Cukuplah mati sebagai pelajaran, demikian sabda yang pernah diucapkan Rasulullah saw. Berikut ini beberapa riwayat yang menceritakan akhir hidup para sahabat yang mencerminkan karakter "unik" masing-masing. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran, hikmah dari kematian. Amin

Hasan bin Ali
Raqabah bin Mushaqalah berkata, "Pada saat menjelang wafat, al-Hasan bin Ali berkata, "Keluarkanlah aku ke padang pasir, agar aku bisa melihat kerajaan langit. ketika telah dikeluarkan di padang pasir, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku hanya mengharapkan balasan untuk diriku dari sisi-Mu."

Salman al-Farisi
al-Sya'bi berkata, al-Khazal bercerita kepadaku dari Baqirah, istri Salman, katanya, "Menjelang wafatnya, Salman memanggilku, ketika itu ia berada di kamar atas yang memiliki emapt pintu. Ia berkata, "Bukalah pintu-pintu ini wahai Baqirah! karena hari ini aku akan kedatangan tamu yang aku tidak tahu dari manakah mereka akan masuk menemuiku".
Kemudian ia meminta misik (minyak wangi) miliknya. Ia berkata, "Campur dan larutkanlah dalam bejana kecil!" maka saya pun melakukannya. kemudian ia berkata, "Percikkanlah di sekitar kasurku. Kemudian turunlah barang sebentar. setelah itu, tengok dan lihatlah aku di atas ranjangku ini! Akupun menuruti permintaannya untuk turun. kemudian kembali ke atas untuk menengoknya. Ternyata saat itu ia telah meninggal, seakan-akan ia sedang tidur di atas kasurnya."
Dalam riwayat lain, Rasulullah memberikan keistimewaan kepada Salman bahwa sebelum ia meninggal dunia, ia akan diberi kesempatan untuk berjumpa dengan orang-orang di alam barzakh. Maka menjelang hari kematiannya, ia meminta dibungkus dengan kain kafan, dibawa di atas keranda kemudian dibaringkan di kuburannya. Dan ketika ia berbaring di kuburan itu, Salman kemudian memanggil para penghuni kubur, “Rasulullah pernah berwasiat kepadaku bahwa ada di antara kalian yang akan berkata kepadaku pada saat-saat aku akan meninggalkan dunia ini.” Dan datanglah penghuni kubur. Terjadi dialog antara Salman dengan penghuni kubur. Dan katanya ada semacam takhayul di kalangan para ulama, kalau riwayat itu dibacakan di hadapan umum, itu yang membaca riwayat itu tidak lama sesudah membacanya akan meninggal dunia. (bagi yang tahu emailkan ke ghoelam1984@gmail.com, jika takut cukup sebutkan sumbernya saja biar aku cari sendiri)

Ammar bin Yasir
Abu Sinan ad-Duali berkata, "Saya melihat Ammar bin Yasir meminta minum. maka didatangkanlah kepadanya segelas susu. Lantas ia meminumnya dan berkata, "Sungguh benarlah Allah dan rasul-Nya. Pada hari ini aku akan menemui kekasih-kekasihku, Muhammad dan para pengikutnya. Sungguh Rasulullah pernah berkata kepadaku, "Sesungguhnya sesuatu yang terakhir kali akan engkau ambil dari dunia ini adalah minuman susu." Demi Allah sekiranya musuh mampu mengalahkan kita, kita tetap yakin bahwa kita berada di atas kebenaran sedangkan mereka berada di atas kebatilan."
Selain itu ada sabda terkenal Nabi saw tentang Ammar, yaitu "Ammar, engkau akan dibunuh oleh golongan pendurhaka". Kemudian dalam perang Shiffin, ia menjadi syahid dalam memerangi pasukan Mu'awiyah.

Bilal bin Rabah
Sa'id bin Abdul Aziz berkata, "Pada saat menjelang wafat, Bilal berkata, Besok kami akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan para pengikutnya". Isterinya berkata, "Oh, Bilal!" Sedangkan Bilal berkata, "Bergembiralah!"

Hudzaifah bin Yaman
Ziyad, maula ibn Abbas berkata, "Saya mendapat cerita dari orang yang mengunjungi Hudzaifah tatkala ia sakit yang membawanya pada kematian. Hudzaifah berkata, "Jika aku tidak melihat bahwa hari ini adalah hari terakhir dari hidupku di dunia dan hari pertama hidupku di akhirat, niscaya aku tidak berbicara tentangnya. Ya Allah, sesungguhnya engkau mengetahui bahwa aku lebih mencintai kefakiran daripada kekayaan, lebih mencintai keterhinaan daripada keterhormatan, dan lebih mencintai kematian daripada kehidupan. Yang mencintai datang dalam kefakiran. Orang yang menyesal tidak akan memperoleh apa yang dicarinya."
Asad bin Wada'ah berkata, "Ketika Hudzaifah mengalami sakit yanng membawanya pada kematian, ia ditanya, "Apa yang engkau inginkan? Ia menjawab, "Aku menginginkan Surga." Mereka bertanya, "Apakah yang engkau keluhkan? Ia menjawab, "Tabib telah membuatku sakit. aku telah hidup di tengah-tengah kalian dengan tiga watak, yaitu kefakiran pada kalian lebih kucintai daripada kekayaan, kerendahan pada kalian lebih kucintai daripada kemuliaan, dan sesungguhnya orang yang memujiku maupun yang mencelaku dalam kebenaran bagiku adalah sama." Kemudian ia berkata, "Apakah kita telah masuk waktu pagi? Mereka menjawab, "Ya" Ia berkata, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari waktu pagi di neraka. orang yang menyesal tidak akan memperoleh apa yang dicarinya."

Abu Dzar al-Ghifari
Ia wafat di pengasingan karena sering mengeritik kebijakan Kekhalifahan Utman bin Affan. al-Asytar berkata dari Ummu Dzar, "Pada saat Abu Dzar sakit menjelang wafatnya, istrinya menangis. Maka Abu Dzar bertanya, "Mengapa engkau menangis? Istrinya menjawab, "Aku menangis karena tidak ada yang membantuku mengafanimu. padahal aku tidak mempunyai pakaian yang cukup untuk mengafanimu dan engkau pun tidak mempunayi pakaian untuk itu". Abu Dzar berkata, 'kalau begitu janganlah menangis. sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda kepada sekelompok orang yang aku berada di antara mereka. "Sungguh, salah seorang dari kalian akan mati di padang sahara dengan disaksikan oleh sekelompok orang Mukmin". Semua yang mendengar sabda Nabi itu telah wafat di suatu desa atau dihadapan masyarakat muslim, kecuali aku. Akulah yang dimaksud, yang akan mati di padang sahara. Demi Tuhan, aku tidak berbohong dan tidak pula dibohongi. maka lihatlah ke jalan! isterinya bertanya, "Buat apa? Bukankah sudah tidak ada lagi orang yang berhaji?"
Isterinya segera menuju ke sebuah bukit pasir, berdiri di atasnya dan memandang. beberapa saat kemudian ia kembali kepada Abu Dzar untuk merawatnya. selang beberapa saat ia kembali lagi ke bukit pasir. Tiba-tiba di kejauhan tampak bayangan orang yang berjalan di atas kendaraan mereka, seolah-olah seperti burung rakham. Istri Abu Dzar melambai-lambaikan kain. maka mereka mendatangi dan berdiri di hadapannya. mereka bertanya, "Ada apakah dengan dirimu? ia balik bertaanya, "Maukah kalian mengafani seseorang dari kaum muslimin? Mereka bertanya "siapakah dia? ia menjawab "Abu Dzar"
Mereka segera memberangkatkan unta mereka dan melecutkan ce,meti ke lehernya. mereka berpacu mendatangi Abu Dzar. Abu Dzar berkata, "Bergembiralah!" Kemudian Abu Dzar bercerita kepada mereka, "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda kepada sejumlah orang yang aku berada di antara mereka. "Sungguh, salah seorang dari kalian akan mati di padang sahara dengan disaksikan oleh sekelompok orang Mukmin". semua yang mendengar sabda Nabi itu telah wafat di suatu desa atau dihadapan masyarakat muslim, kecuali aku. Apakah kalian bisa mendengar? Sungguh seandainya aku atau isteriku mempunyai kain yang cukup untuk mengkafaniku, niscaya aku tidak akan menggunakannya sebagai kafanku selain kainku atau kain isteriku ini. Apakah kalian bisa mendengar? Sungguh aku menyumpah kalian dengan nama Allah dan Islam, jangan sampai salah seorang dari kalian mengkafaniku sedangkan ia pernah menjadi amir, syarif/pemimpin, naqib, atau kurir. Maka tidak ada di antara orang tersebut yang tidak pernah menjadi salah satu dari apa yang disebutkan. "Aku akan mengkafanimu dengan selendang yang kukenakan ini, dan dengan dua kain lagi yang berada di dalam tas kulitku yang dipintal dan ditenun ibuku sendiri untuk diriku." Akhirnya, pemuda itulah yang mengkafaninya dengan disaksikan sejumlah orang tersebut, di antara mereka adalah Hajar bin Adbar, Malik bin Asytar dan sejumlah orang yang semuanya dari Yaman.

Hujr bin Adi al-Kindi
Ia ditangkap pada masa Mu'awiyah dengan tuduhan melakukan kerusuhan, mengeritik kebijakan2 yang tidak sesuai yang dilakukan pada masa Uthman maupun dinasti Umayyah. Disebutkan bahwa ketika akan dibunuh, ia berkata, "Biarlah aku wudhu" mereka menjawab, Berwudhulah. kemudian ia berkata, Biarkanlah aku melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia pun melaksanakan shalat dua rakaat pendek. Kemudian ia berkata, "Sekiranya aku tidak khawatir mereka akan mengatakan bahwa aku cemas karena akan mati, niscaya aku memanjangkan kedua rakaat shalat tersebut. Ia melanjutkan, Kedua rakaat tersebut telah didahului banyak shalat.
kemudian mereka menggiringnya untuk dibunuh. mereka telah menggali kubur dan meyipakan kafan untuknya dan untuk sahabat-sahabatnya yang ditangkap dengan tuduhan sama. kemudian dikatakaan kepadanya, "engkau telah berkata bahwa engkau tidak gentar". Hujr menjawab, "Aku tidak akan gentar walaupun telah kulihat kubur yang telah tergali, kafan yang telah terbentang, dan pedang yang telah terhunus!"
Kemudian algojo maju ke hadapannya dan berkata, ulurkan lehermu! Ia menjawab, Aku tidak akan membantu pembunuhan terhadap diriku. maka algojo itu memenggal dan membunuhnya.

Sa'ad bin Abi Waqqash
Al-Zuhri berkata, ketika menjelang wafat, Saad bin Abi Waqqash minta untuk diambilkan sebuah jubah wol usang. Ia berkata, kafanilah aku dengannya, karena sesungguhnya aku menggunakannya ketika menghadapi orang-orang musyrik di Badar. Makanya, ia kusimpan untuk hari ini."
Mush'ab bin Saad berkata, Kepala ayahku berada di pangkuanku ketika ia hampir wafat. maka mengucurlah air dari kedua mataku. ia melihatku lalu berkata, Mengapa engkau menangis anakku? Aku menjawab, karena keadaan ayah dan apa yang kulihat pada diri ayah. Ia berkata, janganlah menangisiku. Sungguh Allah tidak akan mengazabku sama sekali, aku akan termasuk ahli surga. Sesungguhnya Allah akan membalas kebaikan-kebaikan orang-orang mukmin, selama mereka beramal karena Allah.
Sa'ad berkata, "Adapun orang-orang kafir, mereka mendapaatkan keringanan azab karena kebaikan-kebaikan mereka. Bila kebaikan-kebaikan mereka telah habis, Allah berfirman, "Hendaklah masing-masing orang yang beramal meminta pahala dari siapa yang menjadi tujuannya dalam beramal."

Sa'd bin Ubadah
Dan dalam Usdu ‘I­Ghabah:
“Sa’d tidak membaiat Abu Bakar dan Umar. Ia pergi ke Syam dan tinggal di Hauran sampai meninggal tahun 15 Hijriah. Tidak diragukan lagi ia meninggal di tempat mandinya. Tubuhnya telah menghijau dan orang tidak mengetahui bahwa ia telah meninggal sampai mereka mendengar suara orang yang tidak kelihatan berasal dari sumber air.
Ahli-­ahli sejarah mengatakan bahwa jinlah yang membunuh Sa’d: “Jin-­jin yang beriman tidak menyukai Sa’d bin ‘Ubadah melawan Abu Bakar, maka jin­-jin itu pun membunuhnya.” Namun sebagian riwayat menyebutkan ia dibunuh utusan Khalifah karena tidak membaiat pada Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar.

Aisyah, Ummu al-Mukminin
Diriwayatkan bahwa ketika menjelang wafat, Aisyah merasa gelisah. maka ada yang bertanya kepadanya, "Mengapa engkau gelisah, wahai Ummu al-Mukminin, sedangkan engkau adalah istri Rasulullah saw, ibu bagi kaum mukminin, dan puteri dari Abu Bakar al-Shidiq?
Aisyah menjawab, "Sesungguhnya hari perang Jamal 'melintang di kerongkonganku' ... duh alangkah baiknya jika aku menjadi barang yang tak berarti lagi dilupakan."
Ibn Sa'ad juga telah meriwayatkan di dalam Tabaqatnya, VIII, hlm. 51, dengan sanadnya dari Ismail bin Qais bahawa dia berkata:"Aisyah ketika wafatnya berkata: Sesungguhnya aku telah melakukan bid'ah-bid'ah (Ahdathtu) selepas Rasulullah SAW, maka kebumikanlah aku bersama-sama isteri Nabi SAW." yang dimaksudkan olehnya mungkin "Jangan kalian mengkebumikan aku bersama Rasulullah SAW karena aku telah melakukan bid'ah-bid'ah selepasnya.

Abdullah bin Umar
Said bin Zubair berkata, Ketika menjelang wafat, Ibnu Umar berkata, "Aku tidak merasa sedih terhadap dunia kecuali tiga hal saja: kehausan di tengah hari, kepayahan di malam hari, dan diriku belum memerangi kelompok yang berbuat aniaya (Muawiyah)."

Abdurrahman bin Auf
Abu Umar berkata, pada saat menjelang wafat, Abdurrahman bin Auf menangis keras. Maka ia ditanya mengapa sampai menangis. Ia menjawab, "Sesunguhnya Mus'ab bin Umair dahulu lebih baik daripada aku. Ia wafat di masa Rasulullah saw, sedangkan ia tidak mempunyai kain yang bisa untuk mengafani dirinya. Hamzah bin Abdul Muthalib juga lebih baik daripadaku. Ia wafat di masa Nabi saw, sedangkan ia tidak mempunyai kain kafan. Aku khawatir kalau aku ini termasuk orang yang disegerakan kebaikannya di dunia. Aku khawatir ditahan dari sahabat-sahabatku (di Akhirat) dikarenakan banyaknya hartaku."

Abu Darda
Ummu Darda berkata, Ketika Abu Darda menjelang wafat, ia berkata, Siapakah yang beramal untuk menghadapi seperti hariku ini? Siapakah yang beramal untuk menghadapi saat-saat seperti ini? Siapakah yang beramal untuk menghadapi tidur seperti yang kualami ini? Kemudian ia mengucapkan,
"Dan Allah memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang kesesatan yang sangat." (al-An'am: 110)

Thalhah bin Ubaidillah
Ketika perang Jamal antara Ali dengan Aisyah, Thalhah, Zubair terus berkecamuk, Konon Marwan bin Hakam, yang ketika itu berada di sana, membidikkan anak panah ke Thalhah. Ia berteriak, Demi Allah, aku tidak akan menuntut darah Uthman setelah hari ini!. Sedang Thalhah sendiri ketika roboh, berkata, "Aku tidak pernah melihat kehidupan seorang pemuka Quraisy berakhir begitu sia-sia seperti kehidupanku. Karena, Demi Allah, aku tidak pernah mengambil suatu pendirian atas sesuatu sebelumnya kecuali aku tahu tempat berpijaknya, kecuali pendirian saat ini."

Zubair bin Awwam
Tatkala ia meninggalkan perang Jamal yang berlangsung, Zubair diburu dan dibunuh oleh seorang suku Tamim atas suruhan Al-Ahnaf bin Qais, seorang pemuka Anshar dan salah seorang pendukung Ali, yang mengecam Zubair dengan mengatakan, "Aku tidak pernah melihat orang seperti ini! Ia menyeret Istri Rasulullah yang tak boleh diganggu keluar dari perlindungannya, melanggar kesucian tabir yang diletakkan Rasulullah di seputar istrinya di rumah beliau, kemudian ia menelantarkannya dan kabur begitu saja. Tidak adakah orang yang akan menghukumnya dengan murka Tuhan?

Khalid bin Walid
Abu Zinad berkata, "Ketika menjelang wafat, Khalid menangis. ia berkata, Aku telah menjumpai begini dan begini dalam peperangan padahal tidak sedikitpun dari bagian tubuhku terdapat goresan pedang atau tembakan panah. lihatlah, sekarang aku mati di atas ranjangku seperti kematian keledai. takkan terpejam mata orang-orang pengecut."
Abu Wail berkata, "Ketika menjelang wafat, Khalid berkata, "Aku telah berusaha mati terbunuh di medan laga, tetapi ternyata aku ditakdirkan mati di atas ranjang. tak satupun dari amalku setelah tauhid yang lebih kuharapkan, kecuali sebuah malam yang kujalani dengan berjaga-jaga, bersama langit yang menerangiku dengan bulan sabit, menunggu pagi untuk menyerang musuh."

Mu'awiyah bin Sufyan
Abu Amru bin 'Ala berkata, ketika menjelang wafat, Mu'awiyah ditanya, "Tidakkah engkau berwasiat? ia berkata, "Ya Allah, hapuskanlah kesalahan, maafkanlah kekeliruan, dan ampunilah dengan sifat santun-Mu kebodohan orang yang tidak berharap kepada selain-Mu ini, karena tiada tempat kembali kecuali Engkau."
Ia berkata, "Dialah kematian, tiada tempat untuk menyelamatkan diri darinya, dan yang akan kita jumpai setelah mati lebih dahsyat dan mengerikan."
Abdul Malik bin Umair berkata, "Ketika Mu'awiyah dalam keadaan kritis, ia berkata, "berilah celak pada mataku dan perbanyaklah minyak pada kepalaku". Maka mereka melakukannya dan merias wajahnya dengan minyak. ia diterlentangkan, lalu didudukkan dan disandarkan.
Kemudian ada seseorang yang masuk dan berkata, "Dia (Mu'awiyah) merasa bahwa ia saat ini adalah orang yang paling benar." ketika mereka telah keluar, Mu'awiyah berkata, "Kutunjukkan ketabahanku kepada orang-orang yang bergembira dengan bencana yang menimpaku. Aku tidak menyerah pada perubahan masa bila kematian telah mencengkeramkan kuku-kukunya. kau dapati semua jimat tiada berguna."

Abu Hurairah
Salim bin Basyar bin Juhal berkata, Abu Hurairah menangis menjelang wafat. maka ada yang bertanya, Mengapakah engkau menangis? ia menjawab, "Sessungguhnya aku menangis karena jauhnya perjalananku, sementara bekalku sedikit. Sungguh aku akan melalui jalan yang berujung ke surga atau neraka. Aku tidak tahu, manakah di antara keduanya yang akan diberikan kepadaku."

Amr bin Ash
al-Hasan berkata, saya mendengar bahwa menjelang wafatnya, Amr bin Ash memanggil para pengawalnya, lalu berkata, "Lindungilah aku dari kematian!" Mereka bertanya, "Kami tidak menyangka engkau berkata seperti itu!" Amr berkata, Aku mengatakannya dengan kesadaran penuh. Wahai berbahagialah putera Abu Thalib, ketika ia berkata, Seseorang itu dikawal oleh ajalnya.
Kemudian ia berkata, Ya Allah, aku tidak bisa beralasan untuk melepaskan diri dari kesalahan, tidak ada satu pun yang perkasa untuk kumintai pertolongan. dan jika rahmat-Mu tidak Kau limpahkan kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang celaka.
Amr bin Ash berkata kepada puteranya, jika aku mati, mandikanlah aku dengan air, lalu keringkan tubuhku. Kemudian mandikanlah aku yang kedua kali dengan air yang dicampur dengan kapur barus, kemudian keringkanlah. bungkuslah aku dengan beberapa kafan, lalu ikatkanlah. sebab aku akan dimintai pertanggungjawaban! Bila engkau telah menaruhku di atas keranda, bawalah aku berjalan di antara dua orang. Ambil posisi di belakang jenazah, karena bagian mukanya untuk malaikat dan bagian belakangnya adalah untuk anak Adam. Jika engkau telah meletakkanku di atas kubur, taburilah aku dengan tanah!
Kemudian ia berkata, Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah memerintah kami, tapi kami melalaikannya, Engkau telah melarang kami, tapi kami melanggarnya, maka tidak ada alasan bagiku untuk membela diri dan tidak ada yang perkasa yang bisa kumintai pertolongan, dan tidak ada Tuhan melainkan Allah. Ia terus menerus mengucapkannya hingga wafat.


Source: Tokoh-tokoh di Ranjang Kematian, karya Yusuf Ali Budawi; The Crisis of Muslim History, karya Mahmoud M. Ayoub; http://www.jalal-center.com; Khulafa' rasyidin di antara Nas dan ijtihad.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati