bersepakat mencintai Ali AS niscaya Allah tidak menjadikan neraka.

Hadits ini telah dikeluarkan oleh al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi 'al-Mawaddah[5] dari al-Hamdani al-Syafi'i dari Umar bin al-Khattab mengatakan: "Nabi SAW bersabda:" Jika manusia bersepakat mencintai Ali AS, niscaya Allah tidak akan menjadikan neraka. "Hadits ini juga dikutip oleh al-'Allamah al-Askari di alam Maqa al-Imam Amiru l-Mukminin 'untuk al-Khulafa['6], dari Umar bin al-Khattab dan sahabat-sahabat yang lain. Al-Khawarizmi di dalam Maqtal al-Husain[7] telah meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Abbas. Dan Muhammad Salih al-Hanafi di dalam al-Kuakab al-Duriyy[8] dari Umar bin al-Khattab.


4. 'Ali adalah yang paling akrab kepada Rasulullah SAW.'

Hadits ini telah dikeluarkan oleh al-Khawarizmi[9] dengan sanadnya dari Sya'bi berkata: "Abu Bakr melihat kepada 'Ali bin Abi Thalib secara berdepan dan berkata: Siapa yang ingin melihat orang yang paling akrab kepada Rasulullah SAW, paling tinggi posisinya, dan paling tinggi di sisi Allah SWT, hendaklah ia melihat kepada lelaki ini dan dia mengisyaratkan kepada 'Ali bin Abi Thalib karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:' Dia ('Ali) bersifat kasih sayang kepada orang banyak ...."
Hadits ini juga telah dikutip oleh al-Muttaqi al-Hindia Al-Hanafi dalam kanz al-'Ummal[10] dan Muhibb dalam Al-Riyadh al-Nadhirah.[11]


5. 'Wahai' Ali! Tangan Anda pada tanganku, Anda memasuki surga bersamaku. '

Al-Muhibb al-Tabari dalam Dhakha'ir al-'Uqba[12] telah menjelaskan hadits ini dari 'Umar bin al-Khattab. Al-Muttaqi al-Hindi dalam kanz al-Ummal[13], al-Khanji al-Syafi'i di dalam kifayah al-Talib[14] dan lain-lain.


6. 'Ali di sisiku sepertilah kedudukanku di sisi Tuhanku.'


Hadits ini telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah[15], Muhibuddin al-Tabari al-Syafi'i di dalam Dhakha'ir al-'Uqba[16], dan al-Riyadh al-Nadhirah[17] dan lain-lain.


7. 'Sesungguhnya Allah telah menjadikan untuk saudaraku' Ali bin Abi Thalib kelebihan yang tidak terhitung. '

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Kanji al-Syafi'i di dalam kifayah al-Talib[18] dengan sanadnya dari Imam Ja'far al-Sadiq dari 'Ali bin Husain dari ayahnya Amirul Mukminin' Ali AS berkata: "Rasulullah SAW bersabda:" Sesungguhnya Allah jadikan bagi saudaraku 'Ali bin Abu Thalib kelebihan-kelebihan yang tidak terhitung banyaknya. "Dan Umar berkata:" Rasulullah SAW bersabda: "Jika laut menjadi tinta, pohon-pohon menjadi pena, manusia menjadi kitab dan jin menjadi hisab, niscaya mereka tidak dapat menghitung kelebihan Anda wahai Abu l-Hasan. "


8. 'Aku berdamai dengan orang yang berdamai dengan penghuni khemah ini (' Ali, Fatimah, Hasan dan Husain). '

Al-Khawarizmi di dalam Manaqib[19]nya telah meriwayatkan hadits ini dengan sanadnya dari Yunus bin Sulaiman al-Tamimi dari bapaknya dari Zaid bin Yathi 'dia berkata: Aku mendengar Abu Bakr berkata: Rasulullah SAW bersabda:' Aku berdamai dengan orang yang berdamai dengan penghuni khemah ini , berperang dengan dengan orang yang berperang dengan mereka, memuliakan orang yang memuliakan mereka, dan memusuhi orang yang memusuhi mereka. Tidak mengasihi mereka orang yang bahagia dan baik peranakannya. Dan tidak membenci mereka melainkan orang yang celaka dan buruk peranakannya. ' Hadits ini juga telah dicatat oleh Abdullah bin al-Hanafi di dalam Arjah al-Matalib[20]. Aku berpendapat: Hadits ini dinamakan hadits al-Kisa 'telah diriwayatkan dengan lafal-lafal yang bermacam-macam oleh ulama Ahlu s-Sunnah.


9. 'Kami Ahlu l-Bait tidak dapat dibandingkan dengan orang lain.'

Hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi 'al-Mawaddah[21] dari Mawaddah al-Qurba karangan al-Hamdani al-Syafi'i. Dia mengeluarkan sanadnya, dari Abu Wa'il, dari 'Ibn Umar ia berkata: Ketika kami berbicara tentang derajat sahabat-sahabat Nabi SAW, kami berkata: Abu Bakr, Umar dan Utsman. Seorang lelaki bertanya: Wahai Abu 'Abdu r-Rahman, apakah posisi' Ali? Dia berkata: 'Ali adalah dari Ahlu l-Bait tidak dapat dibandingkan beliau dengan orang lain, karena ia bersama Rasulullah SAW di dalam ketinggian derajatnya sebagaimana firman (Surat al-Tur (52): 21): "Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. "Justru itu Fatimah adalah bersama Rasulullah di dalam ketinggian derajatnya dan 'Ali adalah bersama mereka berdua.
Di dalam riwayat yang lain pula 'Abdullah bin Hanbal bertanya bapaknya (Hanbal) pada posisi sahabat-sahabat Nabi SAW. Dia berkata: "Abu Bakr, Umar, 'Utsman." Kemudian dia diam. 'Abdullah bertanya: "Wahai bapakku! Di manakah posisi' Ali?" Dia menjawab: "Dia adalah dari Ahlu l-Bait tidak dapat dibandingkan beliau dengan orang lain.[22]"


10. 'Ini adalah saudaraku, khalifahku dan pewaris ilmuku.'

Al-Turmudhi al-Hanafi telah meriwayatkan hadits ini di dalam al-Kuakab al-Duriyy[23] dari Umar dia berkata: Sedangkan Rasulullah SAW menjalin persaudaraan di kalangan sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda: 'Ini adalah' Ali saudaraku di dunia dan di akhirat, khalifahku di keluargaku, wasiku pada ummatku, pewaris ilmuku, pembayar hutangku. Hartanya hartaku, menfaatnya adalah menfaatku, kemudaratannya adalah kemudaratanku. Barang siapa yang mengasihinya bahwa sesungguhnya dia mengasihiku. Dia siapa yang membencinya maka sesungguhnya ia membenciku. ' Hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi al-Mawaddah.[24]
Aku berpendapat: Sesungguhnya 'Umar telah mengakui bahwa' Ali adalah Wasi Rasulullah pada umatnya, dan khalifahnya pada keluarganya. Hadits yang berisi pengertian seperti ini telah melebihi dua ratus. Dan aku telah mencatatnya di buku Syi'ah wa hujjatu-hum fi al-Tasyayyu '.
Tetapi apa yang mengherankan adalah sikap 'Umar sendiri yang mengakui hadits ini dan sejenisnya telah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Nabi dan keluarganya yang disucikan AS seperti mengingkari perintah Nabi SAW ketika beliau sedang Gering supaya dituliskan wasiatnya. Malah 'Umar mengatakan Nabi SAW telah meracau. Serangannya ke atas rumah Fatimah, mengumpulkan kayu api untuk membakarnya, memaksa 'Ali supaya melakukan bai'ah dan lain-lain.
Semuanya dilakukan secara sengaja terhadap orang-orang yang ia buat atau oleh Allah SWT di dalam firmanNya (QS Al-Syura (42): 23): "Katakan Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun kecuali kasih sayang kepada keluargaku." Dan sabdanya: 'Aku wasiatkan ke kalian karena Allah tentang keluargaku karena mereka adalah 'barang simpananku "pada kalian.' Apakah layak untuk 'Umar melakukan perbuatan-perbuatan yang sedemikian terhadap orang yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah? La hawla wa la Quwata illa billahi aliyyi l-Azim.


11. 'Ali adalah sebaik baik orang yang aku tinggalkan sesudahku.'

Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi 'al-Mawaddah[25] dari Mawaddah al-Qurba karangan al-Hamdani al-Syafi'i berkata: Aku menemui Rasulullah SAW saat beliau sedang Gering. Aku bertanya kepada beliau: Wahai Rasulullah! Apakah Anda telah berwasiat. Beliau menjawab: 'Wahai Salman! Apakah Anda mengetahui siapakah Wasi-Wasi itu? Aku menjawab: Allah dan Rasul lebih tahu. Beliau berkata: Adam wasinya Thith, beliau adalah sebaik-baik orang berikutnya. Wasi Musa adalah Yusyu ', beliau adalah sebaik-baik orang berikutnya. Wasi Sulaiman adalah Asif bin Barkhia, beliau adalah sebaik-baik orang berikutnya. Wasi Isa adalah Syam'un, beliau adalah sebaik-baik orang berikutnya. Sesungguhnya aku telah berwasiat kepada 'Ali dan beliau adalah sebaik-baik orang sesudahku.'

Aku berpendapat: Hadits ini juga telah diriwayatkan oleh al-Turmudhi al-Hanafi di dalam al-Kaukab al-Duriyy[26]. Malah ianya diriwayatkan dengan banyak di dalam buku-buku Ahlu s-Sunnah dari 'Umar dan Ibn' Umar.
Hadits ini menunjukkan bahwa setiap Nabi adalah pewarisnya yang diangkat oleh Allah SWT. Karena itu seorang Nabi tidak akan mati di dalam keadaan beliau tidak berwasiat kepada wasinya dan meninggalkan syariat begitu saja. Demikian halnya dengan Rasulullah SAW pasti ia berwasiat. Perhatikanlah bahwa ia telah menunjuk 'Ali sebagai wazirnya di Hari al-Indhar dan di Hari al-Ghadir dan lain-lainnya ketika ia sedang Gering. Ia memanggil orang banyak supaya (ia) menulis hal-hal di mana mereka tidak akan sesat berikutnya selama-lamanya. Tetapi 'Umar menolaknya sambil berkata: Nabi Anda sedang meracau, memadailah kitab Allah saja. Seolah-olah Rasulullah SAW tidak mengetahui kitab Allah berada di kalangan mereka.

Jika Rasulullah SAW tidak meninggalkan wasiat, niscaya ia melanggar para nabi yang terdahulu. Perhatikanlah hadits riwayat Salman tadi dan lain-lain. Sesungguhnya menentuan Wasi bagi para nabi adalah wajib. Justru itu mereka menentukan Wasi-Wasi mereka dengan perintah Allah SWT, dan bukan menurut diri mereka sendiri karena nabi, Wasi dan imam bukan diangkat dengan pilihan seseorang karena mereka tidak mengetahui orang yang benar-benar layak. Karena itu pemilihan nabi, Wasi dan imam adalah terserah kepada Allah SWT, dan bukan orang lain. Karena Dia lebih mengetahui rahasia-rahasia dan apa yang tersirat di hati. Sesungguhnya firman di dalam (Surah al-Qasas (28): 68) "Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka."


12. 'Sebaik-baik lelaki di kalangan kalian adalah' Ali bin Abu Thalib. '

Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi 'al-Mawaddah[27] dari Mawaddah al-Qurba karangan al-Hamdani al-Syafi'i dengan sanadnya dari Ibn Umar dari Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik lelaki kalian adalah' Ali bin Abi Thalib. Sebaik-baik pemuda kalian adalah Hasan dan Husain. Dan sebaik-baik wanita kalian adalah Fatimah. "
Hadits ini juga telah dikeluarkan oleh al-Muttaqi al-Hindi di dalam kanz al-'Ummal[28] dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW bersabda: "Sebaik-baik manusia lelaki adalah 'Ali bin Abi Thalib." Di dalam riwayat yang lain: Rasulullah SAW bersabda: 'Ali adalah sebaik-baik manusia.'


13. Siapa yang mencintai 'Ali, Allah akan menerima sholatnya dan puasanya.

Al-Khawarizmi telah mencatat hadits ini di dalam Manaqib[29]nya dengan sanadnya dari Nafi 'dari Ibn Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang mencintai' Ali, Allah akan menerima shalatnya, puasanya, ibadahnya dan memperkenankan doanya. Dan siapa yang mencintai keluarga Muhammad, niscaya dia akan terlepas dari Hisab, Mizan dan Sirat. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan cintakan keluarga Muhammad, maka aku menjamin baginya surga bersama para nabi. Dan barang siapa yang membencikan keluarga Muhammad, akan datang hari kiamat tertulis di dahinya, orang yang putus asa dari nikmat Tuhan.

Salih al-Hanafi di dalam al-Kaukab[30], meriwayatkan bahwa 'Umar bin al-Khattab berkata: Rasulullah SAW bersabda:' Siapa yang mencintai Anda wahai 'Ali adalah bersama para nabi di hari kiamat dan siapa yang memarahi anda maka dia akan mati sebagai seorang Yahudi atau Nasrani. '

Aku berpendapat: Banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan manfaat cintakan imam 'Ali AS dan kemudaratan memarahinya di Arjah al-Matalib[31]. Dia berkata 'Abdullah bin Mas'ud berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:' Cinta kepada keluarga Muhammad satu hari adalah lebih baik dari ibadah setahun. Dan siapa yang mati karenanya, akan memasuki surga. '
Ketahuilah wahai saudara pembaca budiman! Sesungguhnya cinta yang dimaksudkan di dalam hadits ini bukanlah cinta kontak biasa karena cinta sedemikian dapat terjadi kepada 'Ali dan orang lain. Tetapi apa yang dimaksud dengan cinta di sini adalah cinta yang dikuti dengan pengakuan wilayah umum untuknya. Dan jelas sekali orang yang mendahulukan musuhnya dari kekasihnya, maka cintanya adalah palsu. Ini adalah satu hakikat yang tidak dapat disembunyikan oleh para pemikir yang insaf.
Banyak hadits-hadits Nabi SAW yang mendorong cinta kepada Ahlu l-Bait AS dan memperwalikan mereka. Justru itu ianya menjadi wajib 'Aini untuk setiap mukallaf mengambil hukum-hukum agamanya dari orang-orang yang telah dinaskan ke atas mereka oleh Rasulullah SAW karena kemaksuman mereka. Ini karena orang yang bukan maksum tidak layak untuk memikul tugas yang besar dan berat ini disebabkan kesalahan akan terjadi daripadanya. Dan telah ditetapkan dalam ilmu l-usul bahwa apabila kemaksuman tidak ada, maka terjadilah kesalahan atau ketepatan. Mungkin ia memberi fatwa menyalahi nas sebagaimana telah dilakukan oleh Khalifah Abu Bakr, Umar dan Utsman. Justru itu berpegang kepada mereka tidak harus. Apa yang telah disabitkan di sisi kami bahwa imam wajiblah dinaskan ke atasnya dari Allah yang mengetahui rahasia dan apa yang tersembunyi. Karena itu Rasulullah SAW yang maksum tidak akan berwasiat kepada orang yang tidak maksum karena ia sendiri diperintahkan oleh Allah SWT. Dan beliau tidak berbicara menurut hawa nafsunya.


14. 'Anda adalah saudaraku dan wazirku.'

Hadits ini telah dicatat oleh al-Muttaqi al-Hindi di dalam kanz al-'Ummal[32] dengan sanadnya dari Ibn 'Umar.


------------------------------------------------------------------------------------

Catatan Kaki
1. Al-Sawa'iq al-Muhriqah, hlm. 78.
2. Fara'id al-Simtin, I, bab 54.
3. al-Riyadh al-Nadhirah, II, hlm. 73, 177 & 244.
4. Tanggal, III, hlm. 161.
5. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 251.
6. Maqam al-Imam Amiru l-Mukminin 'Anda l-Khulafa', hlm. 45.
7. Maqtal al-Husain, II, hlm. 38.
8. al-Kaukab al-Durriy, hlm. 122.
9. al-Manaqib, hlm. 17.
10. Kanz al-'Ummal, VI, hlm. 393.
11. al-Riyadh al-Nadhirah, II, hlm. 163.
12. Dhakha'ir al-'Uqba, I, hlm. 87.
13. Kanz al-Ummal, VI, hlm. 159.
14. Kifayah al-Thalib, hlm. 76.
15. al-Sawa'iq Al-Muhriqah, hlm. 108.
16. Dhakha'ir al-'Uqba, hlm. 64.
17. al-Riyadh al-Nadhirah, II, hlm. 163.
18. Kifayah al-Thalib, hlm. 124.
19. al-Manaqib, hlm. 206.
20. Arjah al-Matalib, hlm. 309.
21. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 253.
22. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 253; kanz al-'Ummal, VI, hlm. 218.
23. al-Kaukab al-Duriyy, hlm. 143.
24. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 251.
25. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 253.
26. al-Kaukab al-Duriyy, hlm. 133.
27. Yanabi 'al-Mawaddah, hlm. 247.
28. Kanz al-Ummal, VI, hlm. 159.
29. al-Manaqib, hlm. 43.
30. al-Kaukab, hlm. 125.
31. Arjah al-Matalib, hlm. 319 dan kanz al-'Ummal, IV, hlm. 145.
32. Kanz al-Ummal, VI, hlm. 117.

http://www.facebook.com/notes/jjihad-ali/14-hadits-keutamaan-amirul-mukminin-dan-zuriatnya-yang-suci-/119515948059024

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Kesaksian Para Sahabat atas Perubahan Sunnah Nabi

Abi Sa'id al-Khudri berkata: "Pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Rasulullah SAW keluar rumah untuk menunaikan shalat Id. Usai shalat beliau berdiri menghadap para hadirin yang masih duduk di saf, kemudian berkhotbah yang penuh dengan nasehat dan perintah."

Abu Sa'id melanjutkan: "Cara seperti ini dilanjutkan oleh para sahabatnya sampailah suatu hari ketika aku keluar untuk shalat Id (Idul Fitri atau Idul Adha) bersama Marwan, gubernur kota Madinah. Sesampainya di sana Marwan langsung naik ke atas mimbar yang dibuat oleh Katsir bin Shalt. Aku tarik bajunya.

Tapi dia menolakku. Marwan kemudian memulai khotbah Id-nya sebelum shalat. Kukatakan padanya: "Demi Allah kalian telah rubah." "Wahai Aba Sa'id" Tukas Marwan, "Telah sirna apa yang kau ketahui" Kukatakan padanya: "Demi Allah,
apa yang kutahu adalah lebih baik dari apa yang tidak kuketahui." Kemudian Marwan berkata lagi: "Orang-orang ini tidak akan mau duduk mendengar khotbah kami seusai shalat. Karena itu kulakukan khotbah sebelumnya."(1)

Coba teliti gerangan apa yang menyebabkan sahabat seperti ini berani merubah Sunnah Nabi. Itu dikarenakan Bani Umaiyah (yang mayoritasnya adalah sahabat Nabi) terutama Muawiyah bin Abu Sufyan yang konon sebagai Penulis Wahyu, senantiasa memaksa kaum muslimin untuk mencaci dan melaknat Ali bin Abi Thalib dari atas mimbar- mimbar masjid. Muawiyah memerintahkan orang-orangnya di setiap negeri untuk menjadikan cacian dan laknat pada Ali sebagai suatu tradisi yang mesti dinyatakan oleh para khatib.

Ketika sejumlah sahabat protes atas ketetapan ini, Muawiyah tidak segan-segan
memerintahkan mereka dibunuh atau dibakar. Muawiyah telah membunuh sejumlah sahabat yang sangat terkenal seperti Hujur bin U'dai beserta para pengikutnya, dan sebagian lain dikuburkan hidup-hidup. "Kesalahan" mereka (dalam persepsi Muawiyah) semata-mata karena enggan mengutuk Ali dan bersikap protes atas dekrit Muawiyah.

Abul A'la al-Maududi dalam kitabnya al-Khilafah Wal Muluk (Khilafah Dan Kerajaan) menukil dari Hasan al-Bashri yang berkata: "Ada empat hal dalam diri Muawiyah, yang apabila satu saja ada pada dirinya, itu sudah cukup sebagai alasan untuk mencelakakannya:
1. Dia berkuasa tanpa melakukan sebarang musyawarah sementara sahabat-sahabat lain yang merupakan cahaya kemuliaan masih hidup.
2. Dia melantik puteranya (Yazid) sebagai pemimpin setelahnya, padahal sang putera adalah seorang pemabuk dan pecandu minuman keras dan musikus.
3. Dia menyatakan Ziyad (seorang anak zina) sebagai puteranya, padahal Nabi SAWW bersabda: "Anak adalah milik sang ayah, sementara yang melacur dikenakan sanksi rajam.
4. Dia telah membunuh Hujur dan para pengikutnya. Karena itu maka celakalah dia lantaran (membunuh) Hujur; dan celakalah dia karena Hujur dan para pengikutnya.(2)

Sebagian sahabat yang mukmin lari dari masjid seusai shalat karena tidak mau mendengar khotbah yang berakhir pada kutukan terhadap Ali dan keluarganya. Itulah kenapa Bani Umaiyah merubah Sunnah Nabi ini dengan mendahulukan khotbah sebelum shalat agar yang hadir terpaksa mendengarnya.

Nah, sahabat jenis apa yang berani merubah Sunnah Nabinya, bahkan hukum-hukum Allah sekalipun semata-mata demi meraih cita-citanya yang rendah dan ekspresi dari rasa dengki yang sudah terukir. Bagaimana mereka bisa melaknat seseorang yang telah Allah sucikan dari segala dosa dan nista dan diwajibkan oleh Allah untuk bersalawat kepadanya sebagaimana kepada Rasul-Nya.

Allah juga telah mewajibkan kepada semua manusia untuk mencintainya hingga Nabi SAW bersabda: "Mencintai Ali adalah iman dan membencinya adalah nifak (kemunafikan)."(3)

Namun sahabat-sahabat seperti ini telah merubahnya. Mereka berkata, kami telah dengar sabda-sabda Nabi tentang Ali, tetapi kami tidak mematuhinya. Seharusnya mereka bersalawat kepadanya, mencintainya dan taat patuh kepadanya; namun sebaliknya mereka telah mencaci dan melaknatnya sepanjang enam puluh tahun, seperti yang dicatat oleh sejarah.

Apabila sahabat-sahabat Musa pernah sepakat mengancam nyawa Harun dan
hampir-hampir membunuhnya, maka sebagian sahabat Muhammad SAWW telah membunuh "Harun-nya" (yakni Ali) dan mengejar-ngejar anak keturunannya serta para Syi'ahnya di setiap tempat dan ruang. Mereka telah hapuskan nama-nama dan bahkan melarang kaum muslimin menggunakan nama mereka.

Tidak sekadar itu, hatta para sahabat besar dan agungpun mereka paksa untuk melakukan hal yang serupa. Demi Allah, sangat mengherankan ketika membaca buku-buku referensi kitab ahl-Sunnah yang memuat berbagai Hadits yang mewajibkan cinta pada Nabi dan saudaranya serta anak pamannya, yakni Ali bin Abi Thalib, dan sejumlah Hadits-Hadits lain yang mengutamakan Ali atas para sahabat yang lain. Sehingga Nabi SAW bersabda:
"Engkau (hai Ali) di sisiku bagaikan kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tiada Nabi setelahku.”(4)
Atau sabdanya:
"Engkau dariku dan aku darimu".(5)
Dan sabdanya lagi:
"Mencintai Ali adalah iman dan membencinya adalah nifak".(6)
Sabdanya:
"Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah gerbangnya".(7)
Dan sabdanya:
"Ali adalah wali (pemimpin) setiap mukmin setelahku."(8)
Dan sabdanya:
"Siapa yang menjadikan aku sebagai maulanya (pemimpinnya) maka Ali adalah
maulanya. Ya Allah, bantulah mereka yang mewila'nya dan musuhilah mereka yang memusuhinya."(9)

Apabila kita ingin mencatat semua keutamaan Ali yang disabdakan oleh Nabi SAWW dan yang diriwayatkan oleh para ulama ahl-Sunnah dengan sanadnya yang shahih, maka ia pasti akan memerlukan suatu buku tersendiri. Bagaimana mungkin sejumlah sahabat seperti itu pura-pura tidak tahu akan Hadits ini, lalu mencacinya, memusuhinya, melaknatnya dari atas mimbar dan membunuh atau memerangi mereka?

Orang pertama yang pernah mengancam akan membakar rumahnya (Ali) beserta para penghuni yang ada di dalamnya adalah Umar bin Khattab; orang pertama yang memeranginya adalah Thalhah, Zubair, Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar, Muawiyah bin Abu Sufyan dan A'mr bin A'sh dan sebagainya.
Rasa terkejut dan kaget ini bertambah dalam dan seakan tidak akan pernah berakhir berakhir.

Setiap orang yang berpikir rasional akan segera mendukung pendapat ini. Bagaimana bisa ulama-ulama Ahlu Sunnah sepakat mengatakan bahwa semua sahabat adalah adil sambil mengucapkan "Radhiallahu Anhum", bahkan mengucapkan salawat untuk mereka tanpa kecuali.

Sehingga ada yang berkata, "Laknatlah Yazid tapi jangan berlebihan". Apa yang dapat kita bayangkan tentang Yazid yang telah melakukan tragedi yang sangat tragis ini, yang tidak dapat diterima bahkan oleh akal dan agama. Aku nyatakan kepada Ahlu Sunnah Wal Jamaah, jika mereka benar-benar mengikut Sunnah Nabi, agar meninjau hukum Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara cermat dan seadil-adilnya tentang kefasikan Yazid dan kekufurannya. Rasululah SAW telah bersabda:
"Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Allah akan menjatuhkannya ke dalam api neraka."(10)

Demikian itu adalah sanksi bagi orang yang mencaci Ali. Maka bagaimana pula apabila ada orang yang melaknatnya dan memeranginya. Mana alim-ulama kita dari hakikat kebenaran ini? Apakah hati mereka telah tertutup rapat?

Anas bin Malik berkata:
"Tiada sesuatu yang kuketahui di zaman nabi lebih baik dari (hukum) shalat." Kemudian dia bertanya: "Tidakkah kalian kehilangan sesuatu di dalam shalat?"

Az-Zuhri pernah bercerita:
"Suatu hari aku berjumpa dengan Anas bin Malik di Damsyik. Saat itu beliau sedang menangis. "Apa yang menyebabkan Anda menangis?", tanyaku. "Aku telah lupa segala yang kuketahui melainkan shalat ini. Itupun telah kusia-siakan." Jawab Anas.(11)

Agar jangan sampai terkeliru dengan mengatakan bahwa para Tabi'inlah yang merubah segala sesuatu setelah terjadinya sejumlah fitnah, perselisihan dan serta peperangan, ingin kunyatakan di sini bahwa orang pertama yang merubah Sunnah Rasul dalam hal shalat adalah khalifah muslimin yang ketiga, yakni Utsman bin Affan. Begitu juga Ummul Mukminin Aisyah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitabnya bahwa Rasulullah SAW menunaikan shalat di Mina dua rakaat (qashar). Begitu juga Abu Bakar, Umar dan periode awal dari kekhalifahan Utsman. Setelah itu Utsman Shalat di sana (Mina) sebanyak empat rakaat."(12)

Muslim juga meriwayatkan dalam kitab Shahihnya bahwa Zuhri berkata: "Suatu hari aku bertanya pada Urwah kenapa Aisyah shalat empat rakaat dalam perjalanan musafirnya?"

"Aisyah telah melakukan takwil sebagaimana Utsman"(13) jawabnya. Umar bin Khattab juga tidak jarang berijtihad dan bertakwil di hadapan nas-nas Nabi yang sangat jelas, bahkan dihadapan nas-nas Al-Qur’an, lalu kemudian menjatuhkan hukuman mengikut pendapatnya.

Beliau pernah berkata: "Dua mut'ah yang dahulunya (halal) dan dilakukan di zaman Nabi, kini aku melarangnya dan mengenakan hukuman bagi orang yang melaksanakannya(14), (bertamattu' dalam haji dan nikah mut'ah pent.) Beliau juga pernah berkata kepada orang yang junub tetapi tidak memperoleh air untuk mandi, "Jangan sembahyang".

Walaupun ada firman Allah di dalam surah al-Maidah ayat 6: "... Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang bersih".

Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya pada Bab Idza Khofa al-Junub A'la Nafsihi (Apabila Orang Junub Takut Akan Dirinya) berikut: "Kudengar Syaqiq bin Salmah berkata, suatu hari aku hadir dalam majlis Abdillah dan Abu Musa. Abu Musa bertanya pada Abdillah bagaimana pendapatmu tentang orang yang junub kemudian tidak memperoleh air untuk mandi?" Abdillah menjawab, "dia tidak perlu shalat sampai ia temukan air." Abu Musa bertanya lagi, "bagaimana pendapatmu tentang jawaban Nabi kepada Ammar dalam masalah yang sama ini?" Abdullah menjawab, "Umar tidak begitu yakin dengan itu." Abu Musa melanjutkan, "lalu bagaimana dengan ayat ini, (al-Maidah: 6)?" Abdullah diam tidak menjawab. Kemudian dia berkata, "apabila kita izinkan mereka (melakukan tayammum), niscaya mereka akan bertayammum saja dan tidak akan menggunakan air apabila udaranya dirasakan dingin. " Kukatakan pada Syaqiqbahwa Abdillah sebenarnya tidak suka lantaran ini semata-mata; dan Syaqiq pun mengiakan"

Kesaksian Sahabat atas Diri Mereka
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepada kaum Anshar: "Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh." Anas berkata, "Kami tidak sabar."(15)

Ala' bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: "Aku berjumpa dengan Barra' bin A'zib ra. Kukatakan padanya, "berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai'atnya di bawah pohon (bai'ah tahta syajarah). Barra' menjawab, "wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang telah kami lakukan sepeninggalnya."(16)

Jika sahabat utama yang tergolong di antara as-Sabiqin al-Awwalin dan pernah membai'at Nabi di bawah pohon, serta Allah rela kepada mereka dan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka sehingga diberinya ganjaran yang besar; apabila sahabat-sahabat ini kemudian bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah melakukan "sesuatu" sepeninggal Nabi, bukankah pengakuan mereka ini adalah bukti kebenaran yang disabdakan oleh Nabi SAW bahwa sebagian dari sahabatnya akan berpaling darinya sepeninggalnya.

Apakah seseorang yang berpikir rasional akan tetap mengatakan bahwa semua sahabat adalah adil seperti yang diklaim oleh Ahlu Sunnah Wal Jama'ah. Mereka yang mengklaim seperti itu jelas telah menyalahi nas dan akal. Karena dengan demikian hilanglah segala kriteria intelektual yang sepatutnya dijadikan pegangan sebuah penelitian dan kajian.

1 Shahih Bukhari jil. 1 hal. 122.
2 Al-Khilafah Wal Muluk Oleh al-Maududi hal. 106.
3 Shahih Muslim jil. 2 hal. 61
4 Shahih Bukhari jil. 2 hal. 305; Shahih Muslim jil. 2 hal. 366; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 109.
5 Shahih Bukhari jil. 1 hal. 76; Shahih Turmidzi jil. 5 hal. 300; Shahih Ibnu Majahjil. 1 hal. 44
6 Shahih Muslim jil. 1 hal. 61; Sunan an-Nasai jil. 6 hal. 177; Shahih Turmudzi jil. 8 hal. 306.
7 Shahih Thurmudzi jil. 5 hal. 201; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 126.
8 Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 5 hal. 25; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 134.
9 Shahih Muslim jil.2 hal.362; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 109; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 4 hal, 281.
10 Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib al-Khawarizmi
hal. 81; ar-Riyadh an Nadhirah oleh Thabari jil. 2 hal. 219; Tarikh as-Suyuti hal. 73.
11 Shahih Bukhari jil.l hal.74
12 Shahih Bukhari jil. 2 hal. 154; Shahih Muslim jil. 1 hal. 260
13 Shahih Muslim jil. 2 hal.134.
14 Shahih Bukhari jil. 1 hal. 54
15 Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135
16 Shahih Bukhari jil.3 hal. 32.

http://www.facebook.com/notes/jjihad-ali/kesaksian-para-sahabat-atas-perubahan-sunnah-nabi-/120124354664850

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Pujian Nabi SAW kepada Syi'ah Ali dan Ahlu Baitnya AS

Orang yang pertama menggunakan nama Syi'ah bagi pengikut-pengikut 'Ali Amiru l-Mukminin AS adalah Rasulullah SAW sendiri. Beliaulah orang yang meletakkan batu asas dan menyemaikan benihnya yang pertama. Dan orang yang memperkuatkannya adalah Imam Amiru l-Mukminin 'Ali AS. Pada masa itu Syi'ah dikenali dengan nama Syi'ah 'Ali AS.

Ibn Khaldun berkata di dalam Muqaddimahnya bahwa Syi'ah dari segi bahasa bererti sahabat dan pengikut. Dan dari segi istilah Fuquha' dan Mutakallimun dahulu dan sekarang ialah pengikut 'Ali dan anak-anaknya.

Muhammad Kurdi 'Ali di dalam Khutatal-Syam berkata:"Tidak perlu bagi kita mencari dalil bahwa sebahagian sahabat dikenali dengan Syi'ah Ali. Dan dia berkata lagi:'Adapun sebahagian penulis mengatakan bahwa mazhab Syi'ah adalah daripada bid'ah 'Abdullah bin Saba' yang dikenali dengan Ibn Sauda' adalah tidak dikenali di dalam mazhab mereka.' Muhammad Kurdi 'Ali bukanlah seorang Syi'ah malah seorang yang menentang Syi'ah. Tetapi 'kebenaran membuatkan orang yang insaf atau degil bercakap.'

Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah[1] meriwayatkan daripada Ibn 'Abbas bahwa dia berkata: Manakala Allah SWT menurunkan (Surah al-Bayyinah (98): 7):"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk." Rasulullah SAW bersabda kepada 'Ali:'Mereka itulah anda dan Syi'ah anda. Dan Syi'ah anda datang pada hari kiamat di dalam keadaan ridha dan diridhai dan musuh anda datang dengan marah dan dibelenggu.' Beliau berkata, siapakah musuhku? Nabi SAW bersabda:'Orang yang membersihkan diri mereka daripada anda dan melaknati anda.'

Al-Hamawaini al-Syafi'i di dalam Fara'id al-Simtin[2], dengan sanadnya daripada Jabir bahwa dia berkata:"Kami berada di sisi Nabi SAW maka 'Ali AS pun datang. Rasulullah SAW bersabda:'Saudaraku telah datang kepada kalian.' Kemudian beliau bersabda:'Demi diriku di tanganNya. Sesungguhnya ini ('Ali AS) dan Syi'ahnya, mereka itulah orang yang menang (al-Fa'izun) pada hari kiamat.

Sesungguhnya beliaulah orang yang pertama di kalangan kalian beriman bersamaku, orang yang paling setia di kalangan kalian dengan janji Allah SWT, orang yang paling teguh di kalangan kalian dengan suruhan Allah SWT, orang yang paling adil di kalangan kalian tentang orang di bawah jagaannya, orang yang paling adil di kalangan kalian di dalam pembahagian dan orang yang paling tinggi martabatnya di kalangan kalian di sisi Allah SWT.'

Dan dia berkata:(Surah al-Bayyinah(98): 7) diturunkan kepada 'Ali AS. Dia berkata lagi: Sahabat-sahabat Muhammad SAW apabila 'Ali AS datang kepada mereka, mereka berkata: Sebaik-baik makhluk telah datang.

Al-Khawarizmi al-Hanafi di dalam Manaqib[3]nya telah meriwayatkannya daripada Jabir daripada Nabi SAW. Dia juga meriwayatkannya daripada al-Mansur al-Dawaniqi di dalam hadith yang panjang daripada Nabi SAW mengenainya. Nabi SAW bersabda:'Sesungguhnya 'Ali dan Syi'ahnya besok merekalah yang mendapat kemenangan di hari kiamat, memasuki syurga.'

Dia juga meriwayatkan daripada Nabi SAW, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:'Wahai 'Ali! Sesungguhnya Allah telah mengampuni untuk anda, keluarga anda, Syi'ah anda dan pencinta-pencinta Syi'ah anda.' Di dalam riwayat yang lain Nabi SAW bersabda:'Ali adalah orang yang paling alim, paling awal Islam.' Sesungguhnya Syi'ah beliaulah mendapat kemenangan di hari esok.'

Di dalam riwayat yang lain pula Nabi SAW bersabda:'Sekiranya tidak ada golongan yang akan berkata kepada anda sebagaimana diperkatakan oleh Nasara tentang 'Isa AS, nescaya aku akan berkata sesuatu mengenai anda dan mereka akan mengambil tanah di bawah kedua tapak kaki anda, dan dari 'lebihan air basuhan' anda untuk bersyafa'at dengannya. Tetapi cukuplah kedudukan anda di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa. Aku adalah daripada anda, anda mewarisiku dan aku mewarisi anda melainkan tidak ada nabi selepasku. Andalah yang membersihkan dhimmahku. Syi'ah anda akan berada di atas mimbar-mimbar daripada cahaya. Dan sesungguhnya kebenaran berada di atas lidah anda, di hati dan di dahi anda.'

Al-Khawarizimi al-Hanafi juga meriwayatkan di dalam Manaqib[4]nya hadith yang panjang dengan sanadnya daripada Ibn 'Abbas marfu':'Sesungguhnya Jibra'il memberitahu bahwa 'Ali dan Syi'ahnya bergembira bersama Muhammad di syurga.'

Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah[5] meriwayatkan daripada 'Ali AS. Sesungguhnya beliau berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:'Wahai Ali! Anda akan mendatangi Allah dan Syi'ah anda di dalam keadaan redha dan diredhai. Musuh anda akan mendatangi kemarahanku di dalam keadaan terbelenggu. Kemudian diikat kedua-dua tangannya di tengkuknya. Dan memperlihatkan kepada mereka belenggu-belenggu tersebut.' Ibn Hajr berpendapat bahwa Syi'ah di dalam hadith-hadith tersebut dimaksudkan dengan Ahlu s-Sunnah. Kerana Syi'ah menurutnya dilaknati Allah kerana bid'ah mereka[6].

Al-Qunduzi al-Hanafi meriwayatkan di dalam Yanabi' al-Mawaddah[7] daripada Mawaddah al-Qurba karangan al-Hamdani al-Syafi'i di dalam al-Mawaddah al-Thaniah daripada Abu Dhar daripada Nabi SAW sesungguhnya beliau bersabda:'Sesungguhnya Allah melihat ke bumi daripada 'ArasyNya lalu memilihku, memilih 'Ali untukku sebagai menantuku, memberikan kepadanya Fatimah dan Dia tidak memberikan kelebihan kepada seorangpun daripada anak-anak lelakinya. Dia memberikan kelebihan kepada Hasan dan Husain dan Dia tidak memberikannya kepada seorangpun seumpamanya. Dia telah memberikan kepadanya mertuanya seumpamanya. Dia telah memberikan kepadaku al-Haudh. Dia juga telah menjadikannya ('Ali) sebagai pembahagi syurga dan neraka di mana Dia tidak memberikannya seumpamanya kepada para malaikat. Dia telah menjadikan Syi'ahnya di syurga. Dia memberikan kepadaku saudaraku seumpama aku dan tidak ada seorangpun 'saudara lelaki' seumpamaku.'

Wahai saudaraku! Sesiapa yang ingin memadamkan kemarahan Tuhan, dan ingin supaya Allah menerima amalannya, maka hendaklah dia mencintai 'Ali bin Abu Talib kerana mencintainya menambahkan keimanan. Dan mencintainya dapat mencairkan segala kejahatan sebagaimana api dapat mencairkan logam.

Dia juga meriwayatkannya di dalam Yanabi' al-Mawaddah[8] bahwa Anas bin Malik berkata: Nabi SAW bersabda:'Jibra'il memberitahuku bahwa sesungguhnya Allah mencintai 'Ali. Dia tidak mencintai para malaikat sebagaimana Dia mencintai 'Ali. Setiap kali Allah bertasbih. Dia menjadikan beberapa Malaikat yang mengucap istighfar kepada orang yang mencintainya ('Ali) dan Syi'ahnya sehingga hari kiamat.'
Dan di dalam riwayat yang lain Nabi SAW ditanya tentang 'Siapakah yang berteduh di bawah bendera anda? Nabi SAW bersabda:'Mukminun para wali Allah, Syi'ah yang benar, Syi'ahku dan Syi'ah Ali, pencinta-pencintanya, penolong-penolongnya. Alangkah beruntungnya mereka dan sebaik-baik darjat. Dan neraka wail bagi orang yang membohongi aku tentang 'Ali atau membohongi 'Ali keranaku, atau mempertikaikannya mengenai maqamnya yang dikurniakan Allah SWT[9].

Ibn al-Maghazali al-Syafi'i di dalam Manaqib[10]nya dengan sanadnya daripada Nabi SAW bahwa dia berkata: Nabi SAW bersabda:'Ummat aku yang akan memasuki syurga sebanyak tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.' Kemudian beliau berpaling kepada 'Ali AS dan bersabda:'Mereka itu adalah Syi'ah anda dan anda adalah imam mereka.'

Ibn al-Sibagh al-Maliki di dalam al-Fusul al-Muhimmah[11], al-Syablanji di dalam Nur al-Absar[12] meriwayatkan daripada Ibn 'Abbas bahwa dia berkata: Manakala turunnya ayat (Surah al-Bayyinah(98): 7), Nabi SAW bersabda kepada 'Ali:'Anda dan Syi'ah anda datang pada hari kiamat di dalam keadaan redha dan meredhai, sementara musuh-musuh anda datang di dalam keadaan marah dan terbelenggu.'

Ibn al-Maghazali al-Maliki di dalam Manaqib[13]nya meriwayatkan daripada Ibn Abbas bahwa dia berkata: Aku bertanya Rasulullah SAW tentang firmanNya (Surah al-Wiqi'ah (56):10-11)'Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah).' Beliau menjawab: Jibra'il telah memberitahu kepadaku bahwa maksud ayat itu ialah 'Ali dan Syi'ahnya yang mendahului ke syurga, dan hampir kepada Allah kerana kekeramatannya.'

Ahmad bin Hanbal di dalam Manaqib[14]nya menerangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepada Ali AS:'Wahai 'Ali! Tidakkah anda ridha, sesungguhnya anda bersamaku di syurga, Hasan dan Husain, zuriat kita di belakang kita, isteri-isteri kita di belakang zuriat-zuriat kita dan syi'ah kita yang mempercayai kita mempunyai akhlak yang terpuji".

Dan banyak lagi hadith-hadith Nabi SAW mengenai pujian beliau terhadap Syi'ah 'Ali dan Ahlu l-Baitnya telah diriwayatkan oleh para ulama Ahlu s-Sunnah di dalam Sahih-sahih, Musnad-musnad, dan karangan-karangan mereka. Al-'Allamah Sayyid al-'Abbas al-Husaini al-Kasyani telah mencatat lebih daripada seratus hadith yang muktabar semuanya menurut Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah di dalam bukunya berjudul al-Syi'ah wa l-'Itrah al-Tahirah.

Aku berdoa ke hadrat Allah SWT supaya memberkati Sayyid al-Kasyani dan semua ulama kami yang Abrar agar semua karya mereka dapat dicetak dan dicetak lagi bagi faedah kaum Muslimin.

------

1. al-Sawa'iq al-Muhriqah, hlm. 128.
2. Fara'id al-Simtin, I, hlm. 87 (Bab 31).
3. al-Manaqib, hlm. 105 & 118.
4. al-Manaqib, hlm. 120.
5. al-Sawa'iq al-Muhriqah, hlm. 25.
6. Ibn Hajr menerima hadith-hadith tersebut tetapi dengan memberi pengertian yang aneh. Semoga Allah membakarnya dengan petirNya.
7. Yanabi' al-Mawaddah, hlm. 289 & 305.
8. Yanabi' al-Mawaddah, hlm. 243-246.
9. Ibid.
10. al-Manaqib, hlm. 79.
11. al-Fusul al-Muhimmah, hlm. 105.
12. Nur al-Absar, hlm. 102.
13. al-Manaqib, hlm. 85.
14. al-Manaqib, hlm. 159.

http://www.facebook.com/notes/jjihad-ali/pujian-nabi-saw-kepada-syiah-ali-dan-ahlu-l-baitnya-as-/122862827724336

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati