MENGUAK pertalian Raja-raja Aceh Sejak Kerajaan Perlak Sebuah buku berjudul "Silsilah Raja-Raja Islam di Aceh dan Hubungannya dengan Raja-Raja Islam di Nusantara," diterbitkan pelita Gading Hidup Jakarta, ditulis Pocut Haslinda Syahrul Muda Dalam, mencoba menguak pertalian raja-raja di Aceh sejak pra Islam.
Buku setebal 237 halaman dengan warna kulit merah marun didiskusikan dalam suatu forum di Balai Kartini, Jakarta, 16 Nopember 2008 silam. Malam harinya, di gedung yang sama dipentaskan "drama musikal" yang memuat informasi silsilah raja-raja Aceh tersebut serta peranan kaum perempuan Aceh sejak abad VIII sampai abad XXI. Pentas itu disutradari Dedi Lutan berdasarkan nasakah yang ditulis Pocut Haslinda Syahrul MD binti Teuku H Abdul Hamid Azwar, waris Tun Sri Lanang ke-8.
Sebetulnya masih ada tiga buku lain yang dihasilkan Pocut Haslinda dalam waktu bersamaan, yaitu "Perempuan Aceh dalam Lintas Sejarah Abad VIII-XXI, Tun Sri Lanang dan Terungkapnya Akar Sejarah Melayu, dan Dua Mata Bola di Balik Tirai Istana Melayu."
Untuk menggenapi informasi "Silsilah Raja-Raja Aceh" dan ketiga bukunya itu, Pocut Haslinda, pernah menempuh pendidikan fashion dan model di Paris, Jerman, dan London (1965-1970) membaca lebih dari 1000 judul buku ditulis oleh penulis dalam dan luar negeri.
Buku "Silsilah Raja-Raja Aceh" itu secara sederhana mencoba menarik garis pertautan raja-raja Aceh sejak awal abad ke 8 pada masa Kerajaan Perlak, kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan lain di Aceh, termasuk persinggungan yang sangat penting dan fundamental dengan Kerajaan Isaq di Gayo, dan pertautan raja-raja Aceh dengan Perak, Johor, Deli-Serdang, Majapahit, Demak, Wali Songo dan sebagainya.
Kisah kedatangan satu delegasi dagang dari Persia di Blang Seupeung, pusat Kerajaan Jeumpa yang ketika itu masih menganut Hindu Purba. Salah seorang anggota rombongan bernama Maharaj Syahriar Salman, Pangeran Kerajaan Persia yang ditaklukkan pada zaman Khalifahtur Rasyidin. Salman adalah turunan dari Dinasti Sassanid Persia yang
pernah berjaya antara 224 - 651 Masehi. Setelah penaklukkan, sebahagian keluarga kerajaan Persia ada yang pergi ke Asia Tenggara.
Kerajaan Jeumpa, ketika itu dikuasai Meurah Jeumpa. Maharaj Syahriar Salman kemudian menikah dengan putri istana Jeumpa bernama Mayang Seludang. Akibat dari perkawinan itu, Maharaj Syahriar Salman tidak lagi ikut rombongan niaga Persia melanjutkan pelayaran ke Selat Malaka. Pasangan ini memilih "hijrah" ke Perlak (sekarang Peureulak,red), sebuah kawasan kerajaan yang dipimpin Meurah Perlak.
Meurah Perlak tak punya keturunan dan memperlakukan "pengantin baru" itu sebagai anak. Ketika Meurah Perlak meninggal, kerajaan Perlak diserahkan kepada Maharaj Syahriar Salman, sebagai Meurah Perlak yang baru. Perkawinan Maharaj Syahriar Salman dan Putri Mayang Sekudang dianugerahi empat putra dan seorang putri; Syahir Nuwi, Syahir Dauli, Syahir Pauli, SyahirTanwi, dan Putri Tansyir Dewi.
Syahir Nuwi di kemudian hari menjadi Raja Perlak yang baru menggantikan ayahandanya. Dia bergelar Meurah Syahir Nuwi. Syahir Dauli diangkat menjadi Meurah di Negeri Indra Purba (sekarang Aceh Besar, red). Syahir Pauli menjadi Meurah di Negeri Samaindera (sekarang Pidie), dan si bungsu Syahir Tanwi kembali ke Jeumpa dan
menjadi Meurah Jeumpa menggantikan kakeknya. Merekalah yang kelak dikenal sebagai "Kaom Imeum Tuha Peut" (penguasa yang empat). Dengan demikian, kawasan-kawasan sepanjang Selat Malaka dikuasai oleh keturunan Maharaj Syahriar Salman dari Dinasti Sassanid Persia dan Dinasti Meurah Jeumpa (sekarang Bireuen).
Sementara itu, Putri Tansyir Dewi, menikah dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar, anggota rombongan pendakwah yang tiba di Bandar Perlak dengan sebuah kapal di bawah Nakhoda Khalifah. Kapal itu memuat sekitar 100 pendakwah yang menyamar sebagai pedagang. Rombongan ini terdiri dari orang-orang Quraish, Palestina, Persia dan India. Rombongan pendakwah ini tiba pada tahun 173 H (800 M). Sebelum merapat
di Perlak, rombongan ini terlebih dahulu singgah di India.
Syahir Nuwi yang menjadi penguasa Perlak menyatakan diri masuk Islam, dan menjadi Raja Perlak pertama yang memeluk Islam.Sejak itu, Islam berkembang di Perlak. Perkawinan Putri Tansyir Dewi dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar membuahkan seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yang kelak setelah dewasa dinobatkan sebagai Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, sultan pertama Kerajaan Islam Perlak, bertepatan dengan 1 Muharram 225 Hijriah.
Sayid Maulana Ali al-Muktabar berfaham Syiah, merupakan putra dari Sayid Muhammad Diba`i anak Imam Jakfar Asshadiq (Imam Syiah ke-6) anak dari Imam Muhammad Al Baqir (Imam Syiah ke-5), anak dari Syaidina Ali Muhammad Zainal Abidin, yakni satu-satunya putra Syaidina Husen, putra Saidina Ali bin Abu Thalib dari perkawinan dengan Siti Fatimah, putri dari Muhammad Rasulullah saw. Lengkapnya silsilah itu adalah: Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah bin Sayid Maulana Ali al-
Muktabar bin Sayid Muhammad Diba`i bin Imam Ja`far Asshadiq bin Imam Muhammad Al Baqir bin Sayidina Ali Muhammad Zainal Abidin Sayidina Husain Assyahid bin Sayidina Ali bin Abu Thalib (menikah dengan Siti Fatimah, putri Muhammad Rasulullah saw).
Keikutsertaan Sayid Maulana Ali al-Muktabar dalam rombongan pendakwah merupakan penugasan dari Khalifah Makmun bin Harun Al Rasyid (167-219 H/813-833 M) untuk menyebarkan Islam di Hindi, Asia Tenggara dan kawasan-kawasan lainnya. Khalifah Makmun sebelumnya berhasil meredam "pemberontakan" kaum Syiah di Mekkah yang dipimpin oleh Muhammad bin Ja`far Ashhadiq.
Raja Isaq Gayo dan Turunannya
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulan memiliki tiga putra; Meurah Makhdum Alaiddin Ibrahim Syah, kemudian menjadi Sultan ke-8; Maharaja Mahmud Syah yang kemudian menjadi Raja Salasari Islam I di Tanoh Data (Cot Girek); Meurah Makhdum Malik Isaq (Isak) mendirikan Negeri Isaq I.
Meurah Isaq memiliki putra bernama Meurah Malik Masir yang juga dikenal sebagai Meurah Mersa alias Tok (Tuk) Mersa, diangkat sebagai Raja Isaq II menggantikan ayahandanya. Tok Mersa memiliki tujuh putra yakni: 1) Meurah Makhdum Ibrahim mendirikan Negeri Singkong. Cucu Meurah Makhdum ini bernama Malikussaleh di kemudian hari mendirikan Kerajaan Samudra Pasai. 2) Meurah Bacang mendirikan Kerajaan Bacang Barus. 3) Meurah Putih mendirikan Kerajaan Beuracan Merdu. 4) Meurah
Itam mendirikan Kerajaan Kiran Samalanga. 5) Meurah Pupok mendirikan Kerajaan Daya Aceh Barat. 6) Merah Jernang mendirikan kerajaan Seunagan. 7) Meurah Mege (Meugo) menjadi Raja Isaq III.
Dari turununan Meurah Mege lahir Sultan Abidin Johansyah pendiri Kerajaan Aceh Darussalam (1203-1234) sampai Sultan Daud Sjah (1874-1939). Turunen Meurah Mege lain, Syekh Ali al Qaishar anak dari Hasyim Abdul Jalil hijrah ke Bugis dan menikah dengan putri bangsawan Bugis yang kelak cucu psangan ini bergelar Daeng. Di antara
anak-cucunya, ada yang pulang ke Aceh bernama Daeng Mansur atau Tgk Di Reubee dan mempunyai seorang putra bernama Zainal Abidin dan seorang putri bernama Siti Sani yang dinikahi Sultan Iskandar Muda.
Di tanah Jawa, Turunan Tok Mersa bernama Puteri Jempa nikah dengan Raja Majapahit terakhir kemudian lahir Raden Fattah yang menjadi Raja Demak. Turunen Tok Mersa lain, yakni Fatahillah menyusul ke Jawa menikah dengan adik Sultan Demak. Fatahillah mendirikan kerajaan Cirebon dan anaknya mendirikan Kerajaan Banten. Fatahillah dikenal juga Sunan Gunung Jati menikah dengan Ratu Mas anak Raden Fattah, cucu Majapahit, keturunannya turun temurun menjadi raja dan pembangun
Demak, Cirebon, Banten dan Walisongo.
Melihat pertautan raja-raja Aceh itu, jelasnya bagi kita bagaimana sebenarnya hubungan erat satu sama lain. Pada awalnya, mereka berangkat dari "indatu" yang sama dari Perlak. (fikar w.eda)
[Sumber: www.serambinews.com]
2 comments
Comment by ACHEH - KARBALA on 18 April 2014 pukul 16.52
"Melihat pertautan raja-raja Aceh itu, jelasnya bagi kita bagaimana sebenarnya hubungan erat satu sama lain. Pada awalnya, mereka berangkat dari "indatu" yang sama dari Perlak. (fikar w.eda)"
Manusia terbagi dua, kutub Habil dan kutub Qabil (pembunuh manusia pertama). Habil dan Qabil, keduanya anak Adam, tetapi secara ideology keduanya bertolak belakang.
Nabi Musa berhasil menyelamatkan bani Israil dari perbudakan Fir'un, Karun dan Bal'am tetapi kenapa mayoritas mereka mengikuti "Samiri", pembuat patung anak lembu?, tidak mau ikut 12 Imam pelanjut keimamahan Nabi Musa?
Muhammad saww telah menunjukkan penggantinya Imam Ali di Ghadirkhum, tetapi kenapa mayoritas sahabat menghadang keimamahan Imam Ali, tidak patuh kepada bimbingan Rasulullah?
Selanjutnya Sunni - Syi'ah juga belajar pada satu Imam, tetapi realitanya sekarang pengikut ke 4 Imam Sunni tersebut tetap mendiskreditkan Syi'ah...
Comment by ACHEH - KARBALA on 18 April 2014 pukul 16.55
PERBANDINGAN MAZHAB DALAM ISLAM
"Aku meminta izin untuk berjumpa dengan Imam Ja'far ash Shadiq", begitu Abu Hanifah memulai kisahnya. "tetapi dia tidak memperkenalkanku. Kebetulan datanglah rombongan orang Kofah meminta izin, dan akupun masuk bersama mereka. Setelah aku berada disisinya, aku berkata:
- Wahai putra Rasulullah, alangkah baiknya jika Anda menyuruh orang pergi ke Kofah dan melarang penduduknya mengecam sahabat Rasulullah saw. Aku lihat disana lebih dari 10.000 orang mengecam sahabat.
+ Mereka tidak akan menerima laranganku.
- Siapa yang berani menolak Anda, padahal Anda putra Rasulullah?
+ Anda orang pertama yang tidak menerima perintahku. Anda masuk tanpa seizinku. Duduk tanpa perintahku. Berbicara tidak sesuai dengan pendapatku. Telah sampai padaku bahwa anda menggunakan qiyas.
- Benar.
+ Celaka anda, hai Nu'man. Orang yang pertama menggunakan qiyas ialah Iblis, ketika Allah menyuruhnya sujud kepada Adam. Lalu dia menolak dan berkata: "Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan ia dari tanah". Hai Nu'man mana yang lebih besar (dosanya), membunuh atau berzina?
- Membunuh
+ Tetapi mengapa Allah menetapkan dua orang saksi untuk pembunuhan dan empat orang untuk zina. Anda gunakan qiyas disini?
- Tidak
+ Mana yang lebih besar najisnya, kencing atau air mani?
- Kencing
+ Mengapa, untuk kencing diperintahkan wudhuk, tetapi untuk mani diperintahkan mandi. Anda juga gunakan qiyas disini?
- Tidak
+ Mana lebih besar, Shalat atau Shaum?
- Shalat
+ Kenapa wanita haid harus mengkadha shaumnya tetapi tidak harus mengkadha shalatnya. Anda juga gunakan qiyas disini?
- Tidak
+ Mana yang lebih lemah, wanita atau pria
- Wanita
+ Mengapa Allah berikan warisan dua bagian bagi pria dan satu bagian bagi wanita. Apakah anda juga pakai qias disini?
- Tidak
Dialog kita cukupkan sampai disini saja. Menurut riwayat, Imam Abu Hanifah - mujtahid besar Ahlus Sunnah ini - kemudian berguru kepada Imam Jakfar ash Shadiq, imam ke enam dalam mazhab "Syiah Imamiah 12". Terkenal ucapan Abu Hanifah: "Laula sanatan, lahalaka Nu'man" (bila tidak ada dua tahun bersama Ja'far, akan celakalah Nu'man). Yang berguru kepada Imam Ja'far bukan saja Abu Hanifah, juga Malik bin Anas, Yahya bin Sa'id, Sufyaniun, Ibnu Juraih, Syu'bah dan Ayyub as Sajastani. Tentang gurunya Malik berkata: "Tidak ada yang dilihat mata, yang didengar telinga, lebih utama dari Imam Ja'far ash Shadiq dalam hal keutamaannya, ilmunya, ibadahnya dan wara'nya".
ISLAM AGAMA TAUHID
Kepada Malik berguru Imam Syafi'i, kepada Syafi'i berguru Imam Hanbali. Secara singkat, mazhab-mazhab besar ini semuanya bersumber kepada sumber yang sama. Namun kenapa terjadi perpecahan diantara pengikut mereka? Mengapa pengikut Syafi'i menentang pengikut Abu Hanifah? Mengapa pengikut Hanbali mengecam pengikut Syafi'i? Mengapa ahlus Sunnah mengkafirkan Syi'ah? Bukankah itu bermakna pengikut dari mazhab empat mengkafirkan gurunya? Bagaimana mungkin itu boleh terjadi? Apanya yang salah? Renungkanlah saudaraku (Angku di Awe Geutah, Tampokdjok, Acheh - Sumatra)
Sumber:
1. Abdul Halim Jundi, Al Imam Ja'far ash Shadiq. Kiro: Majlisul 'ala (tanpa tahun)
2. Lihat komentar Ibnu Hajar tentang Ja'far dalam As Sawaiq al Muhriqah, Kairo: Maktabah al Qahirah, 1385